Chapter '01

12 2 0
                                    

Hari yang cerah dengan langit tanpa awan berwarna biru yang riang. Nuansa udara terasa dingin dan nyaman, angin berhembus pelan menggerakkan dedaunan pada pohon-pohon yang berdiri tersebar di hutan.

Pada suatu tempat yang berada jauh di dalam hutan, terlihatlah seorang gadis berambut merah sedang berbicara dengan seorang wanita dewasa dengan rambut panjang hitam dan mengenakan jubah biru gelap.

"Tidak ada lagi yang bisa saya ajarkan padamu, Edna. Setelah bertahun-tahun kita habiskan waktu bersama, sekarang saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal."

"Kemana kamu pergi, Guru?" Tanya gadis rambut merah yang bernama Edna. Dia mengenakan kemeja kerah merah dengan rompi abu-abu dan lengan panjang hitam. Kemeja kerah merahnya diadakan dengan sabuk cokelat bersama dengan buku di sisi kanannya. Bagian bawahnya mengenakan celana pendek merah dan sepatu bot panjang di atas lututnya. Rambut panjangnya diikat dengan kuncir kuda.

"Tugas saya mengajarimu sudah selesai. Saya harus pergi untuk mencari penyihir yang bernasib sama sepertimu, yang kehilangan harapan, dan dipenuhi dengan kebencian ...."

Ketika mendengarnya, Edna diam dan gugup karena suatu alasan. Ia ingat saat dirinya jatuh ke dalam kegelapan dan entah bagaimana itu benar-benar menyakitkan dan membuatnya kesepian.

Gurunya melanjutkan kata-katanya untuk memecahkan keheningan, "tetapi ... sekarang kamu telah menjadi manusia yang baik dengan hati yang murni. Saya tidak lagi merasakan kehadiran demon dalam dirimu sekarang."

Edna merasa senang saat mendengar ucapan dari gurunya. Jauh di lubuk hatinya, ia merasa bersyukur karena gurunya datang untuk membantunya menemukan jalan yang lebih baik dalam hidupnya.

"Dan ingat ..., meskipun darah demon mengalir dalam tubuhmu ... hanya hatimulah yang menunjukkan siapa dirimu sebenarnya." Gurunya berkata dengan tulus.

"Aku sangat berterima kasih atas semua yang telah Guru lakukan padaku. Tidak hanya menyelamatkanku dari kegelapan ... Guru juga memberiku kesempatan untuk menyelamatkan adikku ... tapi ...."

"Apakah ada sesuatu yang kamu pikirkan?" Gurunya bertanya dengan khawatir.

"Yah ... aku akan sangat kesepian tanpamu ... aku bahkan tidak punya seseorang lagi untuk menemaniku berbicara ...." Edna menjawabnya dengan raut wajah yang terlihat sedih.

"Jangan khawatir, Edna. Saya yakin ... kamu pasti akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku."

"Lebih baik dari Guru? huh ... aku ingin tau ... apakah aku bisa memiliki seseorang yang mau menerima kehadiran seorang penyihir sepertiku ...?"

"Aku percaya kamu pasti bisa, Edna. Sudah waktunya aku pergi. Kamu juga harus bergegas menemukan saudaramu, karena aku punya perasaan buruk tentang ini."

"Baik ... aku mengerti, Guru." Jawab Edna.

"Edna ... semoga Tuhan selalu memberkatimu." Ucap gurunya yang kemudian menghilang dengan sekejap.

Edna diam selama beberapa waktu lalu menghela nafas.

"Yah, begitulah. Dia selalu menghilang dalam sekejap mata. Aku bahkan tidak punya waktu untuk mengucapkan selamat tinggal padanya." Edna berkata sembari tersenyum.

"Aku akan memulai perjalananku sendiri mulai sekarang. Tunggu aku, Aiden ... aku pasti akan menyelamatkanmu."

Dengan tekad yang kuat, Edna memulai perjalanannya untuk menemukan saudaranya yang sudah lama hilang.

1 minggu kemudian.

Edna masih berjalan di tengah hutan. Sejujurnya, dia menikmati ketenangan angin di hutan yang terdengar kicauan dari burung-burung. Beberapa tupai bermain bersama di cabang pohon, dan kupu-kupu terlihat di atas bunga-bunga dekat semak-semak.

𝐄𝐏𝐈𝐂 𝐂𝐎𝐍𝐐𝐔𝐄𝐒𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang