Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Sudah sehari berlalu semenjak dirinya dan Liandi berpisah. Rasanya seperti setahun.
Tok tok tok
Siapa yang datang pagi pagi begini? Tanya Alaia dalam hati.
Rumah yang awalnya begitu ramai, kini terasa sangat sepi. Ia berjalan menuju pintu keluar dan melihat dari jendela. Liandi.
"Liandi? "
Liandi menatapnya hangat begitu wajahnya terpampang jelas di ambang pintu. Alaia tersenyum. "Kenpa? Tumben pagi banget"
Liandi menghela nafas panjang. "Ikut aku"
"Kemana?,"
"Ikut saja" Ucapnya lagi.
Alaia mengangguk, ia mengambil hoodie yang berada di gantungan belakang pintu dan mengunci pintu rumahnya.
"Aku kunci pintu dulu, kau duluan aja ke mobil"
Liandi tersenyum simpul dan diam menunggu. Begitu Alaia selesai mengunci pintu, ia lantas berbalik dan menabrak dada liandi kencang.
"Aduh"
"Eh? Kamu gpp? " Tanya Liandi. Ia menangkup kan wajah perempuan itu untuk melihat dahinya.
"Kok kamu masih disitu sih? Uhm! " Ia mengerucut kan bibirnya, merajuk.
Liandi terkekeh. Tangannya meraih tangan mungil perempuan itu dan membawanya ke mobil.
"Kita mau kemana sih? Kok kamu diem aja dari tadi? "
"Aku mau nunjukkin sesuatu. Ini berkaitan dengan keluarga mu"
Atmosfer disekitar berubah menjadi serius saat Liandi berkata demikian. Suara mesin mobil menyala dilanjutkan dengan kendaraan itu keluar dari pekarangan rumah Andakara.
"Siapa aja dirumah? "
"Al"
"Altharey? " Tanyanya memastikan.
Alaia mengangguk. "Gara beberapa hari ini gak pulang, dia bilang ada yang harus dia kerjakan" Ucap Alaia tenang.
Liandi mengangguk paham dan kembali memfokuskan diri pada jalanan di depannya.
"Dia jadi mirip Xavier ya, suka keluar berhari hari tanpa kabar"Alaia menggeleng. "Kalau kak Xavier, beneran tanpa kabar, kalau dia, sedikit ngabarin".
Hening.
"Kau... Tau bahwa beberapa hari belakangan ini banyak kasus pembunuhan... Kan? " Tanyanya memastikan.
"Iya, itu kejam banget sih yang bunuh. Masa anak bayi juga di bunu—"
"Pembunuhnya sama dengan pembunuh saudaramu" Skakmat. Ucapan Liandi membuatnya membeku. Apalagi, baru tadi kemarin ia mulai menerima keadaan, namun sekarang harus di timpuk lagi oleh fakta baru.
"Apa maksudmu? Kenapa pembunuh itu mengincar orang-orang di sekitar? " Tanyanya bingung.
Liandi mengeluarkan handphone nya. Ia membuka sebuah file yang berisi kondisi-kondisi korban pembunuhan yang mana di dahinya tertulis angka, huruf dan simbol.
Alaia terus men-scroll ponsel Liandi dan berhenti pada satu photo yang membuatnya merinding sekujur badan. "Li"
"Hmm? "

KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [End]
Tajemnica / Thriller"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...