Dalam waktu sekejap semua kebahagiaan yang Soobin dapatkan hancur.
Semua itu di renggut secara paksa dari dirinya, tangan Soobin memegang bagian perutnya dan tidak ada tonjolan yang ada disana.
Padahal dia tadi baru saja membicarakan dengan ekspresi sangat bahagia ke suaminya tentang mereka yang akan kehadiran anggota keluarga baru di keluarga kecil mereka.
Lalu sekarang semuanya lenyap begitu saja, Soobin saat ini berbaring di ranjang rumah sakit sambil tertawa akibat apa yang telah terjadi kepadanya beberapa hari ini.
Selama beberapa hari itu juga tidak ada yang menghampiri dirinya sama sekali.
Dia adalah seorang orphan dari lahir, orang tuanya mengalami kecelakaan ketika dirinya baru saja dilahirkan, kebetulan yang bagi Soobin adalah hal tersial karena dirinya ada di rumah sakit saat itu.
Kenapa dia saat itu tidak ikut bersama orang tuanya saja? Biar dia bisa bergabung secara langsung dengan orang tuanya tanpa perlu mengalami kesusahan selama ini.
Keluarganya meninggalkan banyak harta kepadanya, tapi dengan teganya keluarganya malah tega meletakkan dirinya ke panti asuhan.
Soobin mengacak-acak rambutnya saat itu juga sambil tertawa, karena dia malah mengingat masa-masa susahnya.
Sekarang masa itu kembali datang.
Suaminya kemana? Dia tidak mendengar kabar tentang suaminya setelah kecelakaan yang dia alami bersama suaminya itu.
Sudah cukup dengan kehilangan janinnya, suaminya jangan, dia tidak mau kehilangan seseorang yang memberinya warna dalam hidupnya.
Setiap dia bertanya ke perawat atau dokter yang datang ke kamarnya, mereka tidak merespon sama sekali.
Setidaknya beritahu satu informasi saja apakah suaminya baik-baik saja atau tidak? Soobin hanya membutuhkan jawaban itu saja tidak lebih.
Mata Soobin melirik kearah bagian perutnya lagi, sebelum dia akhirnya menangis dalam diam.
Rasa sakit di bagian perutnya tergantikan oleh rasa sakit hatinya.
Sampai dia mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka, dia mengusap dengan kasar air matanya untuk melihat siapa yang menjenguknya, jika berharap keluarga suaminya yang datang tidak mungkin, karena mereka sangat tidak suka dengan Soobin yang di tuduh menggoda anak mereka.
Soobin bahkan tidak akrab sama sekali dengan adik iparnya, dia hanya bicara dengan adik iparnya saat hari pernikahannya saja, setelah itu tidak ada pembicaraan sama sekali diantara mereka berdua.
Dan sekarang laki-laki yang baru saja dibicarakan oleh Soobin itu berada di depan pintu kamarnya.
Adik iparnya itu datang dengan membawa sebuah buket bunga di tangannya dengan tas selempang menandakan cowok itu baru saja pulang dari kuliahnya.
"Bagaimana kondisi kakak?" tanyanya sambil meletakkan buket bunga tersebut ke nakas lalu menarik bangku yang ada di dekat ranjang dan segera duduk.
Soobin mendengar pertanyaan itu hanya diam, dia tidak tau harus menjawab apa?
Dia baik-baik saja, tapi tidak dengan perasaannya, semuanya hancur.
Dirinya bahkan baru bisa menangis saat ini setelah kejadian kecelakaan yang membuatnya kehilangan semuanya, janinnya yang berusia 7 bulan ikut tewas begitu saja.
Alih-alih menjawab pertanyaan Yeonjun, Soobin malah menangis dengan keras saat itu juga membuat Yeonjun yang duduk di samping ranjang kakak iparnya itu hanya melirik kakak iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! -yeonbin✔
FanfictionI will do anything to have you. Yeonjun suka dengan kakak iparnya sendiri, lalu demi mendapatkan Soobin, dia rela harus mengorbankan nyawa kakaknya sendiri. ➡️25.02.24 ©2024