Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis.
Happy Reading
---
Jujur, lelaki didepannya ini adalah orang spesial baginya.
Lelaki dengan nama lengkap Liandi Dikara Mahendra merupakan sahabat masa kecil Alaia. Bahkan sampai sesaat sebelum mereka lulus SMA.
"Jadi.. Lo mau minta tolong apa..?"tanya Liandi dengan nada selembut mungkin yang ia bisa. Perempuan di depannya masih terus terisak.
Alaia lantas menggeleng kuat.
Liandi yang melihat itu menghela nafas kasar. "Lo bawa motor..?"Alaia mengangguk sebagai jawaban.
"Pulang bareng gue, naroh motor Lo, abis itu cari angin ma gue, yuk"ucapnya lembut. Alaia hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.
Setelah beberapa waktu, mereka sudah menaiki motor yang sama. Alaia menenggelamkan wajahnya di punggung lebar Liandi.
"Jadi.. Lo kenapa..?"tanya Liandi di motor. Mereka berboncengan dengan tangan Alaia yang melingkar di perut Liandi untuk berpegangan.
"Dari awal tadi, Lo keliatan gak sehat Jiwa raga tau.."ucapnya diselingi kekehan kecil.
Hingga, mereka sampai di sebuah danau yang indah dengan pemandangan sorenya. Mereka turun dari motor dan Liandi menggendong gadis tersebut bridal style sembari Alaia mengalungkan tangannya di leher Liandi. Ia masih terisak.
"Kenapa, Aya? Aku gak punya kemampuan membaca pikiran, lho,"lirihnya. Ia sadar bahwa ucapannya sebelumnya itu membuat gadis di pelukannya sakit hati. Ia tak bisa menelan lagi ucapannya itu.
Alaia bagaikan perempuan lemah jika bersama lelaki ini karena tak perlu menahan air matanya. Ia dapat mengeluarkan keluh kesahnya seperti saat Ia bersama kakak tertuanya, Xavier.
Mereka berjalan menyusuri pinggiran danau sembari Alaia yang masih berada di gendongan Liandi. Angin sore menyapa keduanya membuat rambut Alaia yang tadinya terkuncir menjadi tergerai.
Suasana yang syahdu itu menghentikan Liandi di salah satu sisi danau dan menurunkan gadis itu dari gendongannya. Ia merapihkan rambut yang mengenai wajah perempuan tersebut. Ekpresinya melembut.
Ia mengelus pipi Alaia. "Apa yang merengut senyuman lo, hmm? " Tanyanya. Alaia tak memberikan jawaban dan hanya memandang wajah lelaki itu lekat. Iris matanya menyiratkan rasa sedih nan sakit.
Alaia menggeleng. "Sang bunga yang dulu mekar bersama ke enam saudaranya kini hanya tersisa 5 yang dapat bergoyang sementara 1 diantaranya telah mati dan 1-nya lagi akan menyusul"
Liandi melebarkan matanya. Sudah biasa Alaia jika mengatakan hal-hal buruk pasti akan menggunakan sebuah diksi-diksi rumit yang hanya dipahami oleh sedikit orang terdekatnya.
Artinya : salah satu dari kami sudah tiada.
![](https://img.wattpad.com/cover/362835482-288-k541398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [End]
Mystery / Thriller"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...