Cuti

5 1 0
                                    

Happy Reading

STP. Sebuah perusahaan besar yang cukup ilegal. Perusahaan ini tidak diketahui banyak orang awam. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu. Walaupun STP merupakan sebuah perusahaan besar, karyawan tetap mereka tidak sampai 10 orang. Itu karena untuk menjaga kerahasiaannya.

STP perusahaan apa? Perusahaan layanan jasa. Perusahaan ini menawarkan orang-orang tingkat atas untuk menghancurkan lawannya, mencuri data penting lawannya, atau sekedar menganggu perusahaan lawannya. Entah tujuannya baik atau tidak, jika STP dan klien sudah membuat janji, maka akan dikerjakan.

Kantor perusahaan ini juga tersembunyi. Orang-orang tidak akan mengira bahwa itu adalah perusahaan yang cukup kejam. Kenapa? Karena kantor utama STP ada di basement kafe milik salah satu karyawan tetapnya. Beberapa karyawan tetap STP adalah barista di kafe tersebut. Dan lagi, hanya orang-orang STP yang tahu dimana letak pintu masuk ke basement. Kalaupun polisi datang untuk menggeledah pun tidak akan ditemukan apa-apa, hanya sebuah kafe biasa.

Bagaimana caranya membuat perjanjian dengan STP? Silakan cari pada dark web yang sudah dimodifikasi menjadi akun pemesanan makanan dari kafe tersebut. Tapi tidak semua orang bisa mengaksesnya. Orang biasa hanya akan dialihkan langsung pada menu makanan yang ingin di pesan. Untuk orang tertentu, maka akan dialihkan langsung pada laman permohonan balas dendam. Caranya hanya Bos yang tahu.

Jabatan yang ada di perusahaan ini juga sedikit dan unik. Ada Bos sebagai ketua perusahaan, seorang pembalap, seorang makeup artist, dua orang-orang ahli senjata, dua orang umpan atau yang terjun ke lapangan, dan hacker. Pembalap adalah Jim, makeup artist adalah Saras, ahli senjata ada Sam dan Jef, umpan ada Richard dan Hezi, dan hacker adalah Syl.

STP. Shut This Person. Perusahaan besar dengan karyawan sedikit yang hanya berisi orang-orang hebat.

 Perusahaan besar dengan karyawan sedikit yang hanya berisi orang-orang hebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hampir copot jantung gue. Untung lo gak apa-apa," ucap Jim pada Hezi di bangsal IGD rumah sakit.

Hezi tersenyum tipis. Lanjut mengelus kepala Syl yang memeluknya sambil menangis keras. Ini semua karena Vian mencekik Hezi, pemuda itu sampai harus dilarikan ke rumah sakit karena napasnya yang mulai pelan. Bersyukur sekarang sudah baik-baik saja.

"Gue kan punya sembilan nyawa," jawab Hezi sambil terkekeh. Jim menggeleng pelan, menatap Hezi kesal.

"Lo gak tau aja sepanik apa kita tadi waktu Syl manggil gue. Rasanya kuping gue kayak mau pecah saking nyaringnya cewek lo manggil-manggil gue nyuruh nelpon ambulans."

Hezi tertawa singkat. Dapat ia bayangkan bagaimana ekspresi Syl saat memanggil Jim tadi.

Syl mulai tenang. Tangisannya sudah berhenti. Tapi dada Hezi mulai berat. Sepertinya Syl tertidur. Satu tangannya yang bebas infus menyelipkan rambut Syl ke telinganya. Dapat terlihat mata perempuan itu terpejam dengan napas teratur. Hezi terkekeh, Syl benar-benar tertidur. Tapi posisinya tidak nyaman, perempuan itu duduk di kursi samping bangsal dan memeluk Hezi erat.

Jim masih ada di dekat Hezi, begitu juga Saras. Keduanya sedang menunggu Bos yang ingin datang melihat keadaan Hezi. "Jim, Mbak, tolong bantu angkatin Syl biar baring sama gue," pinta Hezi. Membuat dua orang yang tengah sibuk dengan handphone-nya langsung menoleh.

Saras langsung mendekat, mengangkat pelan badan Syl. Sedangkan Jim menatap sinis pada Hezi. "Sama Saras aja lo panggil mbak, sama gue masa cuma panggil nama doang? Gak sopan," kesal Jim.

Hezi tertawa kecil. "Sorry, sorry. Mas bantuan itu Mbak Saras. Kasian. Masa cewek Mas suruh kerjaan berat? Gak gentle." Jim langsung bangkit. Masih dengan menatap sinis pada Hezi. "Kalo aja lo gak sakit udah gue kretek leher lo, Zi."

Hezi menggeser badannya. Memberikan sedikit ruang agar Syl dapat berbaring di sebelahnya. Bangsal rumah sakit kecil, jelas dua orang dewasa tidak akan muat. Tapi Hezi ada cara. Keduanya tinggal berbaring saling berhadapan saja. Dan satu bangsal cukup untuk dua orang dewasa.

