Jasmine saat ini sedang berada di kamar mandi di kamar pribadinya. Tadi sore Zaven dan Pamela selain memberikan hadiah ponsel dan baju - baju, mereka juga menunjukkan kamar yang memang sudah di buatkan untuk Jasmine.
Jasmine sangat senang dan benar - benar tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi dalam hidupnya, tidak cukup hanya di pertemukan saja; ternyata Tuhan memberikan cinta yang melimpah untuk Jasmine melalui keluarganya.
Kedua orang tuanya tetap membuatkan kamar untuknya, meskipun tidak tahu keberadaan dirinya. Sekarang, saat Jasmine sudah kembali; akhirnya kamar ini bertemu dengan pemiliknya.
Kamar ini luas, entah bagaimana semua dekorasi dan sentuhan warnanya adalah kesukaannya.
Mungkin memang ikatan darah mereka mengalir begitu pekat dan kuat, meski di pisahkan paksa oleh sebuah takdir yang menyakitkan. Jasmine takjub akan hal itu, ia tidak menyangka ternyata bukan hanya dirinya yang memimpikan perkumpulan ini tapi juga keluarganya.
Sebentar lagi tetua keluarga Pramoedya dan Gillian akan datang, mereka mengadakan makan malam penyambutan kedatangan Jasmine. Awalnya hanya akan makan malam biasa diantara tetua, akan tetapi para abangnya mengusulkan sebuah acara pesta kecil di belakang mansion.
Padahal minggu depan juga keluarga besar-sanak saudara-Pramoedya dan Gillian akan berkumpul mengadakan sebuah pesta, memperkenalkan Jasmine kepada seluruh anggota keluarga.
Jasmine sungguh senang, ia bahagia di sambut dengan suka cita. Ternyata Ibu Rahma tidak berbohong kepadanya, keluarganya benar - benar menyayangi dan mencarinya selama ini. Terbukti bagaimana respon setiap orang di sini terhadapnya.
"Canggung," gumam Jasmine pelan, meneliti penampilannya di cermin kamarnya.
Ia sangat anggun malam ini, mengenakan long dress sebatas mata kaki, bermotif bunga - bunga kecil berwarna biru, rambutnya ia kepang akar satu kebelakang.
Jasmine juga memoles wajahnya dengan make up tipis agar tidak terlalu pucat. Ia pastikan penampilannya tidak membuat Zaven dan Pamela malu di depan tetua, ia tidak ingin orang tuanya atau keluarganya melihat satu kesedihan atau satu kesengsaraan dalam diri Jasmine.
Walau kenyataannya tetap saja, seberapa keras Jasmine berusaha menutupi kesulitan hidupnya ketika jauh dari keluarganya, Zaven tetap mengetahuinya. Zaven adalah Ayah paling peka bagi anak - anaknya.
"Apa ganti baju aja kali ya, pake lengan panjang?"
"Ini juga cantik."
Jasmine terjengat kaget, ia menoleh dan mendapati Reiga berada di belakangnya, di daun pintu.
Kakak keduanya itu tersenyum memandang Jasmine dengan penuh kerinduan, matanya memancarkan cinta.
"Lengan atas aku ke buka, aku ganti seb-"
"Gak usah, cantik kok."
Reiga menahan Jasmine yang hendak membuka paper bag lain yang berjejer di atas sofa, semuanya hadiah dari Pamela. Tadi sore saat membukanya satu persatu di kamar orang tuanya, Jasmine sangat bahagia dan matanya selalu tertuju pada long dress ini.
Reiga tahu Jasmine sangat menyukai pakaiannya yang sedang ia kenakan.
Tidak mau berdebat lebih panjang, Jasmine akhirnya mengangguk. Ia tidak boleh kehilangan rasa percaya dirinya, ini di mansion bukan di sekolah yang di mana ia di rundung setiap waktu. Di mansion ini, tidak ada yang berani mencelanya.
Oh ya, Asih. Pelayan pribadinya itu di peringatkan oleh Pamela, meskipun Zaven memerintahkannya untuk selalu di sisi Jasmine, namun saat Jasmine memasuki kamarnya ia tidak boleh ikut masuk. Pamela ingin Jasmine memiliki ruang untuknya sendiri, tidak ada Asih di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [ END - REVISI ]
Teen Fiction[ SEASON I | J Edition ] Kamu tidak akan bisa mengenal seseorang, kecuali kamu sudah masuk ke dalam kehidupannya. Begitu kata Jasmine, setelah mengarungi lautan kehidupan yang sama sekali tidak sedikit badai yang dihadapkan kepadanya. Jasmine remaja...