Bab 1: TINA

1 0 0
                                    

Tina

Teater dulu sangat menyenangkan, namun. Semua berubah ketika aku mengajak sahabatku ke pertunjukan teater pada hari itu. Hari dimana semuanya merubah segalanya.

"Gakk mau aku, Tinn. Aku ini mau ngopi aja di warungnya makk Ojaa," Bayu memberontak ketika aku menarik lengannya untuk mengikutiku.

Laki laki ini memang suka sekali ikut bergosip dengan bapak bapak di warung. Aku tidak akan membiarkan sahabatku secepat itu menjadi bapak bapak karena pergaulan bebasnya ini.

"Tinaaaa, nanti aku disana bosan, kalo aku tidur, kamu mau gendong aku?" Bayu memelas seperti Bayi yang sontak membuatku melepas lengannya. Jijik.

"Dih, najis." Kataku

Bayu tiba tiba meyengir kemudian merangkul pundakku.

"Kenapa sih sahabatku, apa kamu tidak mengerti kalo sahabat terbaikmu ini tidak ingin diganggu ketenangannya." Kata Bayu. Aku langsung menepis tangan Bayu dari pundakku, merengkut kesal.

"Sahabat terbaik apaan, yang engga mau nemenin sahabatnya nonton teater, jahat banget, padahal tinggal nemenin nonton doang," kataku memalingkan wajahnya ke arah lain.

Aku mendengar Bayu mendengus kesal dan tiba tiba menarik lenganku yang membuatku menatapnya. Menatap mata Bayu.

Bayu menatapku lama, begitupun diriku. "Yah udah, ayo aku temenin, tapi tolong jangan keseringan nonton teater ya, jangan setipa ada teater kamu nonton terus," kata Bayu.

Bibirku tertekuk. ingin menangis seperti Bayi.
"Kamu enggak ikhlas nemenin aku?"

Bayu tertawa dan langsung mendorongku begitu saja membuatku melotot kaget.

"Ah bodoh ah, ayo cepatan, jam berapa teaternya? Udah pesen ojol belom sih?" Bayu melihat sekeliling jalanan tidak ada kendaraan yang berhenti.

Tiba tiba satu mobil berhenti tepat di hadapanku dan Bayu.

"Kok cepat banget sih?" Heran Bayu sembari menggaruk rambutnya.

Aku mendekat ke arah Bayu sembari tersenyum.
"Aku sudah memesannya sejak lama," kataku yang tanpa sadar mengandeng tangan Bayu untuk masuk kedalam taxi.

Taxi itu akhirnya menuju ke tempat tujuan  yang dituju oleh Tina. Ke Gedung pertunjukan. Ini adalah tempat dilaksanakannya teater. Dari sini lah aku mengenal yang namanya teater. Aku hanya suka menonton, sangat menghibur bukan?

Namun orang dia sebelahku ini berbeda. Sudah sangat lama aku berteman dengan Bayu. Dari kecil, Hingga kini masa remaja kita menjadi sahabat.

Bayu mengenalku dengan baik sebagai orang yang sangat menyukai teater, pertujukan seni. Aku sangat menyukai itu. Namun Bayu tidak tahu ada hal yang lebih aku sukai.

Bayu tidak suka teater, dia tidak suka pertujukan seni, dia lebih suka menonton pertandingan olahraga, menonton bersama bapak bapak di warung.

Seperti yang aku bilang, Bayu ini salah pergaulan, bisa bisa dia akan menjadi bapak bapak diumurnya yang masih sangat muda ini.

Aku ingin mencoba mengubah hobi Bayu sedikit, sedikit menyukai tentang pertujukan seni. Dan

"Apa pertunjukannya nanti?" Tanya Bayu saat sudah duduk di kursi penonton, bersamaku yang kini tengah menatapnya dalam.

"Ha?" Aku mendengar semuanya, namun yang keluar dari mulutku malah kata kata itu.

Bayu menoleh menatapku.
"Judulnya apa?" Katanya sembari manarik turunkan alisnya.

Apa dia menggodaku?

"Oh judul, Cinderella."

Aku tersenyum tipis dan kembali menatap kedepan. Aku tidak boleh terlalu lama menatapnya. Walau seperti itu aku tidak bisa menyembunyikan senyumanku. Aku mencoba untuk tetap tenang dikondisikan seperti ini.

Bayu juga terlihat sepertinya akan menikmati pertunjukan yang akan segara dilaksanakan ini.

Tester pun dimulai. Namun aku malah tidak bisa fokus pada pertujukan yang ada. Yang ada aku malah teringat dengan kata kata temenku.

"Kalo, suka katakan saja, masih jomblo kan?" Ucap Laras yang kini berada dia atas pohon jambu.

Sementara aku dibawah sini, menunggu buah jambu yang jatuh dari Laras.

Laras tau semuanya, semua perasaanku. Itupun karena aku tidak sengaja mengatakannya kepada Laras. Namun Laras malah mendukungku untuk memperjuangkan perasaan ini.

"Aku takut ras, kita kan udah lama sahabatan," kataku kepada Laras. Aku harap Laras punya solusi yang tepat untuk diriku.

Namun Laras menghela napasnya.
"Cinta datang kepada mereka yang berani mengejar cinta itu, kamu mau menunggu keajaiban? Emang kamu Cinderella?"

Aku mengangkat satu alisku binggung.
"Kok Cinderella?"

"Iya Cinderella, cintanya dikejar oleh pangeran, dia rela menyuruh bawahannya mencari Cinderella sampai ketemu, padahal dia bisa aja mencari gadis lain, toh di dunia ini bukan hanya ada Cinderella kan? Tapi apa? Pangeran itu tetep pilih Cinderella, masa kamu enggak tau," Laras mulai kesal.

"Anjingg, masa jambunya banyak yang udah dimakan ulat sih!" Sentak latas melempar jambu yang sudah berlubang.

Aku terdiam. Memikirkan segala ucapan Laras. Rasanya ia ingin menjadi Cinderella. Dicintai segitunya oleh pangeran.

Aku menarik napasku dalam dalam. Sudah lama akhirnya ia menunggu waktu ini. Teater Cinderella, kebetulan sekali bukan.

Aku akan mengatakan segalanya, tentang perasaanku.

"Cinderella, cantik sekali! Aku menyukainya."

Aku menoleh kaget. Bayu baru saja mengatakan itu.

"Apa?" Tanyaku.

Bayu tersenyum lebar ke arahku, sekali kali ia menoleh ke atas panggung.

"Tinaa, gadis itu!" Bayu menunjuk ke arah panggung. Ke arah seseorang gadis yang sedang berperan sebagai Cinderella.

"Gadis itu telah mencuri hatiku, Tinn, sepertinya aku jatuh cinta!"

Bayu kembali menatap ke arah panggung, menatap kagum kepada gadis itu.

"Ohh siapa namamu wahai Cinderella?"

Aku menunduk lesu, nyatanya aku tidak bisa menjadi Cinderella. Aku membenci Cinderella. Aku membenci teater. Aku juga membencimu Bayu.

✨✨✨





Cinta Pertama ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang