22

791 47 10
                                    

Mohon untuk follow, vote and komen ya!

Happy reading

•••🖤•••

Lion sudah siap dengan segala perlengkapan yang dia miliki, mulai dari buku pelajaran, dan hal-hal yang mungkin nanti tidak pacar nya miliki untuk kegiatan belajar mereka.

Di jalan raya yang sepi, motor laki-laki itu menyala sendiri an. Ini masih jam enam dan dia membelokkan arah motornya, tujuan nya saat ini bukan untuk ke rumah Micel, dia akan ke sana namun setelah urusan nya sudah selesai.

Di depan sebuah rumah mewah ada gadis yang terlihat sudah menanti Lion, gadis dengan dress putih. Dress yang sangat Lion suka lihat jika siapapun itu memakai nya kecuali Micel.

"Gimana! Kamu udah bunuh dia kan?" Gadis itu berjalan mendekati Lion yang baru saja turun dari motornya, dia sangat excited sekali.

Namun gelengan kepala Lion membuat dia yang awalnya excited menjadi sendu, "kenapa belum?" Tanya nya.

Tidak ada jawaban tetapi hanya senyum yang dapat Lion berikan. Gadis itu manggut-manggut kesal, dia lebih memilih berjalan mendahului Lion karena kepalang kesal nya. Padahal sengaja dia menyuruh semua yang ada di rumah nya untuk pergi termasuk orang tua yang dia akali.

Supaya apa? Supaya dia bisa melihat Lion membawakan nya mayat gadis itu, karena itulah janji Lion pada nya. Namun sekarang semua sirna, mayat tidak ada namun dinner harus tetap berjalan demi kelancaran hubungan dia dan Lion.

Benar saja, kini kedua pasang kekasih gelap itu menghabiskan waktu untuk makan bersama di pinggir kolam yang di lengkapi dengan lampu-lampu indah di pinggiran kolam.

"Kamu janji ya, bawain aku mayat nya nanti" ucap nya sambil mengunyah makanan.

"Makanan nya habisin dulu baru ngomong" balas Lion, gadis itu semakin kesal karena balasan Lion tidak sesuai ekspektasi.

Acara dinner yang awalnya terasa hangat dan tenang berubah menjadi sebuah konser teriakan kesakitan dari salah seorang dari mereka berdua, tentu saja gadis tersebut.

"Aku mohon Lion..." Ucapnya pada detik-detik terakhir, "jangan bunuh aku" namun semua terlambat karena ternyata itu ucapan terakhir dari gadis tersebut.

"See you next time, di akhirat" tawa Lion.

Baju gadis itu penuh noda darah yang pekat dan berbau amis tentu saja, inilah alasan Lion menyukai seseorang memakai baju putih karena ketika dia membunuh orang tersebut maka warna baju nya akan berubah menjadi warna yang paling dia sukai yakni warna merah.

Setelah puas berkutik dengan tubuh gadis itu. Lion melihat jam yang hampir mendekati pukul tujuh. Dia buru-buru membuat pisau tersebut ke dalam kolam bersamaan dengan mayat yang dia bunuh.

Tanpa mempedulikan suara klakson motor orang di jalan raya, Lion tetap mengendarai motor nya di atas kecepatan rata-rata demi bisa cepat bertemu dengan gadis nya.

Sayang nya saat sampai didepan rumah Micel, terlihat dari depan saja Lion sudah tahu rumah tersebut kosong. Dia memutar balik motornya dengan perasaan kecewa seolah-olah hal yang paling effort dia lakukan tidak di hargai.

Namun senyum terbit di wajah Lion saat menemukan sesuatu yang membuat hati nya tidak lagi di penuhi amarah, kini dia malah tersenyum senang layak nya seseorang yang baru saja menang lotre.

•••🖤•••

Apartemen adalah hal pertama yang terlintas di otak Micel kala ini, semua rumah di pastikan sudah tertutup sempurna mulai dari pintu, jendela bahkan garasi. Untung saja orang tua nya belum pulang jadi dia bisa pergi di malam hari.

Jam enam lebih tiga puluh menit, artinya tiga puluh menit lagi jam belajar yang dia rencanakan dengan Lion akan segera di lakukan. Dia harus bergegas! Segera!

"Taksi" tangan gadis itu melambai ke arah jalan raya dengan motor yang sangat ramai berlalu-lalang.

Setelah menunjukkan tepat di mana arah yang akan di tuju kepada supir taksi. Kini taksi itu pun berjalan dengan kecepatan normal, gadis itu bernafas lega. Setidaknya dia tidak akan di bunuh malam ini.

Tepat jam tujuh. Micel turun dari taksi dan melangkah masuk ke area lobi lalu menuju ke lift dan sampailah dia ke lantai tujuh di unit dua puluh, tempat di mana apartemen rahasia gadis itu berada. Kenapa rahasia? Karena orang tua nya saja tidak tahu akan apartemen ini.

Pintu apartemen di buka, tentu saja dengan kode pin yang hanya di ketahui Micel. Gadis itu berbaring lega di atas ranjang nya, wangi persis seperti wangi parfum nya.

Sambil bersenandung senang dia memainkan hp nya, menonton YouTube tepatnya film mukbang orang korea yang selalu menjadi favorit gadis itu. Jika tidak film mukbang maka dia akan menonton masak-masak asthetic cina.

Suara pintu apartemen yang dibuka mengalihkan atensi Micel, dia buru-buru turun dari ranjang nya. Tidak ada yang tahu lokasi serta pin apartemen nya lalu bagaimana bisa dia mendengar seperti suara pintu yang terbuka.

Micel membuka sedikit pintu kamar nya, dia mengintip ke arah lorong, memang benar pintu nya baru saja di buka karena terbukti dengan lampu yang masih menyala. Lampu tersebut biasa nya mati setelah lima menit sang pemilik membuka pintu.

Suara benda jatuh mengangetkan Micel. Arahnya dari dapur, dengan keberanian yang masih tersisa walaupun hanya sedikit kini dia berjalan perlahan ke arah dapur, mengendap-endap persis seorang maling Padahal di rumah nya sendiri.

Tangan nya meraba-raba saklar lampu yang ada di tembok, dia tidak bisa melihat ada orang jika tidak ada lampu karena area dapur memang sangat gelap.

Ceklek

Seorang laki-laki sedang membelakangi Micel berada di dekat wastafel air dapur, dia nampak sedang membersihkan sesuatu. Micel yang tahu siapa orang itu hanya diam.

"Lion?" Ucapnya kemudian setelah bergelut dengan berbagai pernyataan di kepala nya.

"Halo! Siap belajar sayang?" Lion membalikkan badannya, baju putih nya penuh dengan darah yang coba dia bersihkan, kemeja nya yang berlumuran darah juga terlihat di lantai dapur berwarna putih. Kebetulan sekali kemeja itu berada tepat di bawah kaki Micel.

Sontak Micel mengangkat kaki nya terkejut, "darah" dia menutup mulut nya.

Lion hanya mengamati gadis nya dengan senyuman.
.
.
.
.
.
.

Next? Vote and komen dulu ya!

Caliion Rajata And Little Lily FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang