2

281 25 13
                                    

Nut terbangun karna suara benda jatuh dari arah dapur. Ia menyibak selimut, mencari kemeja dan celananya yang tidak terlihat dimanapun. Karna tidak menemukannya, akhirnya ia hanya keluar memakai celana pendek dan kaos hitam polos yang masih terpakai ditubuhnya.

Sai sedang fokus menggoreng telur saat Nut keluar dan bersandar dipintu kamar mengamatinya.

Sai membuat telur setengah matang lalu memindahkannya ke dua piring yang sudah ada 3 sosis ukuran sedang dan roti bakar dimasing-masing piring. Saat itulah dia melihat Nut sedang mengamati.

"Selamat pagi!" sapanya dengan senyum sumringah.

"Sudah bukan pagi lagi'kan." ucap Nut sembari beranjak duduk di kursi meja makan.

Sai membersihkan meja dapur dan mengelap semua kekacauan yang ia sebabkan untuk membuat sarapan. Setelah selesai, ia membawa dua piring ke meja makan dan menaruh salah satunya di depan Nut.

"Tadinya ingin membuat sesuatu yang lain. Tapi aku tidak berbakat dalam urusan memasak." sesalnya.

Nut menusuk satu sosis dengan garpu lalu menggigitnya, mengunyahkan dengan ekspresi menilai.

"Hei... Itu hanya sosis. Aku hanya perlu menggorengnya sedikit. Kau memperlakukannya seolah aku sedang kontes." protes Sai.

Nut terkikik geli sambil menikmati sarapannya. "Menggoreng sosis juga perlu keahlian. Minimal tidak gosong." katanya dengan canda.

"Lain kali aku akan belajar memasak sesuatu untukmu." ujar Sai tanpa berpikir.

Tapi Nut yang mendengarnya menjadi terdiam sejenak sebelum tersenyum meremehkan. "Orang selalu bicara penuh janji manis saat sedang mengejar seseorang yang dia suka. Tapi semuanya hanya omong kosong." katanya penuh ironi.

Sai menatapnya dengan tanda tanya. Ia menyadari wajah Nut yang tadinya cerah menjadi layu kembali seperti semalam. Ia menebak, Nut punya pengalaman yang tak menyenangkan tentang sebuah hubungan. Lalu ia mengambil keputusan,

"Aku akan mati digigit anjing jika tidak memberimu makanan yang kumasak sendiri!"

Nut terdiam untuk kesekian kalinya. Ia tersenyum mengejek, kemudian melempar garpu-nya keatas meja begitu saja.

Sai menjadi panik saat melihat Nut bangkit menuju kamar. Lalu ia mengikuti.

Nut bertanya tentang keberadaan pakaiannya. Sai tidak banyak bertanya, hanya bergegas membuka lemari dan mengambil celana jeans secara acak. "Pakai ini." katanya.

"Dimana milikku?" tanya Nut.

"Itu terkena alkohol. Aku mencucinya." jelas Sai. "Pakai milikku dulu. Tidak apa-apa." lanjutnya.

Nut menghela nafas tidak sabar, menyambar celana ditangan Sai dan memakainya. Kemudian meraih barang-barangnya seperti dompet, ponsel dan kunci mobilnya di meja samping tempat tidur. Tanpa basa-basi, ia langsung berjalan menuju pintu keluar.

Sai tidak mengerti apa yang salah. Jadi ia mengikuti dan menyambar lengan Nut untuk membuatnya berhenti. Ia memegangnya erat supaya Nut tidak pergi. "Aku mengatakan sesuatu yang salah? Ada apa?" tanyanya.

"Kita hanya orang asing." sahut Nut, membuat Sai semakin bingung. Tadinya semua baik-baik saja. Mereka berciuman dan tidur di ranjang yang sama meskipun tidak berhubungan sex. Kenapa tiba-tiba Nut menjadi kesal? Ia sama sekali tidak paham.

"Kau baru mengenalku semalam. Aku sudah bilang, aku bukan orang baik." ucap Nut.

Sebenarnya Nut sendiri juga bingung kenapa ia merasa kesal. Entah kesal karna ia tahu Sai berkata jujur atau ia kesal tiba-tiba dia mengharapkannya tapi ia punya kekasih. Sai tipe yang sangat mudah dibaca, Nut bisa merasakan kesungguhan dalam kata-kata Sai hingga membuatnya goyah selama 3 detik.

UNHAPPYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang