CHAPTER 02

2.5K 138 1
                                    

***

Setelah tadi selesai makan dan sudah bersih bersih juga, kini gita dibantu oleh chika untuk membereskan buku dan laptop yang ia gunakan tadi untuk mengerjakan tugasnya.

Setelah selesai ia pun beranjak untuk istirahat di sofa sebentar sungguh dia terlihat sangat lelah sekali. Rasanya untuk pindah dari sofa dan berbaring di kasur empuk milik chika pun sudah tak ada tenaga lagi, ditambah ia semalam tidak tidur sama sekali karna sibuk mengerjakan tugas sampai lupa untuk tidur dan beristirahat.

Chika yang melihat sahabatnya kelelahan seperti itu jelas tak tega dan akhirnya ia pun langsung menyuruh sahabatnya itu untuk segera pindah ke tempat tidur agar bisa segera istirahat.

"Git, pindah dulu jangan tidur di sofa." suruh chika sambil menepuk pundak gita pelan karna ia melihat gita mulai tertidur.

"Gue tidur di sini aja, udah ngantuk males buat pindah." ucap gita tanpa membuka matanya.

"Yaelah git cuma jalan beberapa langkah doang masa males sih" ucap chika yang heran melihat gita.

"Dari pada nanti badan lu sakit semua kalo lu tidur di sini, udah sana cepet pindah atau lu gue seret!?" Lanjut chika.

"Hhuft,, iya iya gue pindah bawel banget sih" ucap gita, sambil beranjak menuju tempat tidur dan langsung menjatuhkan tubuhnya sembarangan.

"Git lu yang bener lah!! kalo posisi lu kayak gitu gue gimana?" Keluh chika yang kesal melihat tingkah sahabatnya itu.

"Kan bisa disofa." Jawab gita singkat.

"Dih lu ya,, untung lu sahabat gue kalo bukan udah gu.." ucap chika terpotong.

"Apa? Udah jangan bawel gue mau tidur!!" Potong gita.

"Hhuft,, sabar chika sabar" gumam chika.

Ia pun duduk di sofa sambil memainkan hpnya itu. Beberapa saat setelah itu ia melihat gita yang sudar tertidur pulas dengan posisi yang sama seperti tadi.

"Kasian banget lu git,, pasti lu capek banget ya? makanya kalo dikasih tugas tuh dikerjain bukan dianggurin sampek numpuk kayak gitu.!!" Gumam chika yang kasihan sekaligus kesal melihat kelakuan gita sahabatnya itu.

Setelah cukup lama ia asik dengan hpnya, kini ia juga merasa ngantuk akibat semalam kurang tidur karna ia menemani gita sambil mengerjakan beberapa tugasnya yang belum selesai. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menyusul gita ke alam mimpi.

***

Disisi lain di sebuah rumah kediaman keluarga natio. Setelah selesai makan siang bersama Terdapat dua orang wanita tengah berada di meja makan dan tengah membicarakan sesuatu.

"Gita kenapa sih nan?" Tanya shani

Jinan yang tidak tau maksud dari ucapan cici nya itu pun mengerutkan alisnya, terlihat ia sedang bingung dengan pertanyaan dari kakak sulungnya itu.

Kedua wanita yang ada dimeja makan tersebut adalah shani dan jinan. Mereka berdua kini tengah membicarakan salah satu adiknya itu yang tak lain adalah gita.

"Kenapa gimana?" Ucap jinan yang bingung atas pertanyaan shani.

"Kamu tau sendiri kan gimana sifat gita setelah kejadian itu?" Ucap shani

"Apalagi akhir akhir ini aku ngerasa gita kayak sengaja ngehindarin kita, Biasa pulang malem kadang sampai gak pulang. bahkan sekarang sudah siang gini dia juga masih belum pulang, aku khawatir aja sama kesehatanya." Lanjut shani yang merasa khawatir akan keadaan adiknya itu.

"Udah ci, cici tenang aja aku yakin gita akan kembali seperti dulu mungkin dia masih belum bisa nerima kejadian itu." Ucap jinan menenangkan shani sambil mengusap punggung tanganya.

Mendapat perlakuan seperti itu dari adiknya, ia tak bisa lagi menahan air matanya. Sebagai kakak tertua ia merasa gagal menjaga adik adiknya. Jinan yang tau jika shani sedih karna merasa gagal menjaga adik adiknya yang ayah dan bunda nya titipkan padanya. ia pun langsung memeluk cicinya itu erat sambil mengusap punggung shani, berharap bisa memberikan ketenangan padanya.

