Tahun ajaran terakhir.
Semua pelajar-yang tinggal di asrama-kembali ke asramanya masing-masing, begitu pula dengan ke-15 orang siswi yang kini sedang berkumpul di ruang tengah asrama mereka.
Saat merasa formasinya lengkap, mereka setuju untuk berkumpul sebentar sekaligus merayakan kembalinya mereka ke asrama.
“Minggir dong, jing, pengen duduk gua”
“Apaan sih, Rum, datang-datang rusuh”
“Duduk lo keenakan, bego!”
“HEH! MANA AD-“
“-udah ah, jangan ribut, baru juga ketemu” Lerai Julpa sambil meletakkan satu kresek hitam di atas meja.
“Syahla tuh, yang duluan”
Syahla melebarkan kedua matanya. Baru ketika ia ingin membalas, mulutnya malah disumpal popcorn oleh Difah yang baru saja datang.
“Gua punya berita bagus tentang K-Pop” Bisik Difah.
Syahla hanya manggut-manggut kegirangan.
“Nih-sesuai sama janji gua kemarin, gua udah bawa kumpulan kaset buat kita tonton sekarang” Sahut Julpa.
Sehari sebelum berangkat ke asrama, Julpa memang memberitahu teman-temannya di grup bahwa dia ingin membawa kaset bekas orangtuanya yang tidak terpakai. Semuanya setuju, kalau kata Alika mah-‘bawa aja Jul, siapa tahu film jaman dulu lebih menantang”.
“Gua kira lo bohong, Jul” Sahut Ninis yang tengah melihat-lihat kumpulan kaset tersebut.
“Nggak lah, gua bawa semua genre, dari mulai romance, komedi, horor, mafia, sampai psikopat juga gua bawa”
Rani-yang sedang menyantap martabak-sempat-sempatnya mengacungkan kedua jempol setelah mendengar ucapan Julpa.
“Jadinya kita mau nonton apa nih?” Tanya Ninis, dia memilih menyudahi kegiatannya. Sebenarnya Ninis merasa heran, ‘semua genre?’ Pikirnya.
“KOMEDI!” Teriak Desy dari arah kamar mandi, bahkan celananya-pun belum terpasang dengan benar.
“Ih, apaan?! Jangan dong, jangan komedi, mending romance aja, biar kita baper-baperan..” Amel melihat kearah boneka beruang putih yang ia pegang, “..aaa, jadi kangen ayang Andri…” Lanjutnya.
Semua orang mendelik.
Diantara mereka ber-15, Amel adalah orang yang paling bucin. Pacarnya bernama Andri. Mereka menjalani hubungan kurang lebih satu setengah tahun.
Namun sayang, jarak rumah dan sekolah mereka sangatlah jauh. Mereka berakhir LDR dan hanya bertemu ketika libur sekolah saja. Menyedihkan memang.
“Jangan bucin ah, gua alergi sama yang kayak gitu” Cibir Masna.
“Iih.. Masna kok gitu sih..”
Zalza berdecak malas. Daripada menanggapi mereka, ia lebih memilih join dengan Rani yang sedari tadi asik menyantap martabak.
Nafa-yang baru saja duduk-langsung mendapatkan tepukan dari sebelahnya.
“Apa Alin?” Heran Nafa.
“Mending Nafa aja yang tentuin filmnya” Jelas Alin.
“Loh, kok jadi Nafa? Alin aja yang tentuin..”
“Ih, Nafa aja..”
“Alin aja..”
“Nafaa..”
“Alin ajaa..”
“Nafa aja, pasti semua setuju kok”
“Sama Alin juga semua pasti setuju kok”
“Ih, mending Alin deh”
“Jangan Alin, Nafa aj-“
“-udahan dah, kalian gak cocok rebutan kayak gini, cocoknya rebutan ngisi soal di sekolah!” Lerai Alika yang kebetulan posisinya berada disamping Alin dan Nafa.
Yesa menghembuskan nafasnya pelan. Ia berdiri dari duduknya. Ia hampiri kresek hitam yang tergeletak di atas meja.
“Yowes, mending Yesa aja yang pilih” Yesa masukkan pergelangan tangannya ke dalam kresek tersebut.
“Yesa pilihnya random yah, jangan ada yang protes”
“Oke, siap-siap...”
“SATU..”
“DUA..”
“TIGA!”
“Yeay Psikopat guys!”
Mereka terdiam sejenak.
Tidak lama kemudian, ada sebagian orang yang bersorak kegirangan, ada sebagian orang yang meringis seakan ia ketakutan, dan ada juga yang membisu seakan ‘takut identitasnya terbongkar’.***
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
Mystery / Thriller"Bertahun-tahun satu atap belum tentu tahu segalanya" Mereka saling menguatkan, mereka saling mengasihi. Tapi, apakah itu semua memang benar realitanya? atau malah cerita tersebut sengaja dibuat untuk menutupi hal yang disembunyikan? 《Sebuah kisah t...