[17]

33 22 6
                                    

🏹🏹🏹

Kita hanya perlu fokus pada satu titik. Maka, arah anak panah tidak akan meleset serta salah sasaran. Itulah, yang akan menjadikan sebuah hal menjadi maksimal.

🏹🏹🏹


Seusai membaca catatan yang ada di dalam amplop itu. Dyvette memasukan benda-benda yang pada tasnya. Ia memang sudah memutuskan akan menyimpan serta mengumpulkan semuanya. Agar, dia bisa mencari tahu siapa pengirimnya. Karena, ia pikir ada sebuah jawaban siapa dibalik catatan serta anak panah itu.

Juga, Dyvette pikir pengirim mempunyai maksud yang baik padanya. Terlihat, dari semua catatan yang diterima bisa membuatnya lebih semangat menjalani hidup. Meskipun, sekarang ia sedang tidak dalam suasana baik. Namun, ia tetap harus berusaha tetap seperti biasanya. Ceria.

Gue pasti bisa nemuin siapa pengirim semua benda-benda ini. Dan, gue bakalan bilang makasih ke dia.

Dyvette kembali menutup loker miliknya. Karena, ia sudah mengambil buku yang dicari. Lalu, ia melanjutkan perjalanan menuju kelasnya. Tak mau, bila dirinya terlambat masuk ke dalam kelasnya. Terlebih, tinggal beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi.

Pada perjalanan menuju kelas, Dyvette melihat ada seseorang yang terlihat sedang kebingungan. Ia pikir, itu mungkin siswi baru yang menjadi bahan pembicaraan saat tadi baru datang ke sekolah bersama Biru.

Dyvette memutuskan untuk menghampiri siswi baru itu.

"Hai. Lo siswi baru di sekolah ini, ya?" Dyvette tersenyum manis pada gadis itu. Sepertinya, ia bisa mendapatkan teman baru. Karena, ia ingin memiliki teman sebanyak-banyaknya.

Siswi baru itu, melirik kanan serta kiri-nya. Mungkin, memastikan bila Dyvette sedang bertanya kepada siapa. Setelah yakin, Dyvette memanglah berbicara dengannya gadis itu membalas senyuman Dyvette.

"Iya. Gue Hera. Siswi baru sekaligus pindahan dari Bandung. Salam kenal, ya." Hera mengulurkan tangan kepada Dyvette.

"Salam kenal juga, ya. Nama gue, Dyvette." Dyvette membalas jabat tangan Hera. Siswi baru. "Lagi cari ruang Kepala Sekolah, ya?"

Hera mengangguk, sembari masih tersenyum kepada Dyvette.

"Kalo gitu, gue anterin ke sana mau, nggak? Mumpung bel masuk belum bunyi." Dyvette menawarkan hal itu pada Hera. Tahu, bila siswi baru pasti akan merasa bingung serta belum mengetahui ruang orang terpenting pada sekolah itu.

"Boleh. Makasih, ya."

"Iya sama-sama, santai aja. Ayo... Ikuti gue, ya." Dyvette kembali melangkah, sekarang mengarah ke ruang Kepala Sekolah bersama Hera.

Beberapa menit kemudian, Dyvette sudah berhasil mengantarkan Hera.

"Sekali lagi, makasih, ya, Dyv." Hera tersenyum, seraya senang bisa bertemu dengan Dyvette.

"Iya sama-sama, Ra. Gue ke kelas duluan, ya." Dyvette tersenyum, lalu meninggalkan Hera di ruang Kepala Sekolah. Kemudian, pergi menuju kelasnya.

Sesampai di kelasnya, Dyvette merasa lega karena belum terlambat. Terbukti, tepat setelah ia duduk bel masuk baru berbunyi.

"Kok lama, Cil?" Biru memulai pembicaraan dengan Dyvette. Sahabatnya. Karena, merasa gadis itu terlalu lama mengambil buku di loker. Seharusnya, sudah berada di kelas beberapa menit yang lalu. Hampir saja, Dyvette terlambat memasuki kelas.

"Kan, gue udah bilang tadi ke lo kalo mau ambil buku ke loker." Dyvette menjelaskan kembali apa yang dilakukan pada Biru. "Tapi, tadi nggak sengaja ketemu anak baru yang diomongin satu sekolah. Dia keliatan bingung nyari ruang kepala sekolah. Jadi, gue inisiatif nawarin buat antar dia, deh."

Cupid [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang