✷ 01 : BOYFRIEND IN HELL

419 30 2
                                    

──────── ✩ ────────

You taste like cigarettesI hit it every chance I getGirl, you got me dripping sweatYou pull me back every time I quit— Blow by Jackson Wang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You taste like cigarettes
I hit it every chance I get
Girl, you got me dripping sweat
You pull me back every time I quit
— Blow by Jackson Wang

──────── ✩ ────────

Melangkah dengan senyap, sepatu boots itu menapaki aspal tanpa suara, jalanan kota London pukul sembilan sedang ramai-ramainya, beberapa orang sudah berjalan menuju club untuk menghabiskan akhir pekan bersama teman atau kekasih.

Batang nikotin itu di nyalakan, sesaat setelah ia memasuki bar dan duduk di  kursi pramutama bar, di pesan nya minumal tanpa alkohol, kebulan asap itu seolah tak mengaburkan pandangan nya yang sedang mengawasi seseorang di meja ekslusif, meskipun keadaan ruangan redup hanya ada sayup-sayup suara dan indra pendengaran yang dipenuhi oleh dentuman musik.

Senyuman picik itu timbul dari dua belah bibir yang sedang menghisap nikotin, kala ia melihat dua pria yang baru saja bertemu dan langsung bercumbu di tengah-tengah kegelapan dosa kaula muda.

"Shit, he's gay hahaha" ucapnya sembari terkekeh, ia pun kembali menghisap batang nikotin itu dan meminum pesanannya yang baru saja di letakan di mejanya oleh pramutama bar.

Beberapa waktu berlalu gadis itu masih terfokus dengan apa yang dilakukan oleh calon tunangan nya itu, bukan perasaan sakit hati yang menyelimuti tapi perasaan tenang yang ia ketahui bahwa calon tunangan— bisnis nya itu pasti tak akan banyak menuntut nya, mungkin satu jepretan akan Ivy ambil untuk suatu saat bila ada keadaan darurat, setelah jepretan itu ia ambil ia merogoh saku Coat nya untuk mengambil bungkusan batang nikotin yang bertuliskan Silk Cut itu. Satu batang nikotin yang ia ambil ia selipkan di antara dua belah bibirnya, namun saat ia ingin mengambil pemantik di dalam sakunya, pemantik yang beberapa waktu lalu ia pakai tiba-tiba saja lenyap, ini yang membuat gadis itu kesal ia berdecak— hanya karena pemantik pesta yang ia meriahkan sendiri berubah menjadi rasa kesal karna pemantiknya hilang.

Saat ia sedang sibuk mencari pemantik itu, tiba-tiba saja ada tangan di depannya yang memegang sebuah pemantik yang ia tau itu adalah lighter dari salah satu brand Vivienne Westwood Heart Shape logo yang iconic itu menyita perhatian nya, ia mendongak ke atas untuk siapa melihat siapa yang repot-repot memberikan pemantik.

Ketika dua pasang netra itu bertemu, tatapan Ivy seketika berubah wajah yang nampak tak asing ia mengerutkan dahi mencoba mengigatnya, sementara perempuan di depannya tersenyum menyalakan pemantik itu menyalurkan bara api kepada batang tembakau yang mulai menyulut api tersebut.

Ia menaruh pemantik nya di meja pramutama bar, dan duduk di sebelah Ivy "Kenapa tidak menampar pemuda itu? Berselingkuh dari mu kan?" Katanya

Ivy terkekeh mendengarnya "Aku? Menamparnya? ah ngga, aku harus merayakan nya"

Dahi perempuan itu mengerut, lantas tersenyum penuh tanya "Hubungan terbuka?"

"Tidak ada hubungan, yang ada hanyalah relasi bisnis" Ivy berucap datar dan kembali menghisap batang nikotin nya.

Perempuan itu menatap Ivy, melihat wajah itu dari samping— wajah cantik namun mematikan, rasa dingin itu perempuan itu rasakan.

Dalam kamus Katarina Isha Veanne, hanya ada 2 kriteria seseorang bisa ia sukai yang pertama adalah perempuan, yang kedua adalah seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta dan mungkin ia akan tambahkan kriteria yang ketiga.

"Ah, cukup umum" Isha masih menatap Ivy yang enggan menatap nya.

"Umum dan membosankan"

Mendengar itu sudut bibir Isha terangkat "Kalau ia bisa buat permainan lain, harusnya kau juga bisa"

Ivy menoleh, menatap wajah itu malas dan ia bangkit sembari berkata "Kau tahu? Semuanya membosankan" tanpa ia sadari, Isha pun ikut bangkit dan berjalan sejajar dengannya.

"Aku harap, kau tak akan menarik kata-kata itu" katanya, tiba-tiba saja pemantik itu ia simpan di saku coat Ivy "Aku akan mengambil lighter ini kembali" lanjutnya, lalu berjalan mendahului Ivy.

Ivy pun memandang kepergian gadis yang belum ia ketahui namanya itu, dengan wajah penuh pertanyaan tanpa ingin repot-repot memikirkan ia pun berjalan keluar dari bar ini dengan pemantik yang 'dipinjamkan' oleh gadis yang tak di kenal.

──────── ✩ ────────

Isha, gadis dengan balutan jaket denim di tengah udara dingin London membuat rambut yang ia ikat asal terbawa angin berantakan, ia menyandarkan tubuhnya pada tembok batako lusuh di belakang bar, bertanya terfokus pada benda pipih di tangannya.

"Winavy Jan Vaesche" nama itu Isha sebut, sesaat setelah ia melihat benda pipih itu dari folder daftar hitam yang keluarganya miliki.

Ia tersenyum lebar melihat wajah manis itu meskipun fotonya masuk dalam folder rahasia, persetan dengan daftar hitam— inilah yang Isha tunggu-tunggu bertemu dengan gadis itu.

Dan setelah bertemu langsung, Isha merasa cukup puas meskipun pertemuan itu sungguh tidak terduga dan di luar kesengajaan, semuanya terjadi secara kebetulan saat Isha membantu Jein untuk bertemu dengan kekasihnya Noah di bar agar mereka bisa berjalan tanpa pengawalan.

"Daftar hitam seharusnya kau musnahkan, bukan di tatap dengan bahagia" itu ucap Jein, yang ntah dari mana tiba-tiba saja sudah berada di sebelah Isha, mendengar itu Isha terkekeh sinis.

"Lalu kau? Daftar hitam kau jadikan kekasih?" Ucapnya sengit, namun Jein malah tertawa.

"Apa kau mau kita impas?"

"Aku lebih suka kau berhutang budi, Jein" ucapnya dengan senyuman tak terbaca, lantas Isha pun berjalan meninggalkan Jein untuk kembali pulang setelah ia rasa Jein sudah selesai dengan pertemuan dengan sang kekasih.

Saat berjalan Isha tersenyum, kamus Katarina Isha Veanne kini sudah jelas kriteria ketiga nya, hanya ada tiga kriteria seseorang bisa ia sukai yang pertama adalah perempuan, yang kedua adalah seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta dan yang ketiga orang itu harus Winavy Jan Vaesche.

VEANNE LA VAESCHE

Veanne La Vaesche | JiminjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang