𝐕a. ✷ 𝓐 prologue

912 47 1
                                    

──────── ✩ ────────

♡ LOKARASI PRESENT : 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.♡ LOKARASI PRESENT : 2024

"Guilt is perhaps the most painful companion of death." - Coco Chanel

──────── ✩ ────────
: DISCLAIMER

• the story and characters' behavior are fictitious. any similiraty is purely coincidental.

cw : nfsw contains, lgbt ( gxg & bxb ), harsh word, broken eng, murder attempt, Gore, blood content, gangster, mafia etc.

• [ PG 18+ ] MDNI (minor do not interact), yang belum bisa menyaring apa yang ada di cerita ini diharapkan tidak melanjutkan ke paragraf selanjutnya, do what is appropriate for your age.

• please be wise! & feedback will be appreciated [ 📥 🙋🏻‍♀️ Will always accept criticism and suggestions, but not hate speech. ]

 𝘛𝘩𝘪𝘴 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘺 𝘪𝘴 𝘱𝘶𝘳𝘦 𝘧𝘪𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯, 𝘱𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘥𝘰𝘯'𝘵 𝘱𝘭𝘢𝘨𝘪𝘢𝘳𝘪𝘻𝘦 𝘢𝘯𝘺𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘩𝘦𝘳𝘦. 𝘵𝘺𝘴𝘮. ⚠️

──────── ✩ ────────

Sebagian orang menghabiskan seluruh jam di hidupnya, melewatkan beberapa momen penting, waktu berharga bahkan jam tidur yang terenggut hanya untuk mencapai kecukupan yang katanya akan memberi kebahagian, apakah kehidupan akan dibilang cukup jika uang adalah penentu kecukupan itu?, bekerja dari pagi hingga pagi lagi hanya untuk mendapatkan selembar kertas dengan nominal paling besar ; menjilat, memeras, memangkas bahkan membunuh adalah hal yang lumrah untuk memperjuangkan nominal paling besar itu demi hidup yang layak.

Namun untuk beberapa kelompok, lembaran itu tak ada artinya sama sekali yang mereka cari lebih dari itu. Bukan untuk hidup layak tapi untuk hidup aman dan lebih unggul dari pada yang lain.

Tidak ada kepercayaan, tidak ada kenyamanan, semuanya adalah musuh tak ada yang berteman dan cinta adalah pengkhianatan yang tertunda.

pada akhirnya hanya ada dua pilihan ; 

Mengejar atau dikejar

Membinasakan atau dibinasakan

Membuat tunduk atau menunduk

Menghancurkan atau dihancurkan

Atau


Tidak dilahirkan sama sekali.

──────── ⋆★⋆ ────────

Vienna, 1990

Kala mentari sudah terbenam, dan barat menyisakan gelap di ujung timur kota Austria itu sepasang hawa bercumbu mesra di bawah redupnya lampu tanpa sehelai kain pun, di balik kusen kayu yang diam-diam menyelipkan hembusan angin tipis juga kota Vienna yang sunyi namun berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di dalam ruangan ini, berisik juga bergairah.

Ketika sudah sampai pada klimaks, kedua hawa itu menetralkan degup jantung satu sama lain dan juga nafas yang masih mengebu-gebu namun binar mata mereka menunjukan bahagia yang paling nyata, segaris senyum sayu itu membawa keduanya pada dekap mesra nan hangat, yang berada di atas tersenyum tenang sembari mengusap lembut bibir sang gadis setelah pelukan yang cukup lama itu.

"Vienna, seperti surga kalau ada kamu"

"Apakah itu hanya kata-kata palsu yang akan membuatku senang?"

"Tidak sayang, kau harus tahu aku tak akan pernah membawa seorang pun ke Vienna selain kau"

"Jadi? aku satu-satunya?"

"Satu-satunya dan selamanya"

"Selamanya sampai kapan?"

"Sampai neraka menyambut ku, yang ku cari adalah kamu. Mari bersama selamanya."

Kedua belah bibir itu kembari bertemu, mengecap rasa cinta juga menungkan kasih dan gairah juga obesesi di antara keduanya yang seolah tak mau melepas satu sama lain untuk selamanya.

"Kau tahu?, siapapun yang membuat kita berpisah nanti akan ku ciptakan neraka untuknya"

















s i h i r itu serupa frasa jatuh,
menghanyutkan kemudian kita
akan larut hingga tiba b e r s u a
pada kata u t u h atau r u n t u h

-VEANNE LA VAESCHE 

Veanne La Vaesche | JiminjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang