Kulihat Mama di Pojok Rumah Sakit

2 1 0
                                    

"Farah dan Dandi sabar ya! kalian sudah tidak memiliki mamah lagi," pinta papah kepada Farah.

Entah mengapa tiba-tiba mata Farah melihat ke satu arah yang membuat mata Farah menjadi terbelalak karena kaget.

"Pah di sana ada mamah, mamah sedang menatap kita pah!" ujar Farah sambil menunjuk ke arah yang di lihatnya.

Tentu saja secara bersamaan papah, Dandi dan bi Sum segera melihat ke arah yang di tunjuk oleh Farah.

"Tidak ada apa-apa di sana nak, ingat Farah! mamahmu sudah pergi ke surga, tidak ada di sini lagi," ujar papah Farah mengingatkan anaknya.

"Ada mamah di sana pah, mamah tersenyum ke arah kita!" ujar Farah lagi sambil menunjuk ke arah pojok ruang tunggu kamar jenazah ini.

"Tidak ada Farah," ujar mas Dandi memastikan lagi jika yang Farah lihat itu, tidak terlihat oleh mereka.

"Masih ada mamah di sana pah, memakai baju biru sama seperti saat mamah berangkat tadi," ujar Farah lagi.

Lalu Farah segera berjalan menuju arah yang di tunjukkannya tadi.

Papah Farah segera mengikuti anak perempuan kesayangannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Ketika sampai di pojok ruang yang Farah tunjuk tadi, Farah segera berhenti, dan melihat mamahnya sedang terduduk menanti dia datang, lalu Farah berkomunikasi dengan mamahnya seperti layaknya percakapan antara seorang ibu dan anaknya.

"Farah kan sudah bilang tadi mah, mamah tidak mau mendengarkan ucapan Farah sih," ujar Farah pada sosok yang dia bilang mamahnya.

"Farah, kamu bicara dengan siapa?" tanya papahnya dengan wajah yang begitu heran.

"Mamah pah, ini mamah sedang bersimpuh di depan Farah, mamah melihat ke arah papah sekarang," ujar Farah lagi.

Di hari itu papahnya Farah mulai menyadari jika anak perempuannya memiliki kemampuan yang tidak sama dengan kebanyakan manusia di muka bumi ini, Farah bisa melihat hal-hal yang tidak bisa di lihat oleh manusia biasa.

"Farah, sudah yuk kita ke mas Dandi lagi!" ajakan papah Farah mencoba mengerti kemampuan indra ke enam yang Farah miliki.

"Titip salam papah untuk mamahmu, bilang ke mamahmu jika papah ada salah papah minta maaf!" lanjut papah Farah lagi.

"Mah kata papah, papah nitip salam buat mamah, dan papah minta maaf jika papah ada salah ke mamah!" ujar Farah mencoba menyampaikan pesan papahnya kepada mamahnya.

"Mamah sudah mengangguk pah," ujar Farah lagi.

"Alhamdulillah, semoga mamah senang di syurga ya Farah, hayu kita ke mas Dandi lagi!" Ajakan papah Farah sambil menggandeng tangan anak perempuannya yang masih 10 tahun itu.

Farah segera berjalan mengikuti langkah papahnya, lalu dia terduduk lemas bersama kakak dan papahnya di ruang tunggu kamar jenazah ini.

"Farah dan Dandi harus sabar ya, kalian sudah tidak memiliki mamah lagi, nanti semua kebutuhan kalian akan di bantu oleh bi Sum, papah harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita ya!" pinta papah kepadaku.

########################

Tiba-tiba saja lamunan Farah tentang masa kecilnya di saat dia berumur 10 tahun hilang dari fikirannya, saat ini dia sudah kembali pada ruangan kuliahnya, dia duduk terdiam saat dosen sudah selesai mengajar mata kuliah yang begitu penting di semester ini. Semua mahasiswa lain sudah pergi dari ruangan ini.

"Farah!" panggilan lembut dosen kesayangan Farah yang begitu lembut dan cantik.

"Iya bu Maya," ujar Farah benar-benar kaget.

"Kamu sedang melamunkan apa?" tanya dosen ini kepada Farah sambil mengambil

posisi duduk tepat di depannya.

Farah terdiam sejenak, dia bingung, ingin cerita semuanya kepada dosen di hadapannya ini namun dia ragu, dosennya merupakan akademisi yang selalu mengedepankan akal dari pada hal-hal ghaib, apakah bu Maya akan percaya dengan hal ghaib yang dia ceritakan nanti, atau nanti bu Maya malah menganggap Farah sedang berhalusinasi.

"Tidak ada apa-apa bu," ujar Farah kembali.

"Kalau Farah ada masalah, silahkan Farah cerita ke ibu! siapa tahu ibu bisa bantu, soalnya ibu lihat dari tadi, Farah tidak fokus ke materi yang ibu sampaikan," ujar bu Maya dosen kesayangan Farah.

"Tidak bu, Farah tidak kenapa-napa," ujar Farah sambil bangkit dari tempat duduknya. Entah mengapa saat Farah berdiri tiba-tiba saja Farah merasa pusing, dan dia segera memejamkan matanya, lalu dalam pandangannya tergambar sangat jelas jika bu Maya dosen yang sangat dia hormati akan menemui seorang pria yang memiliki niat tidak baik kepada bu Maya. Farah kemudian membalikkan tubuhnya dan kembali duduk di hadapan bu Maya, "Bu Maya, nanti setelah pulang dari kampus ini jangan percaya oleh ucapan seorang laki-laki yang memiliki niat buruk di balik ucapannya ya!" pinta Farah kepada bu Maya, yang tentu saja membuat bu Maya terkejut.

"Kamu bisa meramalkan masa depan Farah ?" tanya bu Maya penasaran.

"Tidak bu, saya tidak bisa meramalkan masa depan, saya hanya mendapatkan petunjuk sedikit untuk orang-orang yang menyayangi saya," ujar Farah lagi mencoba menjelaskan kepada dosen kesayangannya ini.

Lalu Farah kembali berdiri dan meninggalkan bu Maya sendiri dengan lamunannya.

Farah segera berjalan menuju sebuah parkiran kampusnya, disana dia melihat ada seorang kakek-kakek tua sedang duduk di bawah pohon beringin yang sangat rindang.

Dengan tatapan yang begitu dingin, kakek itu memandangi wajah Farah, lalu dia mencoba berkomunikasi dengan Farah.

"Tolong saya!" ujar kakek-kakek tua itu, semenjak Farah memiliki indra ke enam di saat usianya menginjak sepuluh tahun, Farah merasa terlalu kesulitan untuk mengetahui apakah orang-orang yang dia temui merupakan manusia sungguhan, atau hanya jin yang berbentuk manusia, Farah merasa tidak kesulitan jika melihat mahluk kasat mata yang sesuai dengan wujud aslinya. Namun dia kesulitan jika mahluk yang dia temui menyerupai manusia biasa seperti dirinya.

Klaim

Di depan kakek itu dia membungkukkan tubuhnya untuk permisi melewati kakek tua itu, dia mencoba bersikap acuh terhadap ucapan kakek-kakek tua disampingnya, karena kesulitan Farah untuk mengetahui manusia sungguh-sungguh atau hanya jelmaan jin yang

menyerupai manusia ataupun roh penasaran yang masih gentayangan karena masih memiliki masalah di bumi.

"Tolong aku!" ujar kakek tua itu lagi, kalimat yang kedua ini membuat Farah merasa tidak tega, dan segera duduk di samping kakek tua itu.

"Ada apa kek?" tanya Farah mencoba menanggapi permintaan kakek-kakek di sampingnya.

"Aku minta kamu untuk menolongku, memberitahukan kepada cucuku, jika aku di bunuh oleh supir ku yang memiliki hubungan terlarang dengan istriku," ujar kakek itu, yang membuat Farah terkejut, jujur saja awalnya Farah mengira jika kakek-kakek yang berada di sampingnya ini merupakan manusia, namun setelah kakek itu mengungkapkan permintaan tolongnya kepada Farah, dia baru menyadari bahwa kakek ini bukan merupakan manusia seperti dirinya, kemungkinan kakek ini adalah roh yang penasaran karena hidupnya diakhiri dengan di bunuh oleh supirnya sendiri yang merupakan pacar gelap istrinya.

"Kakek bukan manusia?" ujar Farah spontan karena kaget.

"Bukan, aku bukan manusia, aku hanya ruh yang mati penasaran," ujar kakek itu.

"Apa yang bisa saya bantu kek?" tanya Farah penasaran.

"Tolong kamu temui cucuku di alamat ini," pinta kakek di sampingnya sambil menuliskan sebuah alamat rumahnya di tanah.

INDIGO ( Farah love story ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang