[01]

273 55 73
                                    

🏹🏹🏹

Aku akan menyatukan banyak cinta serta pasangan dengan panah cinta yang kupunya.

🏹🏹🏹

Dengan teliti, seorang lelaki muda mempersiapkan beberapa perlengkapan fotonya. Ia memasukan semua alat ke dalam tas bersama kamera kesayangannya.

"Ru, mau kemana, sih?" Seorang gadis menghampiri cowok itu dengan raut wajah cemberut.

Yang ditanya menoleh, ketika mendengar suara gadis yang merupakan sahabatnya itu. "Biasa, Dyv. Ada kerjaan di kantor Kak Naren. Jadi, gue harus secepatnya kesana."

"Yah ... Padahal, gue mau minta ditemenin beli es krim. Soalnya, lagi pengin es krim dari tadi mager mau jalan ke minimarket depan kompleks." Dyvrette, mengeluarkan keluh kesahnya pada Biru. Sahabatnya.

Biru menggelengkan kepala sembari tersenyum, sudah tidak kaget dengan sifat yang dimiliki Dyvette. Sahabatnya. Karena, sedari dulu mereka sudah tumbuh bersama.

"Tinggal jalan apa susahnya, sih, Dyv. Dasar bocil mager." Biru bergegas menenteng tas berisi kamera serta perlengkapannya. "Gue pergi dulu, bocil."

Dyvette merasa panik, karena Biru seperti tak menghiraukan curahan hatinya yang menginginkan es krim. "Eh... Gue ikut, Ru."

Akan tetapi, Biru tetap melangkah sembari diam-diam tersenyum kecil mendapati respon Dyvette yang cemberut.

"Al-Biru Danar Gautama Putra, tungguin gue!" Kali ini, kesabaran Dyvette sudah tidak bisa dibendung. Dirinya melangkah mencoba mengejar Biru yang sudah mulai keluar dari rumah.

Biru tersenyum, tebakannya tak pernah meleset sahabat dari kecilnya pasti akan mengejarnya.

"Lo boleh ikut, tapi tolong jangan banyak tingkah, ya, Cil." Biru menghentikan langkahnya, lalu menghampiri Dyvette yang tepat berada di belakangnya. Kemudian, menarik hidung sahabatnya itu.

Dyvette mendengkus kesal, dengan perlakuan Biru. Namun, itu sudah menjadi hal yang biasa dilakukan Biru padanya. "Sakit hidung gue, Ru. Bisa nggak sih sekali aja nggak usah narik hidung gue."

Biru hanya tersenyum sembari tertawa kecil merespon perkataan Dyvette. Lalu, ia kembali melanjutkan langkah menuju mobil yang berada di halaman rumahnya.

Sesampai di depan mobilnya, Biru membuka pintu kendaraan itu sembari meletakan barang-barang miliknya.

"Nggak usah cemberut terus gitu, Dyv. Tenang aja, nanti gue berhenti di minimarket sebelum kantor Kak Naren buat beli es krim favorit lo." Perkataan Biru, sontak membuat raut wajah cemberut Dyvette berubah menjadi berbinar.

"Thanks, Ru." Dyvette memang tahu, sahabatnya tak mungkin tega membiarkannya bersedih.

Biru mengangguk, sembari memasuki mobil miliknya. "Ayo masuk, Dyv. Takutnya, Kak Naren udah nungguin gue buat nanganin project-nya."

"Oke."

🏹🏹🏹

Dalam perjalanan, Dyvette merasa bosan karena sedari tadi Biru terlihat fokus menyetir serta pada jalanan yang dilalui. Sehingga, ia memutuskan untuk memulai pembicaraan dengan Biru. Sahabatnya.

Cupid [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang