0.0: Prolog

101 24 20
                                    

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

WELCOME TO CUTRIENCEE UNIVERSE KETIGA 💌✨💋

Sebelumnya saya ingin bertanya, bagaimana kabar kalian? Jawab di kolom komentar, yaa. Jika itu kabar baik, Alhamdulillah :»

Seperti di cerita yang sebelumnya, kalau ada typo juga tandain ya, teman-teman. Supaya bisa saya benahin. Kritik dan saran dari kalian sangat berguna bagi saya, jadi jangan sungkan ^.^

Udah ah, gitu aja. Selamat membaca, teman-teman!

***

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap satu dari keduanya dengan seratus kali deraan.

Dan janganlah kamu belas kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir.

Dan hendaklah (dalam melaksanakan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman."

(QS. An-Nur: 2).

***

Di tengah-tengah ruangan bernuansa putih, dengan banyak rak-rak buku berisikan segala jenis kitab, terdapat pemuda yang bersimpuh di atas sajadah menengadahkan tangan.

Terlihat rambut yang masih basah terkena air wudhu, menetes melewati pelipis serta leher pemuda itu. Melupakan tempat yang ia gunakan untuk sholat saat ini, ia tak menghiraukan keributan-keributan yang dihasilkan oleh teman-temannya.

Dengan bibir berkomat-kamit, bahunya bergetar. Air mata menetes seiring isakan pemuda itu, mengingat segala dosa yang telah ia lakukan semasa hidup.

Meskipun tak urung, segala perbuatan yang menyebabkan dosa tersebut secara tak sadar kembali ia lakukan, namun ia tak berhenti berdo'a agar kelak ia dapat istiqomah dalam dirinya bertaubat menuju jalan yang benar-benar diridhoi oleh Allah.

"Astaghfirullah Hal’adzim, aladzi laailaha illahuwal khayyul Qoyyummu Wa Atuubu Ilaiih," lirihnya mengucap dzikir dengan isakan yang masih terus berlanjut.

"Laa Ilaha Illallah Wakhdahu Laa Syarika Lahu, Lahul Mulku Walahul Khamdu Yukhyiiy Wayumiitu Wahwa ‘Alaa Kulli Syai’innaqodiir."

"Allahumma Angtassalam, Wamingkassalam, Wa Ilayka Ya’uudussalam Fakhayyina Rabanaa Bissalaam Wa-Adkhilnaljannata Darossalaam Tabarokta Rabbanaa Wata’alayta Yaa Dzaljalaali Wal Ikraam." Menutup kedua matanya dengan jemari tangan kiri, sedangkan tangan kanan tetap ia biarkan menengadah, pemuda itu melanjutkan dengan membaca Al-fatihah.

Membuka jemari yang sempat menutup kedua mata, lalu ia ulurkan guna mengambil tasbih yang terletak di ujung sajadah. Mengabsen satu persatu butiran tasbih dengan membaca kalimat Tasbih, Tahmid dan Takbir sebanyak masing-masing tiga puluh tiga kali, kemudian meletakkan tasbih tersebut kala merasa selesai.

Kembali menengadahkan tangan. Ia menutup mata. Meresapi setiap kalimat yang akan ia keluarkan dari bibirnya. "Ya Allah, sungguh aku telah mendzalimi diriku dengan banyak kedzaliman dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan sebuah pengampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Tidak berhenti sampai disitu, ia melanjutkan dengan membaca doa taubat nasuha yang disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam kitab hadits shahih Abu Daud no. 1342.

"Rabbighfirlii wa tub 'alayya innaka antat-tawwburrahiim."

"Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan terimalah taubat dariku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Sebelum menutup doa-doanya, pemuda itu membaca satu doa yang tak pernah ia lewatkan dalam setiap selesai sholatnya. Doa yang selalu ia baca, terutama jika selesai menunaikan shalat tahajud pada malam hari.

Menghembuskan nafas perlahan. Ia mulai membaca kalimat demi kalimat.

"Allahumma innaka taqdiru wa aqdiru wa a’lamu wa anta ‘allâmul ghuyûbi. Fa in ra'aita Faraaha Alhaya binti Muhammad Zayyid bin Rasyid khairan dînî wa âkhiratî faqdirhâ .

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Menakdirkan, dan bukanlah aku yang menakdirkan. Dan Engkau Maha Mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Maka jika Engkau melihat kebaikan antara diriku dan Faraaha Alhaya binti Muhammad Zayyid bin Rasyid untuk agama dan akhiratku, maka takdirkanlah aku bersamanya."

***

Next atau tidak, nih? >.<

Anuuuuuu...

Tak kenal maka tak sayang, jadi alangkah baiknya untuk men-tap tombol bintang di pojok kiri bawah untuk senantiasa menyayangi dan menghargai saya. Nanti juga akan saya sayangi balik kalian dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga.

Ohohoho... Bercanda :»

Nggak kok, beneran 💌💘💋💓😱😗🥰💓✨🌈💐❤️❤️

Ikuti juga Instagram kami, ada:

@cutriencee_

@d.dw4mmmllyyy._

Udah ah, cukup dulu basa-basinya. Saya berharap, kalian menyukai cerita abal-abal ini, teman-teman.

Salam hangat,
Author

cutriencee_

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

TATANAN SANG PENCIPTA Where stories live. Discover now