"Maaf yah, bun. Aku gagal jagain mereka, apa lagi melihat gita seperti sekarang. aku takut ayah sama bunda kecewa." batin shani, sambil menangis dan memeluk jinan dengan erat.

"Udah jangan nangis kayak gini. masak iya cici sempurna kita cengeng, kita perbaiki semuanya sama sama!!" ucap jinan sambil mengusap punggung cicinya itu.

"Kita jaga mereka sama sama ya, jangan merasa sendirian. aku akan selalu ada di sampingmu, aku akan bantu jagain mereka semua. kita semua saudara jangan menanggung beban itu sendirian." Ucap jinan lembut.

Mendengar lembutnya ucapan jinan ditambah pelukan dan usapan dari adiknya itu memberinya sedikit ketenangan. Ia sangat bersyukur memiliki keluarga seperti mereka yang selalu ada dan saling menguatkan satu sama lain.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat interaksi mereka, orang itu pun masuk kembali kedalam kamarnya. Lalu ia mengambil ponsel miliknya dan terlihat sedang mencoba menghubungi seseorang. Namun orang yang dihubungi itu tak menjawab telfon darinya, ia pun memutuskan untuk keluar entah kemana.

Ia pun terlihat sudah rapi dan bergegas untuk segera turun, baru saja keluar dari kamarnya dia malah dikejutkan oleh kedua kakaknya yang sedang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Temben rapi dek? Mau kemana kamu?" Tanya shani dan jinan bergantian.

"Aku mau izin keluar boleh ya ci, kak.?" Ucap marsha meminta izin pada cici dan kakaknya itu.

"Mau kemana emangnya kamu dek?" Tanya shani.

"Ke cafe sama temen temen ci" balas marsha.

"Ya udah biar di antar sama supir ya." ucap jinan.

"Enggak usah kak aku sendiri aja, lagian nggak sampe malem kok." Balas marsha.

"Ya udah hati hati, jangan pulang malem malem." ucap shani.

"Ya udah aku berangkat dulu ya" pamit marsha, sambil mencium pipi kedua kakaknya.

"Kalo ada apa apa langsung kabarin kita" ucap jinan.

"Yaaa!!" Teriak marsha sambil menuruni anak tangga.

Kini marsha sudah berada di bagasi rumah milik keluarga natio terlihat ada beberapa mobil dan montor sport di sana. Kini ia bingung mau menggunakan kendaraan apa, akhirnya ia pun berjalan mendekati montor kesayanganya. Dia memutuskan untuk menggunakan montor kesayanganya itu, lagi pula sudah lama ia tidak keluar menggunakan montor.

Dan cuaca hari ini juga tidak terlalu panas karna agak mendung dan sudah menjelang sore juga. Ia pun segera keluar dan sudah disambut oleh satpam yang sudah siap untuk membukakan gerbang rumahnya.

***

Di sebuah balkon kamar terlihat seseorang dengan rambut yang masih agak basah sedang berdiri menatap langit sore yang agak mendung. Entah apa yang tengah ia rasakan tapi terlihat jika dia sedang memikirkan sesuatu. Ia menatap sendu pada langit yang mendung itu seakan ia tengah bercerita.

"Maaf gara gara aku, kelian jadi kehilangan orang yang sangat kalian sayang." Gumam wanita itu, Ya wanita itu ialah gita.

"Maaf karna aku juga cici harus menanggung tanggung jawab yang berat untuk menjaga mereka. Pasti cici capek harus mengurus rumah, kantor, menjaga kami semua dan menjadi rumah bagi kami. Pasti cici capek banget ya? Mulai sekarang aku janji, aku akan selalu ada di belakang kalian."

"Maafin aku ya kak jinan, kakak pasti marah dan kecewa sama aku, karna aku sekarang sering ngelawan dan nggak nurut sama kakak. Tapi tenang aja mulai sekarang kakak gak usah khawatir karna aku akan selalu dibelakang kalian. Aku akan bantu kak jinan buat jagain mereka dari belakang"

"Maafin kakak ya cha kalo udah bikin kamu kurang kasih sayang dari ayah dan bunda. kalo bukan karna kakak mungkin saat ini ayah sama bunda masih ada di sini nemenin kamu main, dengerin cerita kamu, memberikan kasih sayangnya untuk kamu dan semua anak anaknya." Batin gita sambil menatap langit yang kini semakin mendung.

Kalian Rumahku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang