Hai, ma
Boleh aku mengeluh? Aku tau mengeluh itu tidak baik, tapi kalau di pedam lebih lama lagi itu akan menyakitkan. Mah, boleh gak sih aku bahagia sebentar?
Boleh hidupku tenang? Sehari aja tanpa suaramu yang membuat telingaku sakit, bukan telinga sih lebih tepatnya hatiku. Mah, boleh, ya? Sehari tanpa emosimu?Dan kalau boleh nawar lagi, ya, mah. Masalah keluarga kita gak usah di ceritakan ke orang-orang yang suka julit, aku cape mah di omongin terus! Ya, mungkin karna aku juga yang salah tapi 'kan mah itu menyakitkan...
Masa mereka bilang gini mah, "Ck, anak kurang ajar," kan sakit hati banget!
Ya, aku akui memang aku salah juga gak mau tegur-sapa sama mereka. Tapi kurang ajarnya aku diaman? Dimana letaknya? Karna gak mau tegur-sapa? Padahal gara-gara mereka aku sampai takut ketemu orang banyak mah!
Mah, aku mempunya trauma tapi mama gk tau kan? Biar aku kasih tau disini, ya...
Bilang aja aku anaknya perasa karna omongan mereka karna sewaktu kejadian itu (Berantem) . Namaku jadi jelek di masyarakat mah, orang-orang mengangap aku. Aku yang paling jahat! Padahal faktanya aku terluka hebat, mah!
Mama tau kan? Waktu 3 bulan kejadian itu, aku seperti orang gila? Tapi mama gak sadar kalau di situ aku lagi depresi tinggat tinggi?
Mama tau apa yang aku rasain saat itu? Aku kesepian! Rasanya aku seperti orang gila dan di situ mencoba rencana bunuh dirikan mah; dan mama bentak aku dan maki-maki aku dengan alasan kerasukan setan! Padahal yang kubutuin saat itu hanya ingin dipeluk dan di beri kata-kata penyemangat.
Sesimpel itu mama! Tapi mama bilang aku jahat dan anak durhaka! Aku kecewa sama mama! Mama gak pernah ada untukku!
Apa aku harus mati dulu untuk di sayang sama mama?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat untuk mama
Short StoryMaaf, ma. Aku menyerah Sebuah cerpen pendek, namun begitu banyak maknanya.