00.01 Time | Nonsense

1.5K 149 36
                                    

Waktuku terhenti di dalam asa dimana kau menghilang, ku mohon jadilah jiwa yang menjadi tonggakku, orang yang ku sayang, dan yang membuat air mata beku itu cair seketika, pilu dalam kebimbangan yang menghantui ini terasa sangat berat dan menjadi abu-abu. Kembalilah.

─── Arion Zvonne Felipe ───

─── Arion Zvonne Felipe ───

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SYUT!

SYUT!

DAK! DAK!

KRAK!

Suara tarikan busur dan lontaran beberapa anak panah meluncur cepat dengan arah titik target yang berubah-ubah. Tangan kanannya  yang bagaikan sebongkah es terus melontarkan panah beku sejak beberapa menit yang lalu. Namun tidak satupun anak panah itu yang mengenai sasaran, hal itu membuatnya frustasi.

"Hah ...."

Helaan nafas berat terdengar darinya yang mencoba tenang dan memfokuskan titik tembakannya pada sebuah batu merah besar yang menjadi targetnya. Perlahan ia kembali mengangkat busurnya, mensejajarkan tangannya yang menggenggam panah dengan siku dan bahu. Jari telunjuknya ia posisikan di atas anak panah, lalu jari tengah serta jari manisnya ia posisikan di depan, membentuk kait.

Manik aquamarine nya menajam. Tatapannya mengedar ke segala arah. Perlahan ia tarik tali busurnya. Sulur-sulur asap biru yang membawa kristal es  dari segala arah muncul dan melilit panah kayu miliknya. Ujung panah itu telah sepenuhnya menjadi es yang terasah tajam dengan shaft nya terukir symbol element.

SYUT!

Pemuda itu mendengarnya. Telinganya dapat menangkap gelombang suara benda tajam yang membelah udara, lalu mengirimkan informasi pada otaknya untuk menjauh dari radar yang terdeteksi membahayakan nyawanya.

JLEB!!

Tepat sesuai perhitungan. Panah yang kini menancap tanah di antara kedua kakinyaitu, mengincar dirinya. "Hei, kau gila ya? Itu senjata sungguhan?" teriaknya kesal menatap tajam pelaku.

Nafasnya memburu dengan rasa takut dan tak percaya menjadi satu. Ia tak menyangka akan aberada di situasi yang hampir merenggut nyawanya sendiri. Sejenak ia cukup menyesal mencoba mengintip kala mengira pemuda itu tak lagi melontarkan serangan. Lega ia rasakan saat menyadari keuntungan dari gerakan refleks dan kepekaan dirinya pada situasi.

Kini ia merasa Tuhan sedang menguji kemampuannya untuk bertahan hidup dengan segala tanda tanya ini?

Genggaman tangannya pada rerumputan semakin mengerat. Kesal dengan apa yang sedang ia alami saat ini tanpa ada penjelasan, manik ruby nya kembali menatap tajam pemuda yang kini juga mungkin menatapnya dari dahan sebuah pohon perak tinggi menjulang. Rasa penasarannya membuncah akan identitas misterius yang tersembunyi di balik jubah navy yang di kenakan pemuda asing itu.

The Eldest Brother's Odyssey [END] {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang