~Sulit untuk menunggu seseorang yang kamu tahu mungkin tidak akan pernah menjadi milikmu. Namun, akan lebih sulit untuk menyerah ketika kamu tahu itu yang kamu inginkan~
****
Awan hitam menyelimuti langit ketika hujan turun menjamah bumi dengan begitu derasnya. Membasahi tanah kering nan gersang hingga melahirkan aroma tanah basah yang begitu khas tercium. Menciptakan genangan-genangan air di jalanan yang padat pengemudi akibat saluran pembuangan yang tersumbat.
Di dalam ruangan bernuansa abu-abu seluas 6x6 meter persegi, Xiao Zhan termenung kosong di balik pintu jendela yang terbuka lebar. Embusan angin membawa suara gemuruh yang makin menguat, menyapa permukaan kulit yang hanya dilapisi selembar piama tipis yang menyebabkan tubuhnya menggigil kedinginan.
Meskipun demikian, pria bermata pheonix itu memilih abai. Tak ada secuil pun keinginan untuk beranjak barang sekedar mencari sumber kehangatan. Xiao Zhan tetap berdiam diri di tempat bersama dengan segala kekhawatiran yang menari-nari memenuhi benaknya.
Xiao Zhan jelas tidak baik-baik saja sekarang. Pikirannya kacau balau, begitu pula dengan kondisi hatinya yang telah hancur berhamburan. Ia tak tahu harus bereaksiseperti apa. Haruskah ia merasa senang karena setelah dua tahun penantian, ia akhirnya bisa mendapatkan haknya sebagai seorang suami atau justru harus bersedih lantaran semua itu terjadi akibat pengaruh alkohol?
Andai saja hubungannya dengan Wang Yibo sama seperti hubungan suami-istri di luar sana pada umumnya, ia mungkin tak akan sekalut ini sekarang. Namun, Xiao Zhan jelas tahu jika mereka berbeda. Pernikahan ini dilandasi oleh paksaan, bukan karena cinta. Ya, setidaknya begitulah yang selalu Wang Yibo tekankan selama ini.
“Arghhh!”
Teriakan nyaring nan menggelegar dari arah belakang memecah lamunan. Dengan tergesa, Xiao Zhan berlari menghampiri penghuni lain yang ada di atas kasurnya. Sosok manis yang telah ia nikahi dua tahun lalu. Cinta pertama yang mungkin akan menjadi cinta terakhirnya kelak.
“Yi---“
Yang bersangkutan segera menepis tangan lain yang hendak menyentuhnya. Iris indahnya memancarkan kobaran api kebencian yang sukses menambah luka di hati Xiao Zhan.
“Apa yang kau lakukan padaku, Berengsek! Kau meniduriku? Kau menyentuhku tanpa izin? Kau berengsek Xiao Zhan. Kau biadab!”
Wang Yibo murka. Ia meraih apa pun yang ada di sekitarnya lalu mengarahkan benda-benda itu ke arah Xiao Zhan. Ia tak peduli jika pria yang berstatus sebagai suaminya akan terluka. Amarah telah melahapnya, membuat akal sehatnya buntu seketika.
Di tempatnya berdiri, Xiao Zhan hanya diam tak bergeming. Ia tak mengelak ataupun menepis ketika benda-benda mati itu melayang ke arahnya. Ini memang salahnya. Ia terus merapalkan hal yang sama bagaikan sebuah mantra. Mendoktrin diri sendiri jika ia memang pantas menerima semua amukan dari istrinya.
“Aku membencimu. Aku sangat membencimu, Xiao Zhan. Kau menghancurkan hidupku. Kau merenggut kebebasanku. Kau membuatku hidup bagaikan di dalam neraka. Kenapa? Kenapa aku harus bertemu denganmu? Kenapa aku harus menikah dan menjadi istrimu? Kenapa?”
Vas bunga yang ada di atas nakas juga diraih, Wang Yibo terlalu emosional hingga tak peduli apa pun lagi. Ia hanya ingin melampiaskan kemarahannya, kekecewaannya dan juga keputusasaannya.
Kedua mata terpejam rapat tatkala benda berbentuk silinder itu pecah dan melukai dahi. Darah segar seakan berlomba-lomba keluar dari sumber lukanya. Itu menyakitkan tapi tak seberapa jika ingin dibandingkan dengan sakit yang dirasakan hatinya saat ini. Memangnya siapa yang akan tahan jika ditatap penuh kebencian seperti itu oleh sosok yang sangat dicintai?
“Maaf,” lirih Zhan sendu.
Iris emas Yibo membola kaget setelah menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Namun itu tak berlangsung lama. Egonya mengatakan jika Xiao Zhan pantas menerimanya atas perbuatan yang pria itu lakukan pada tubuhnya.
Pandangan lalu dialihkan ke arah lain. Wang Yibo merasa enggan jika harus menatap wajah kacau suaminya. Demi Tuhan, ia tak ingin tinggal berlama-lama di ruangan ini. Rasanya memuakkan jika harus mengingat apa yang telah terjadi antara dirinya dengan si pemilik kamar semalam.
Menahan hujaman perih di lubang analnya, Wang Yibo bangkit dengan susah payah. Ia berjalan tertatih-tatih dengan salah satu tangan yang bertumpu pada dinding. Hanya ada selembar selimut yang menutupi tubuh polosnya.
Di depan pintu, sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamar Xiao Zhan, pria manis itu menghentikan langkah kakinya. Dengan tekat yang kuat ia berkata, “Akan kubuat kau menyesal karena telah menyentuhku Xiao Zhan. Camkan itu baik-baik.”
Selepas kepergian pria manis itu, Xiao Zhan langsung ambruk. Rasa sesak yang menekan area dada membuat ia nyaris kehabisan napas. Ini sungguh menyakitkan, ia seakan-akan dicabik dari segala sisi, luar dan dalam.
Jika boleh Xiao Zhan ingin berteriak, memaki dan mengutuk pemilik semesta yang telah tega menuliskan garis takdir yang begitu keji untuknya. Namun, suaranya seakan tertahan di tenggorokan. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menangis dalam kebisuan. Meresapi sakitnya seorang diri. Sakitnya mencintai sendiri. Sakitnya mengharap sendiri. Sakitnya berjuang sendiri.
--- TAMAT di PDF ---
⏩ Versi lengkap cerita ini tersedia dalam bentuk PDF, ya. Mengenai harganya, kalian gak perlu khawatir. Harganya murah meriah dan merakyat tentunya heheheh 😂
Emangnya berapa, sih? Cuman 15.000 saja. Gimana? Murah bukan?
Jadi tunggu apa lagi? Hayuk buruan diorder. Seperti biasa, ordernya langsung ke admin Zay Lotus, ya😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara (Zhanyi)
FanfictionTidak ada yang salah dengan cinta, yang salah itu mencintai sosok yang tidak tepat. Xiao Zhan hanya ingin melindungi Wang Yibo dari kekejian orang tua pria manis itu sendiri meskipun harus menggunakan cara kotor untuk mewujudkan inginnya. Xiao Zhan...