Prolog

331 42 4
                                    

500 tahun yang lalu, saat Cataclysm terjadi, semua dewa-dewi, Adeptus dan Yakhsha semua bergabung untuk membasmi monster yang ada di Khaenriah.

Tidak terkecuali (Y/n), The Goddess of Heath and Wealth. Namun ia tidak pergi kesana, hanya menjaga Liyue atas permintaan dewa Geo. Ia berdiri di ujung tebing melihat makhluk serigala itu mendekat, kekuatannya sudah habis untuk melawan monster yang tidak ada henti-hentinya muncul. Bahkan sayapnya tidak bisa ia gerakan sangking sakitnya.

Matanya tertutup, mengingat anak kecil yang berlutut memanggil namanya untuk kesembuhan sang ibu. Mata sang Dewi berair, ia mengucap sumpah sebelum terjun kedalam lubang yang gelap.

Foolish Theatrics
⋋⊹✿⁠⋌✧✧✧⋋✿⊹⋌


Beberapa hari sebelumnya...

"Aku ikut!!!" Ucap (Y/n) berjalan mengikuti Morax. Ia sudah membawa panahnya, kain putih yang ia pakai tertiup angin sepoi-sepoi hingga kaki jenjangnya terlihat.

"Tidak!!"

Bibirnya seketika manyun, "Aku Dewi kesehatan dan kemakmuran, bagaimana jika ada yang luka disana??? Aku bisa bantu!!" Ia menghentakan kakinya seperti anak kecil, terus mengikuti Morax kemanapun ia pergi hingga tidak sadar Morax berhenti.

Sang Dewa Geo berbalik menghadap yang Dewi, "Maka dari itu tinggallah disini, bantu para manusia yang membutuhkanmu jika aku lalai." (Y/n) tertegun, ia tidak pernah melihat expresinya sesedih itu, ia menunduk. Morax memejamkan mata sesaat, sebelum mengulurkan tangan, mengelus kepala yang Dewi dengan lembut. "Berjanjilah kau akan tetap disini."

(Y/n) menatap matanya, tangannya meraih tangan Morax. "Janjilah padaku, kau akan kembali." Tapi Morax hanya diam, menangkup pipinya lalu mencium keningnya sebelum pergi. Meninggalkan (Y/n) yang masih membeku menggenggam panahnya dengan erat.

***

Disinilah ia, sayapnya mengepak ke angkasa agar ia bisa melihat dari arah mana para monster itu datang. Ia melihat kebawah, para manusia dan monster yang berperang. Ia sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, namun makhluk itu terus bermunculan.

Tiba-tiba suara dentuman keras terdengar, ia melihat kearah cahaya terang itu. Di Guili plain, mata (Y/n) memincing sebelum melebar, "Guizhong...-" Angin deras seketika datang dari arah itu, membawa serpihan debu hingga (Y/n) terhempas dan jatuh.

"XingYue-Furen, apa kau baik-baik saja?!?!!" Salah seorang pasukan Millelith, datang untuk membantunya berdiri. (Y/n) menggeleng pelan sambil menggenggam tangannya. Namun ia sedang tidak baik-baik saja. XingYue adalah julukan yang dibelikan Guizhong dan Morax untuknya. Ia ingat dengar jelas saat kedua sahabat Dewa-dewinya itu memperlakukannya seperti anak mereka.

(Y/n) merintih, menahan kesakitan juga tangis, sang Dewi debu baru saja... Mati.

"Aku akan menghalau dan mengalihkan mereka, kalian lindungi rakyat Liyue ya?" Ucapnya pelan, para tentara Millelith yang melihat sang Dewi dalam keadaan terpuruk menganggukan kepala mereka dan mundur dari pertempuran menuju Liyue.

(Y/n) berdiri disana, sendiri menatap para monster, membidik mereka dengan panah dan busurnya. Anak panahnya menancap tanah, membuat sebuah dinding agar makhluk-makhluk itu tidak dapat mengejar para Millelith, seketika target mereka berpindah pada (Y/n).

Ia sudah tidak bisa terbang, jadi ia berlari menuju tempat tertinggi yang bisa ia gapai membuat kain putih yang melilit tubuhnya kotor karena lumpur. Ia terus dan terus berlari tidak menyadari ada ranting pohon dijalan membuatnya jatuh tersungkur.

Sang Dewi akhirnya menangis, ia tidak pernah merasa selemah ini sebelumnya, ia melirik kakinya yang terluka hingga darahnya menetes ke tanah. (Y/n) merintih, mencoba mengangkat tubuhnya saat monster-monster itu menyusul. Ia tertatih, berjalan mendekat kearah tebing.

Ia melihat kearah monster yang semakin mendekat, kedua tangannya menyatu mengepal didadanya. "Untuk Liyue..." Matanya tertutup, semua ingatan indah muncul dibenaknya membuat air mata yang mengalir di pipinya semakin deras.

Ia pun melihat anak kecil, berlutut didepan patungnya berdoa untuk kesembuhan sang ibu, tidak lama ia melihat kobaran api dan sebuah sel yang berbentuk kandang burung. (Y/n) membuka matanya, ia tau itu salah satu dari pengelihatan masa depan.

Ia menatap monster yang semakin dekat sebelum berbalik dan loncat, jatuh ke dalam lubang gelap yang ditutupi kabut.

***

"Dan... DUAAAR!!!"

Anak-anak yang memperhatikan sang pendongeng seketika terjungkal sangking kagetnya.

"Cahaya terang menembus kabut dari kedalaman lubang gelap, para monster pun musnah, tanah Liyue yang hancur lebur seketika subur kembali. Dan.... Cerita pun tamat."

Anak-anak itu pun bersorak gembira dan meninggalkan tempat pendongeng, namun si kecil tidak terima dengan ending tersebut dan tetap tinggal. "Tidak adil!!! Apa Dewi XingYue telah mati disana? Dia tidak mungkin mati!!!!" Ia memanyunkan bibirnya hingga sang pendongeng harus menenangkan sang anak.

Suara tertawa pria itu membuat sang anak menoleh, "Tidak ada yang tau Sang Dewi telah tiada atau masih bersama kita, mungkin kau masih bisa melihatnya." Pria itu merunduk, mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak, "Dia suka memakai pin rambut dengan hiasan bunga."

Mata anak itu berbinar dan segera pergi dengan senyuman diwajahnya, "Tuan ZhongLi... Bagaimana bisa...- ahh lupakanlah, kau kemari untuk minum teh dan mendengarku membaca dongeng tentang Rex Lapis lagi?"

ZhongLi mengambil tempat dan duduk dihadapan sang pendongeng, "Hmmm, kali ini... Sepertinya aku ingin mendengar tentang Dewi XingYue, bisa kau ulang cerita yang tadi?"

"Ehhhhhhhhhhh?!???!!!?"




************************************

Nah .... Gimana menurut kalian untuk yang ini?

Foolish Theatrics: The Goddess [Dottore+Pantalone x reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang