BAB 3

26 2 1
                                    

Menjadi perempuan ternyata begitu rumit.



Sungguh, Gideon masih harus berusaha keras untuk membiasakan diri memerankan seorang Nayanika Starla. Bahkan untuk sekadar memakai sling bag ala perempuan. Ia menghela napas lelah.



Entah helaan yang keberapa, tapi yang pasti; untung saja Gideon pintar beradaptasi.



Lupakan perihal sling bag, mari fokus menerjemahkan perasaan Gideon Langit Aksara yang tengah tak karuan rasanya. Kaki mungilnya sedang melangkah beriringan menuju ruang rawat di mana tubuhnya berada.



Sepanjang perjalanan di koridor rumah sakit, Rita terus berceloteh. Mengomentari cara jalan Gideon yang nampak aneh, belum lagi tingkah manja yang belum pernah ia lihat.



Oh, tentu saja. Ini adalah Gideon yang menghuni tubuh Naya. Meski terkenal manly, gagah, nan mempesona, ia sebenarnya begitu manja jika berhadapan dengan sang bunda. Bagaimana tidak?



Gideon adalah anak tunggal. Walau kedua orang tuanya juga menerapkan parenting yang membuatnya tumbuh mandiri, Gideon nyaris memborong semua love language; termasuk physical touch.



Bisa jadi fakta ini berbanding terbalik dengan Naya yang untouchable.



"Masih jauh ruangannya, Ma?" Ia bertanya penasaran.



Sekaligus tak sabar ingin segera melihat keadaan raga asli dan bundanya, Audy. Apalagi bocoran dari Rita yang mengatakan bahwa perempuan kesayangannya itu terlihat kurang baik.



Gideon khawatir.



Namun untungnya gelengan Rita membuat hati Gideon meluas perlahan. "Nggak, kok. Dikit lagi, Nay. Nanti kamu sapa-sapa tante Audy, ya."



"Iya, Ma. Pasti. Masa iya nggak nyapa? 'Kan Tante Audy tetangga kita."



Rita berdecak, sedikit memukul gemas tangan sang putri yang masih melingkar di lengannya. "Kamu ini. Biasanya paling males disuruh nyapa orang. Sekarang kenapa jadi sok-sokan ekstrovert? Kepalamu beneran aman, Nay?"



Lagi, Gideon meringis.



Sungguh, sifat dari Nayanika Starla benar-benar tak terduga. Perempuan adalah makhluk yang paling cerewet dan banyak bicara di muka bumi, menurut pengamatan Gideon pribadi. Lantas, bagaimana mungkin Naya malah sebaliknya?



Hanya sekedar menyapa saja enggan? Inilah salah satu hal yang membuat Gideon cukup merasa aneh dengan anak tetangganya itu.



Belum sempat menimpali ucapan Rita, langkah mereka berhenti di sebuah ruangan. Bisa Gideon lihat seorang perempuan paruh baya yang ia kenal, bahkan sangat. Hati yang tadinya melega seketika seperti teriris tipis.



Bunda nggak baik-baik aja.



Satu kalimat yang cukup untuk menghilangkan ketenangan Gideon. Jika bundanya sampai seterpuruk ini, apakah kondisi tubuhnya benar-benar parah?



"Dy."



Suara Rita berhasil membuyarkan lamunannya, juga membuat Audy mengangkat kepala yang tertunduk. Audy langsung berdiri kala netranya menangkap sosok yang tak asing. Raut wajah lelah itu seketika dihiasi senyuman tipis.



"Rita. Udah mau pulang?" Nada suara terdengar lemah, Gideon makin tak tega.



Rasanya ingin buru-buru memeluk sang bunda dengan hangat dan erat.



Bun, Gideon baik-baik aja.



"Iya, alhamdulillah sesuai rencana. Kondisi Naya membaik cepet, jadi bisa rawat jalan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang