KENJI 12

23 1 0
                                    

Terima kasih saya ucapkan kepada yang sudah mampir dan memberikan vote serta komennya.

Happy reading

Alvina menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum manis karena sudah ketahuan oleh Kenji yang waktu itu ia hanya berakting.

Kenji geleng-geleng kepalanya dan mengacak rambut sang istri. "Udah bisa akting, ya," ejek Kenji membawa tubuh Alvina ke dalam pelukannya.

Alvina melepaskan dirinya dari pelukan Kenji dan menggerakkan tangannya.

"Terus pas aku obati luka mas?" tanya Alvina mengerutkan dahinya.

"Aku sengaja buat pura-pura buta," jawab Kenji sambil melihat mata Alvina yang kentara sekali terkejut.

"Terus kenapa kamu enggak ajak Gavin?" tanya Kenji sambil mengalihkan pandangannya dari Alvina dan melihat jendela.

"Bang Gavin udah anggap mas kayak adiknya. Jadi, ya kemungkinan besar dia gak mau." Alvina pun berdiri berniat untuk duduk di pangkuan suaminya. Namun Kenji langsung bangkit dan berjalan ke arah jendela.

"Iya sih. Dia kayaknya udah anggap aku adiknya. Tapi dia gak ada bilang," ucap Kenji membenarkan ucapan Alvina tadi sambil tangannya membuka jendela biar udara masuk.

Alvina pun menghampiri suaminya dan berdiri di samping Kenji sambil matanya melihat luar kamarnya.

"Kamu gak ajak Bapak dan Ibu?" tanya Kenji tanpa menatap sang istri.

Alvina menggelengkan kepalanya. "Enggak. Waktu itu Bapak sama Ibu lagi ke luar kota," jawab Alvina yang sama tidak melihat Kenji.

Setelah percakapan itu, baik Kenji maupun Alvina larut dalam keheningan. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Kenji lagi memikirkan apakah harus membuat pesta ulang tahun atau tidak? Kalau iya, itu akan membutuhkan waktu lama. Kalau tidak, 'ah. Sebaiknya tidak usah aja,' batin Kenji.

Sedangkan Alvina, ia memikirkan apa suaminya nanti malam akan melakukan kayak tadi malam lagi atau tidak?

"Al," panggil Kenji menghadapkan dirinya pada Alvina.

Alvina pun melihatnya sekilas dan kembali menatap depan.

"Sholat yuk. Udah masuk sholat zhuhur," ajak Kenji ketika ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 1 siang.

Alvina menganggukkan kepalanya dan mereka berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Kemudian mereka sholat berjamaah.

Selesai sholat, Kenji dan Alvina memutuskan tidur siang. Sebangun tidur, Kenji mengajak Alvina ke halaman belakang untuk bersantai-santai sambil ditemani awan yang cerah pada sore hari.

Mereka memutuskan untuk duduk di ayunan taman belakang rumah dengan Kenji yang terpaksa memangku Alvina atas permintaan sang istri.

"Kalau misalnya aku pergi dulu, aku mohon kamu tetap bahagia ya, Al," kata Kenji yang langsung membuat Alvina membeku.

Bagaimana tidak membeku, ia sudah sayang sama Kenji. Jangankan sayang, ia bahkan sudah cinta mati dengan suaminya itu.

"Kamu kenapa ngomong gitu?" tanya Alvina yang menahan diri untuk tidak matanya berkaca-kaca.

"Jodoh, maut, rezeki, itu ada di tangan yang atas. Jadi, kamu harus ingat 'Cinta itu ibarat hukum atom. Ada saatnya harus saling memiliki, namun ada juga saatnya harus melepaskan'. Aku selalu menerapkan dalam kehidupan aku," jawab Kenji yang sukses membuat mata sang istri berkaca-kaca dan siap untuk menumpahkan air matanya.

PANGERAN SURGA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang