02. "Ini semua gara-gara lo!!!"

589 128 29
                                    

Semua orang pasti berubah. Bukan hanya bentuk tubuh, tapi juga sifat, sikap, juga keadaan. Pasti berubah seiring dengan berjalannya waktu, seiring dengan memutarnya roda kehidupan.

Pasti berubah.

Seperti Setra yang sejak kedatangan Gita di rumah menjadi lebih pendiam, tak banyak bicara, dan lebih sering berada di kamar. Membuat Arka sebal. Ia kesulitan mengajak kakaknya itu bermain, kesulitan mengajak kakaknya itu untuk sekadar mengobrol, bahkan kesulitan untuk sekadar meminta bantuan kakaknya itu membantu mengerjakan tugas sekolahnya.

Arka pernah menangis keras karena hal itu, saat di akhir pekan Setra tak jadi bermain bersamanya padahal sudah janji beberapa hari sebelumnya. Setra mengatakan bahwa ia akan bermain sepeda bersama Arka akhir pekan nanti kalau Arka mendapat nilai sempurna dari tugas yang dikerjakan sendiri. Dan saat Arka menagih janji itu karena ia berhasil mendapat nilai sempurna dari tugas Matematika yang dikerjakannya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain, Setra tiba-tiba membatalkan janji tersebut karena harus pergi kerja kelompok ke rumah temannya.

Setra sudah SMP, kegiatannya jelas jauh lebih banyak daripada Arka yang masih SD. Setra pulang lebih siang dan terkadang harus sambung ke tempat les sampai sore. Belum lagi segala jenis PR yang jumlahnya banyak. Ia tak bisa terus-menerus meladeni Arka yang masih banyak bermain daripada mengurusi urusan sekolah. Dan itu membuat Arka marah.

"Mas udah janji sama aku!" Arka berteriak di depan pintu kamar Setra yang terbuka, menatap kakaknya itu yang sibuk memasukkan barang-barang keperluannya untuk kerja kelompok ke dalam tas.

Setra hanya diam, cenderung mengabaikan karena sudah sejak semalam ia menjelaskan apa yang terjadi, bahwa ia tidak bisa main sepeda bersama Arka.

"Arka, Setra harus kerja kelompok ke rumah temennya, nggak bisa main sama kamu,” suara Rama  terdengar saat Arka sudah mulai menangis. “Sana main sepeda sendiri, atau main sama Gita di depan. Sekalian ajarin dia main sepeda.”

“Nggak mau!!! Aku mau main sama Mas Setra!!!” suara Arka semakin keras berteriak, menangis, dan mengamuk.

Sedangkan Setra masih tak mengatakan apa pun sampai dia pergi dari rumah meninggalkan keributan dengan diantar seorang sopir.

Arka itu selalu dimanja sejak ia kecil. Apa pun keinginannya selalu dituruti, sekalinya tidak, ia punya segudang cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, entah dengan mengamuk sampai orangtuanya lelah dan akhirnya menuruti keinginannya, atau dengan meminta bantuan Setra, memakai koneksi kakaknya itu yang Arka sendiri sadari kalau mama dan papanya lebih banyak mendengar ucapan Setra daripada dirinya sendiri.

Araa masih terus menangis bahkan setelah Setra pergi dari rumah setengah jam yang lalu. Wulan sedang tidak ada. Wanita itu sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota sejak dua hari yang lalu dan rencananya baru akan pulang besok. Membuat emosi Rama yang berada di rumah dan harus menghadapi ini di hari libur setelah menghadapi padatnya pekerjaan minggu lalu memuncak.

“Arka!?” panggil lelaki itu dengan tugas dan keras, kakinya dengan asti melangkah menuju tempat di mana Arka masih belum menghentikan tangisannya, membuat keributan di dalam rumah.

Arka tidak punya pengasuh seperti Gita. Yang mengurus kebutuhannya bahkan untuk hal sepele menyisir rambut. Arka tidak punya orang seperti Ulya yang akan dengan cepat datang memeluk dan menenangkan jika ia menangis. Mamanya bisa melakukan semua itu untuknya. Tapi hari ini Wulan sedang tidak ada. Meski sebelum berangkat Wulan sudah berpesan banyak pada Arka untuk sekolah yang benar dan tidak boleh nakal selama di rumah, sejatinya Arka hanya bocah berusia sembilan yang masih butuh peran orang dewasa di sampingnya.

Andai saja dua asisten rumah tangga yang ada di rumah ini punya peran seperti Ulya, bukan hanya sekadar membersihkan seisi rumah dan memasak saja, kejadian ini mungkin tak akan terjadi. Kejadian di mana Arka melihat sang papa adalah seseorang yang menyeramkan, kejadian di mana Arka melihat sang papa seperti monster jahat dibandingkan superhero yang bisa menyelamatkan dunia. kejadian di mana Arka mulai membenci sang papa untuk waktu yang lama.

SE(patah)KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang