Mata yang tadinya tertutup, kini mulai terbuka perlahan menampilkan netra cantik yang sayup. Bibir yang pucat dan senantiasa bergetar, bergerak seolah ingin menyampaikan sesuatu. Bi Nini yang melihatnya langsung memeluk erat tubuh kecil itu dan mendekatkan telinganya pada wajah tuan mudanya itu.
"Ada apa den? Den mau ngomong apa? Kita sedikit lagi akan sampai ke mansion. Den yang sabar ya, nanti sampai mansion bibi langsung siapin air hangat, sama pakaian tebal buat aden"
Zion diam dan tersenyum lembut pada bibi kesayangannya tersebut.
"Zion ngga papa bi, Zion hanya kelelahan sedikit. Bi Nini ngga perlu khawatir berlebihan deh, kayak Zion bakal mati aja besok"
Tawa Zion dengan sedikit terbata-bata.
Entah mengapa, hati bi Nini yang mendengar perkataan tuan mudanya tersebut seolah teriris begitu saja.
"Kita udah sampai, Ni kamu turun aja siapin air hangat dan sebagainya, biar den Zion saya yang bawa kedalam"
Potong pak Danang yang sedang memperhatikan istri dan tuan mudahnya dari pantulan kaca sambil melepaskan sabuk pengamannya.
Bi Nini yang mendengarnya pun dengan hati-hati melonggarkan pelukannya pada tubuh kecil tuannya, dan mengatur tubuh Zion ke sandaran kursi mobilnya.
"Baik mas, hati-hati ya waktu ngeluarin tuan muda dari mobil"
"Iya, kamu tenang aja ngga mungkin saya kasar"
Bi Nini hanya tersenyum mendengar jawaban suaminya, lalu bergegas menuju kedalam rumah menyiapkan air hangat dan sebagainya termasuk vitamin.
Pak Danang dengan telaten mengeluarkan Zion dari dalam mobil dan menggendongnya dipunggung, lalu berjalan perlahan menuju mansion.
Kini Zion tengah berendam didalam air hangat setelah pak Danang membawanya perlahan kedalam kamar menggunakan lift dimansion mereka.
Tanpa dia sadari, bulir-bulir air matanya jatuh mengingat apa yang tadi dia lihat direstaurant tersebut. Setelah selesai berendam dan mengganti pakaiannya, kini Zion berjalan menuju ruang tengah. Dapat dia lihat berbagai dekorasi yang menghiasi ruangan tersebut. Terdapat 7 hadiah dengan berbagai ukuran.
Senyum miris dapat terlihat diwajah Zion saat ini, ditambah surat kecil yang sudah pasti Zion tahu pasti isinya.
"Lagi dan lagi, hanya hadiah dan uang yang mereka berikan! Apa mereka pikir aku menginginkan semua ini! Tidak! aku benci semua ini! Aku benci hari ulang tahun ku! Aku benci semua hari yang berhubungan dengan diriku!" Lirih Zion dengan pipi yang mulai memerah dan basah karena air matanya!
Dengan perlahan Zion mendekati kue ulang tahun nya, dapat dilihat tulisan disana.
"Selamat ulang tahun Zion" Lirih Zion membaca tulisan yang tercetak diatas kuenya.
"Untuk apa semua ini? Kenapa kalian tidak mengucapkannya secara langsung? Apa aku tidak seberarti itu dalam hidup kalian?"
Zion mengambil kue ulang tahun nya, menatap nya dengan intens.
"Semoga, diulang tahun ini, aku bisa bertemu bunda"
Harapan Zion yang sempat diucapkan sebelum akhirnya dia meniup lilin ulang tahunnya. Setelah itu dia kembali meletakkan kue ulang tahun tersebut, tanpa berniat memncobanya sedikit saja.
Zion meraih laptopnya dan mengerjakan beberapa tugas kuliah yang tadi diberikan dosennya sebelum mengakhiri perkuliahan.
Hanya butuh beberapa menit, dan pekerjaan tersebut telah selesai. Zion langsung mengirimkan filenya pada salah satu teman kelasnya yang tadi sempat mengajaknya ke kelas setelah terlibat masalah dengan senior wanita dan pacarnya yang menyebalkan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zion
Teen Fiction-Slow up- Dia Zion, anak bungsu kaya raya yang memiliki semuanya kecuali yang sering orang lain sebut bunda/ibu. Hidupnya tak berkekurangan, kecuali kasih sayang dari ayah dan ke-6 abangnya. Dia selalu merayakan ulang tahunnya dengan meriah, namun t...