Satu tangan Hezi yang bebas infus menjadi bantal untuk Syl. Satu tangannya yang diinfus digunakan untuk menepuk-nepuk pelan punggung Syl agar perempuan itu dapat tertidur nyaman.

"Bos udah datang. Gue sama Saras pergi ya. Lo jangan aneh-aneh! Ini rumah sakit!"

"Iye, iye. Emang gue kayak lo yang gak merhatiin tempat?" Keduanya saling lempar tatapan tajam. Membuat Saras menepuk bahu Jim beberapa kali. "Udah, heh! Kayak anak kecil kalian. Hezi, kami pamit pergi ya?" Dan kedua orang itupun pergi. Hezi mendengus. 

Selagi menunggu Bos, mata indahnya menatap dalam Syl. Ia tersenyum kecil. Melihat wajah Syl saja sudah membuatnya damai dan tenang. Rasanya seperti kejadian barusan hanya mimpi  buruk saja. Tidak ada kata yang tepat untuk mendeskripsikan rasa damainya sekarang. 

Hezi sangat sayang pada Syl. Satu-satunya perempuan yang ia sayangi di dunia ini. Juga satu-satunya perempuan yang mau hidup dengannya. Mereka belum menikah. Mungkin nanti? Tapi yang pasti mereka tinggal bersama dalam satu apartemen. Alasannya sederhana, untuk menghemat biaya sewa. Masing-masing hanya perlu membayar setengahnya saja. Alasan lain adalah Syl yang tidak bisa tinggal sendiri dan Hezi yang tidak bisa jauh-jauh dari Syl.

Rambut Syl sebahu, dengan ujung rambut yang berkelok ke luar. Poninya sepanjang rambutnya, alias tidak punya poni. Ujung matanya runcing, terlihat garang. Tapi begitu yang dilihat adalah Hezi, matanya akan terlihat lembut juga bercahaya. Syl punya satu tahi lalat di dahinya, tepat di atas alis sebelah kiri. Disitulah Hezi selalu menciumnya. 

Hezi mengecup dahi Syl lama. Menyalurkan rasa sayangnya yang tak terkira pada perempuan itu. Ia kemudian menatap Syl penuh kasih sayang. Mengelus rambutnya yang selembut kulit bayi dengan pelan. Tidak ada yang akan bisa menggantikan posisi Syl dalam hidupnnya. 

"Zi, gimana keadaanmu sekarang?" Bos datang dengan berlari. Dahinya banyak keringat. Napasnya pun tidak beraturan. 

"Biasa aja," jawab Hezi singkat. Bos menghembuskan napas. Kemudian duduk di kursi yang tersedia. 

"Kenapa bisa sampai dicekik?" tanya Bos.

Hezi melirik pada Bos. Kemudian melirik pada Syl yang masih nyaman tertidur. "Ya gitu. Si Vian liat gue bawa cewek, padahal gue bilang gak punya pacar. Dianya ngamuk. Dia ngira selama ini gue suka sama dia karena gue baik ke dia. Eh, kemarin dia ngajak ketemuan berdua gue malah bawa Syl. Mana dia mabuk. Jadi makin ganas. Gue gak sempat ngebiusnya udah dicekik dulu. Kaki gue pun terkilir gara-gara diseret," cerita Hezi panjang lebar. 

Bos membuang napas. Ia menunduk dalam. Memijit pelipisnya berkali-kali. "Untungnya Vian cepat ditemukan. Jadi dia gak sekarat. Jef sama Richard udah beresin kekacauan kalian."

Hezi kaget. "Sekarat? Separah itu? Emang si Vian diapain sama Syl?" Bos mendelik. Heran kenapa Hezi tidak tahu padahal ada di tempat kejadian. "Kakinya berdarah banyak. Terus juga dikasi obat bius dengan dosis tinggi. Kamu kayak gak tau aja Syl cemburu ganasnya kayak apa."

Hezi melirik Syl. Menepuk lembut punggungnya. Syl memang begitu jika cemburu. Mungkin satu dunia bisa dia hancurkan.

"Bos, gue sama Syl izin cuti sebulan," pinta Hezi dengan tidak tahu diri. Bos melotot. "Gila kamu. Masa sebulan? Gak kerja dong kita. Gak digaji kalian nanti."

"Terserah. Pokoknya gue sama Syl izin sebulan. Gue mau bawa Syl jalan-jalan yang ketunda gegara misi ini. Lagian libur sebulan gak bakal buat Bos bangkrut atau buat gue miskin."

Bos menghela napas. Memijit pelipisnya. Hezi ini tidak bisa dibantah. Semua orang dilawannya. Kecuali Syl. Jadi percuma saja meminta A jika Hezi maunya B. Lebih baik iyakan saja daripada buang tenaga.





tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jealous - Zhang HaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang