11 Precarious
.
Eirlys memasuki sebuah toko perhiasan. Toko tersebut menjual emas serta berlian. Seorang pria tua menyambut dengan senyum cemerlang, siap menanti transaksi dengan gadis muda di hadapannya. Belum lama, satu orang lagi hadir, sang penjaga toko mengenal jelas sosok orang kepercayaan pangeran Korvin.
"Benjamin!" katanya pelan. Raut mukanya berubah khawatir.
Benjamin mengangguk sekali. Ia berdiri di balik punggung Eirlys, membiarkan perempuan itu menyampaikan keinginannya. Akan tetapi, Richard mengajaknya berbicara. Wajah tua itu jauh dari kata santai.
"Ada apa?" tanya Benjamin. Eirlys yang tak memahami sikap Richard, menatap keheranan.
"Orang-orang dari istana sedang mengawasi kota ini. Apa kau tahu, Benjamin?"
"Aku tahu. Apa yang sedang terjadi, Richard?"
Saat melewati jalanan utama, beberapa kali Benjamin melihat prajurit istana tengah memantau. Ia yang duduk mengendarai kereta tak begitu diperhatikan. Hal biasa memang kedatangan pihak istana, hanya saja kali ini mereka hadir lebih banyak dari biasanya.
"Pihak istana telah menemukan dua rumah produksi keramik. Para pengrajin diancam untuk mengaku siapa dibalik itu dengan ancaman hukum penggal di balai kota. Mau tak mau mereka terpaksa mengaku. Raja Oleander serta beberapa prajurit sedang menuju rumah Pangeran," jelas Richard gelisah.
Benjamin merasa kekhawatiran memenuhi dirinya saat mendengar kabar itu. "Pangeran Korvin mungkin dalam bahaya besar," ujarnya serius kepada Richard, sambil berusaha memahami implikasi dari situasi yang semakin rumit.
Eirlys menatap lekat pada Benjamin. Mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Pangeran Korvin bisa dalam keadaan berbahaya karena pihak istana mengetahui rumah produksi keramik? Akan tetapi, Eirlys memendam segala macam keingintahuannya. Ia tahu situasi sedang tidak kondusif.
"Periksalah permata milik gadis itu dengan cepat Richard!" perintah Benjamin. Tubuhnya berada di sana, akan tetapi pikirannya mengkhawatirkan kondisi Pangeran Korvin serta orang-orang yang menetap di rumah.
Walau kebingungan, Richard memenuhi titah itu. Eirlys yang mengerti memberikan kantong kecil berisikan kalung miliknya. Surat yang tadi tersimpan di sana telah ia pindahkan. Richard menerima, membawa ke atas meja untuk ditelaah.
Richard mengeluarkan kalung dari kantong kain. Lelaki tua itu terperangah, melihat dua bunga lili putih berukuran kecil yang berada di dalam liontin. Penampakan bunganya amat jelas dan bening, warna kehijauan yang menarik mata mencirikhaskan suatu daerah, tempat dimana permata itu dibuat. Yang menjadi pertanyaan di kepala Richard adalah, bagaimana dua bunga itu bisa ada di dalam liontin, terlihat nyata dan bukan lukisan.
Eirlys memandangi ekspresi Richard, tahu bahwa Richard pun takjub melihat kalung miliknya. Eirlys menunggu dengan sabar, menyaksikan Richard yang mulai melangkah mendekatinya. Ia mengembalikan kalung beserta kantong kain pada Eirlys.
"Siapa yang memberikanmu kalung seindah itu?" Richard bertanya. Untuk pertama kalinya ia melihat liontin seperti milik Eirlys. Di eranya ini, tak pernah ada kalung dengan liontin yang didalamnya terdapat hiasan lain. Hanya permata murni yang biasa digunakan.
"Dari orang tua ku. Kalau boleh tahu dari mana kalung itu berasal, Paman?"
Richard mengamati wajah Eirlys untuk beberapa saat dengan penuh selidik. Rambut cokelat gelap serta mata pun berwarna cokelat. Ciri fisik yang banyak dimiliki oleh orang-orang di Oleander dan beberapa negeri lainnya. Tidak ada yang menandakan fisik yang sama dengan suatu negeri tertentu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Prince (END)
FantasíaSemenjak Eirlys Demetria bekerja di Istana sebagai seorang pelayan, ia selalu dibuat penasaran dengan wajah sang pangeran yang seringkali diperbincangkan oleh seluruh orang-orang di Istana. Banyak yang mengatakan bahwa pangeran Korvin memiliki waj...