3.LUKA

671 57 4
                                    

KANTIN

          Suasana kantin GSIS terlihat cukup ramai siang itu, dengan para murid yang sibuk mengantri dan menyantap makan siang  mereka di bangku kantin yang hampir terisi penuh.

      Tanpa mengiraukan keramaian penghuni kantin lainnya, meja yang diisi tiga orang siswi ini justru hanyut dalam kesunyian. Diantara mereka tidak ada yang membuka suara, bahkan makanan yang mereka pesan pun terlihat  masih utuh tak tersentuh.

"Kak..." Panggil Rami.

"...."

" Kak Ritha" Panggilnya lagi.

"Iyaa adek, kenapa?" Balasnya lembut.

" Kak, yang lain kok belum keliatan ya?" Tanya Rami yang diangguki Ayon.

"Adek buat ulah apa lagi ya kak?" Tanya Ayon.

" Apa parah banget yang adek lakuin" Lanjutnya.

"Emm kakak jug... "

"Nah itu mereka" Ucap Rami memotong ucapan Ritha, sambil menunjuk kearah pintu kantin.

          Disana terlihat tiga siswi yang berjalan beriringan dengan salah satu diantaranya yang masih terus menunduk. Mereka berjalan menuju meja yang  ditempati Ritha,dan segera menempati kursi yang masih tersisa dengan Asa yang langsung menelungkupkan kepala di kedua lipatan tangannya. Melihat itu Ritha, dan sikembar saling pandang kebingungan.
  
"Dek..." Panggil Ritha.

"...." Yang ditanya masih setia menunduk tanpa mengeluarkan suara.

        Pandangan Ritha kini beralih pada Rora yang juga menatapnya, namun itu hanya sesaat sebelum akhirnya ia ikut menunduk seperti sang adik. Pandangannya kini beralih pada Asa yang masih setia menelungkupkan kepalanya.

"Sa...." Panggilnya.

"LOHH INI PIPI KAMU KENAPA....." Lanjutnya kaget saat Asa mendongakkan kepalanya.

" Gapapa kok kak" Ucap Asa dengan  senyum tipis.

"Tunggu" Ucap Ritha sambil beranjak dari duduknya.

"Apaan sih kak, gapapa gimana coba. Itu pipinya biru gitu juga" Ucap Ayon sedikit kesal.

"Ssshh..." Ringis Asa pelan saat tangan Rami menyentuh pipinya.

"Itu pasti sakit banget... kan kak?" Tanya Rami dengan mata yang berkaca-kaca. Asa yang melihat itu hanya terkekeh kecil.

"Lo kok cengeng banget sih, Ram. Ka Asa juga biasa aja" Ledek Ayon pada kembarannya, yang hanya dibalas tatapan sinis.

"Sini, biar kakak kompres" Ucap Ritha yang entah darimana, kini kembali dengan kompresan ditangannya. Asa yang melihat itu pun hanya menurut, pada sang kakak.

          Beberapa saat hanya ada keheningan,  Ritha yang fokus dengan kegiatannya pada Asa, dan kedua bungsu yang masih terdiam enggan membuka suara. Sikembar?? Mereka sibuk menghabiskan makanan yang tadi dipesannya, tanpa mengeluarkan suara.

Drrtt!!.....Drrtt!!.....
Kak Ruka calling....

          Suara dering yang berasal dari ponsel Rora memecah keheningan, dengan segera sang empunya merogoh saku seragamnya, dapat dilihat nama sang kakak tertua tertera disana. Matanya kini menatap saudaranya satu persatu, sebelum pada akhirnya mengangkat telepon itu.

"Hallo" Suara Ruka terdengar diseberang sana.

"Iya kak"

"Ra, kamu lagi sama yang lain kan?
Kakak khawatir banget, soalnya Asa hp nya ga aktif.
Kakak-kakak kamu yang lain juga gaada yang angkat
telepon kakak sama sekali, kalian gapapa kan?"

LOST LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang