Tak ada yang ia harapkan selain segera bangun dari mimpi buruk ini.
Tapi apalah daya, bahkan dikeesokan harinya pun Gideon Langit Aksara masih menghadapi situasi serupa. Situasi yang sama seperti kemarin, di mana dirinya terbangun dengan tubuh seorang gadis bernama Nayanika Starla.
Baiklah, entah sudah berapa kali embusan napas berat nan lelah ia keluarkan begitu saja. Meski hal tersebut tak kunjung menghilangkan bingung maupun sesak yang memenuhi rongga dada.
Gideon bisa apa selain bersabar?
Memang di luar nalar, tapi yang dapat ia lakukan sekarang hanyalah menjalani peran sebagai Naya dengan sebaik mungkin. Walaupun di sisi lain, benaknya juga masih bertanya-tanya.
Di mana raganya yang asli? Apakah masih hidup? Seketika saja Gideon menyesal karena tak pernah berminat membaca novel tentang pertukaran jiwa. Sekarang diinya pusing setengah mati.
Perasaan gundah itu berbanding terbalik dengan ekspresi Rita yang nampak semakin sumringah. Iya, ibu dari Naya masih setia menyuapkan sarapan sembari mengulas senyum lebar.
"Kalo pemeriksaan hari ini baik, kamu bisa langsung pulang."
Oke, kabar gembira yang tentu bisa membuat perempuan paruh baya di depannya terus mengulum senyuman manis.
Kembali melirik layar ponsel yang menyuguhkan aplikasi kamera sekaligus menampilkan wajah cantik dari Nayanika, Gideon hanya bisa tersenyum kaku. Agaknya ia harus segera terbiasa melihat wajah yang bukan miliknya.
"Mama nggak nyangka kalo kondisi kamu membaik secepet ini, Nay. Padahal baru kemarin Mama ketakutan liat kamu yang berdarah dan nggak bangun-bangun. Rasanya kayak mimpi."
Lagi, Gideon masih tak bisa merangkai kata untuk menimpali.
"Tapi Mama juga kasian sama Tante Audy."
Audy? Itu 'kan nama bunda. Emang bunda kenapa?
Batin Gideon mulai sesak karena rasa penasaran dan khawatir yang menyatu.
"T-Tante Audy tetangga kita, Ma?"
Sungguh, Gideon berusaha mati-matian untuk menahan suaranya agar tidak gemetar. Lantaran selain membiasakan diri dengan wajah Naya, Gideon juga harus terbiasa mendengar suara lembut yang ia keluarkan.
Merinding sekali. Jelas saja berbanding terbalik dengan suara aslinya yang begitu macho dan sanggup membuat para gadis SMA Nusantara berteriak histeris.
Ah, iya. Ingatkan Gideon untuk bersyukur karena hari ini hanya ada Rita di dalam ruang rawatnya. Untung saja gerombolan remaja perempuan berisik yang kemarin cukup mengganggu kini sudah menghilang.
Entah kemana, Gideon tak ingin peduli.
Sembari menyodorkan segelas air, Rita menjawab, "Iya, Sayang. Anak cowoknya yang ganteng itu 'kan masih belum sadar juga sampe sekarang. Gideon ya, namanya? Tante Audy keliatan capek banget. Mama jadi ikut prihatin."
Jantung Gideon terasa akan jatuh begitu saja. Ada perasaan senang karena dipuji tampan, tetapi juga cemas mendengar berita tentang sang bunda.
"E-emang anaknya kenapa, Ma?" tanya Gideon berusaha tenang.
"Dia juga jadi korban kecelakaan beruntun bareng kamu, Nay. Kalian sama-sama koma, tapi alhamdulillah kamu sekarang udah sadar."
Jika tak salah dengar, ada nada penuh kelegaan dan kekhawatiran dalam kalimat Rita barusan.
Seketika otak Gideon juga dipaksa berpikir keras. Bahkan dahinya mengernyit membentuk kerutan samar. "Kecelakaan beruntun?"
"Iya. Kamu nggak inget?" Rita memincingkan matanya sangsi. "Jangan-jangan kamu amnesia beneran ya, Nay? Jangan bikin Mama khawatir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Teen FictionGideon Langit Aksara panik, tiba-tiba saja dirinya terbangun di tubuh Nayanika Starla. Perpindahan jiwa? Meski sulit dipercaya, harus Gideon jawab 'iya'. Sayang seribu sayang, Naya adalah siswi introvert, nyaris anti sosial, dan alergi terhadap seg...