#3|Merasa mati lebih baik

20 4 0
                                    

Jam menunjukan pukul 14:30 saat guru bahasa Indonesia tengah menjelaskan,bunyi lonceng tanda waktu pulang sekolah.

"Et mau ke mana lu, gue denger-denger kemarin lu sama bang Al ya, anjay udah punya bakingan nih" ucap Vano yang tiba-tiba mencegat Skala saat hendak melangkah keluar dari pintu kelas.

"Enggak kemarin kebetulan aja ketemu di jalan" jawab skala

"Alah ngaku aja deh lu,Lu pasti mau balas dendam bukan sama gua" Vano mendorong sedikit keras pundak skala, tentunya skala terdorong hingga menabrak dinding.

"Gue nggak ada sedikitpun mikir kayak gitu Van" jawab Skala sambil menunduk

"Masih berani lu ngejawab gua?! Awas lo-"Vano hendak melayangkan tinjuan ke arah skala namun terhenti karena Pak Hendro menegur mereka "Vano!" Teriak pak Hendi dari koridor depan kelas.

Pak Hendro berjalan mendekati mereka, Vano membatalkan tinjuannya dan menurunkan tangannya kembali. "Ah sial Pak Tua itu ganggu aja" ucapan Vano menggerutu. Sesampainya Pak Hendro, tepat di hadapan mereka berdua.

"Mau ngapain kamu Vano!, mau berantem kamu sama Skala?" Tanya Pak Hendro dengan raut wajah yang santai seperti biasanya. Pak Hendro memang begitu,tidak terlihat serius tapi juga bisa serius di waktu tertentu.

"Hahaha nggak kok pak tadi cuma bercanda aja sama skala,ya kan Kal?" Ucap Vano lalu merangkul pundak skala. Seakan-akan tidak terjadi apapun. Skala hanya bisa terdiam.

"Beneran Kal?Vano nggak ngapa-ngapain kamu kan?" Tanya Pak Hendro ke Skala. Skala hanya mengangguk arti mengiyakan dan sedikit tersenyum terpaksa.

"Ya sudah kalau gitu bapak pergi dulu ya, jangan berantem lo" ucap pak Hendro dibalas anggukan dari mereka berdua. Kemudian Pak Hendro berjalan pergi menjauh dari mereka. Kini hanya skala dan Vano.

"Untung aja ada Pak Hendro kalau nggak habis lu sama gua"ucapan no lalu melepaskan rangkulan nya dengan kasar, lalu pergi meninggalkan skala.

Skala termenung sebentar. Beberapa menit dia termenung, entah apa yang dia pikirkan, dia hanya terdiam selama beberapa menit, sampai akhirnya tersadar sendiri dan kemudian skala berjalan keluar dari sekolah. Belum terlalu jauh keluar dari sekolah. Suara motor Alvaro mendekati skala. Kemudian berhenti tepat di samping skala. Kalaupun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Alvaro.

Alvaro membuka kaca helmnya. "Mau bareng lagi nggak Kal?" Tanya Alvaro.

"Gak usah bang gue jalan aja" jawab skala kemudian melanjutkan jalannya. Tidak berhenti sampai di situ Alvaro menjalankan motornya juga dan menyusul skala.

"Udah ayo bareng aja nggak papa, siapa tahu kita searah" ucap Alvaro ucap ke Skala.

"Nggak usah bang nggak apa-apa,nggak enak gua" ucap skala. Sebenarnya bukan hanya tidak enak, tapi juga skala berpikir apa yang akan dilakukan Vano ketika melihat skala pulang bersama Alvaro. Skala juga takut akan menimbulkan fitnah seperti menjilat atau memanfaatkan Alvaro saja.

"Ya udah kalau gitu gua nggak bisa maksa juga, gue duluan ya Kal" ucap Alvaro kemudian menjalankan kembali motornya. Kalau melihat motor Alvaro menjauh darinya dan kemudian skala melanjutkan jalannya. Sampai akhirnya skala sampai di rumahnya.

"Ibu kala udah pulang"ucap skala sambil melepas sepatunya. Kemudian membuka pintu rumah dan masuk.

"Iya Kal, ibu lagi di dapur" ucap ibunya.

SKALA AGHANATRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang