✷ 05 : ROM-COM (GONNA WRONG)

132 16 3
                                    

──────── ✩ ────────

──────── ✩ ────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────── ✩ ────────

10 tahun lalu. (play a tape memory)

"Dulu, Aku sangat takut gelap. Kini mataku di tutup tapi aku tahu gelap tak selamanya hitam, terang tak selamanya putih. Yang aku tahu gelap tak semenyeramkan itu sekarang" Ivy yang baru berumur 12 tahun saat itu, ia tersenyum dengan kedua mata yang di tutup kain hitam serta tangan yang diikat, ia hanya berbaring di tempat tidur sepanjang hari, bajunya lusuh, mukanya yang pucat pasi serta rambut lepek itu tak memudarkan cantiknya

Ntah sudah berapa lama, ia menjadi tawanan, yang ia tahu hanya keluarganya memiliki banyak musuh yang menginginkan ia untuk mati.

Ivy hanya mampu menangkap suara, suara seorang anak perempuan yang tengah malam diam-diam menghampirinya, Ivy menggagap itu adalah halusinasi sebab setelah gadis itu bernyayi untuknya ia akan tertidur dan terbangun dengan kehampaan yang gelap.

Ivy hanya mampu merasakan, bagaimana tangan itu mengelap peluh yang membasahi dahinya, bagaimana tangan itu mengusap lembut jemarinya, bagaimana tangan itu mengusap pipinya yang penuh dengan air mata, tangan lembut yang Ivy tak ingin mempertanyakan siapa perempuan itu, asal perempuan itu bisa datang menemui malam sepinya.

Ivy hanya mampu mencium wanginya, bagaimana ketika gadis itu memeluk Ivy yang sedang dilanda takut, bagaimana gadis itu hadir dan tampil apik dengan aroma yang cantik.

Namun, Ivy tak pernah bisa melihat bagaimana rupa gadis itu ; gadis yang ntah dari mana, menemani malam-malam gulitanya.

"Kau, tak perlu takut gelap, percaya satu hal. Di setiap langkahmu akan ku titipkan cahaya ku"

(paused a tape memory)

──────── ✩ ────────

Pernahkah kamu terbangun ketika malam sudah mulai larut? hanya tiba-tiba dan begitu saja. Kehampaan yang menyelimuti saat kamu sadar hal yang indah itu hanya sebuah mimpi, alur nya dibuat menarik seolah arwah ingin tinggal dalam memori usang yang sendu itu, bukan kah mimpi akan menjadi indah jika yang diputar adalah kenangan yang dirindukan?

Begitu pun Ivy, yang nampak lesu di lihatnya jam di ujung dingding menunjukan pukul sebelas malam, ia pun mengambil sesuatu dari laci tempat tidurnya, sebungkus nikotin dan juga lighter berbentuk hati, ia terdiam sebentar melihat lighter itu.

"Aku akan mengambil lighter ini kembali"

Ivy urung untuk menyalakan batang nikotin itu, ia memilih untuk bangkit dari tempat tidurnya, kantuknya menghilang ia memilih mengganti pakaian tidurnya untuk berjalan di malam hari.

Setiap malam berlalu, dan selalu sama ; hari-hari tanpa makna. Kadang kaki yang melangkah juga kehilangan arah jalan pulang.

London, saljunya mulai menipis tapi udara masih saja dingin, Coat yang di pakai Ivy tak begitu tebal menjadikan ia berjalan sendirian di trotoar kota yang masih sibuk dengan hingar-bingar nya dunia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Veanne La Vaesche | JiminjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang