(1) aku gak tau.

10 1 0
                                    

Halo, namaku Cassandra.

Panggil saja Cass.
Aku akan mulai memperkenalkan diriku lebih lanjut.
Seperti yang kalian kira, aku seorang perempuan. Usiaku menginjak 16. Karena masih 16 tahun, aku masih bersekolah. Sejujurnya, di sekolah aku gak punya banyak teman. Cuma beberapa. Gak terlalu tertarik juga buat berteman. Mungkin karena aku selalu bersikap terlalu baik pada orang yang akhirnya mereka menginjak injakku seenaknya. Aku selalu mengalah. Aku sudah banyak merelakan hal ini itu hanya untuk kebahagiaan orang lain. Aku merasa senang jika orang lain senang. Tapi aku sendiri tidak pernah merasa sama seperti mereka. Aku merasa aku hanya pembantu yang digunakan orang untuk menaiki puncak suksesnya. Aku hanya ingin bahagia.. Hanya itu kok. Seperti orang yang lain. Aku juga ingin bahagia seperti org lain. Kapan giliranku? Aku benar-benar tidak pandai bersikap egois. Orang orang sangat egois atau aku yang terlalu baik?

Aku gak tau.

"Cassandra, kamu akan ke Korea"
Seseorang berkerudung merah cabai mengatakan kalimat itu di depan mataku.
"Apa? Korea?"

2 minggu lalu.

Hari itu hari Selasa tanggal 29 Agustus 2023. Aku ikut les piano pada hari Selasa. Jam 4 sore aku tiba di tempat. Kakiku menaiki anak tangga satu per satu dengan perlahan. Kakiku agak pincang karena lelah. Di dalam lift aku memencet tombol yang bertuliskan angka 1. Denting lift berbunyi dan aku keluar dari lift. Aku langsung berjalan ke ruang 02 tempat ku berlatih dengan guruku. Langkahku semakin memudar dan perlahan melambat. Aku mendengar suara piano yang indah mengelus telingaku.

Aku berhenti di depan pintu ruang yang bertuliskan angka "02" yang terbuka setengah.

Mematung..

Aku tak bisa merasakan tubuhku.

Rambut coklat agak panjang yang kelihatannya sangat lembut. Kulit putih semurni susu. Matanya teduh. Tubuhnya tinggi. Bahunya lebar. Jaket baggy yang dikenakannya harum semerbak melewati hidungku. Jari nya menari nari diatas tuts piano. Sangat lihai. Lincah. Merdu suaranya. Indah suasananya. Dia pun menoleh ke belakang tempat aku berdiri mematung. Aku terkejut. Seorang laki-laki. Aku tidak tau. Mungkin umurnya 18 tahunan. Seperti remaja SMA. Tetapi ada yang berbeda dari dia. Dia menatapku. Aku tau. Tatapannya berbeda. Dia tersenyum.

"Hari ini Miss Greta tidak bisa mengajar" dia berkata dengan nada selembut bulu anak anjing. "Oh" aku menjawab singkat. "Aku akan menggantikan nya". Dia berjalan ke arah meja di samping piano. "Miss tidak mengirimkan pesan?" Dia bertanya. Sama. Dengan nada lembut. "Tidak". Aku hanya bisa menjawab segitu. Aku masih terpana dengan manusia di depanku. Satu kata untuk mendeskripsikan dia. Malaikat. Dia bersinar terang seperti malaikat. "Ayo mulai, pemanasan dulu". Lagi. Dia tersenyum padaku, lagi. Aku pun beranjak dari lamunanku dan duduk lalu memulai pemanasan jari. Dia memperhatikanku. Terus. Aku gak tau. Kok jadi gugup sih? Pikirku berkata di dalam hatiku. Ini tidak biasanya. Aneh. Apa ini? Perasaan apa ini?

45 menit berlalu.
Tak terasa.

Biasanya terasa 1 jam tetapi kali ini pertama kali aku merasakan les piano hanya 45 menit.
Ya, hanya. Kenapa ya? "Oh ya, aku lupa." "Kenalkan nama ku Sungho, Park Sungho". Sungho. Mulia. Agung. Bijaksana. Kemegahan. Itulah. Kata kata yang terpampang di kepalaku saat mendengar namanya Sungho. Park Sungho. Dia sudah pasti bukan orang lokal. Tidak asing bagiku yang sudah sering menonton drama Korea untuk melihat wajahnya yang seperti bayi baru lahir. Dia lebih cantik dari aku.       "Nama mu siapa?" Tanya dia dengan mata redupnya. "Aku Cassandra" jawabku. "Nama yang bagus" puji lelaki bernama Sungho itu. "Jika kita bertemu lagi, jangan malu untuk menyapa ya. Aku biasanya ada di ruang 04" katanya sambil tersenyum. Senyumnya. Aku bisa merasakannya. Manis. Tetapi pahit.. Ruang 04. Ruang biola. Ruang piano ku nomor 02. Bersebrangan. Tapi aku tidak pernah melihat dia. Apa dia murid baru? Tapi sudah lincah bermain piano. Apakah dia guru piano? Atau guru biola? Tapi kelihatannya dia masih anak SMA. "Oke, Terimakasih" Aku keluar ruangan dan pergi ke lantai L. Aku lalu pulang ke rumah. Di rumah aku berbaring di kamar ku yang pengap. Sungho.. namanya Sungho.. Siapa? Dia?
Senyumnya berbeda dari yang lain. Siapa sebenarnya?

Aku tak pernah se penasaran ini dengan seorang lelaki.
Aku seseorang yang tak tertarik dengan yang namanya cinta. Aku gak tau tuh. Sebegitunya penting ya, sampai temanku hampir semuanya punya pacar. Aku tidak tertarik. Apa aku aneh? Normal? Dan seperti gadis pada umumnya? Mungkin tidak. Setiap aku suka seorang lelaki, besoknya, aku sudah tidak suka lagi. Tapi tadi saat di depan pintu.. Beda rasanya. Aku gak pernah. Baru pertama kali. Park Sungho. Mungkin. Ayahnya orang Korea. Marga Park sudah tak asing di telinga ku, penampilannya sudah tak asing di mataku, harum parfum dedaunan sudah tak asing di hidungku, lagu indah dan tarian jari lembutnya juga sudah tak asing bagiku. Tapi.. Tatapan mata dan senyumannya.. terasa asing.. seperti nya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Ah! Aku ingat! Aku berlari ke depan cermin lemari baju. Ya. Aku melihatnya di cermin. Senyuman dan tatapan yang manis tapi pahit itu juga. Aku punya, Sungho.. Kamu sama seperti aku. Karena itu aku merasakannya. Itu tatapan dan senyuman kesepian. Aku juga tau rasanya. Sepi. Sunyi. Itukan maksudmu? Maksud tatapan dan senyumanmu itu. Aku tau kok. Kamu gak sendiri. Aku juga gitu. Sama. Kita sama.

Seminggu berlalu. Sekarang hari Selasa.
Sesampainya di lantai 1. Aku masuk ke ruangan 04. Ada seseorang... Bukan guruku... Lelaki itu. Memandang ke arah jendela. Rambutnya terkena hembusan angin. Sejuk. Tersenyum. Jaketnya berwarna coklat susu. Bersih. Dia menoleh ke arahku. "Oh! Aku kaget kau tiba-tiba disitu" kata dia. Aku tersadar dari lamunanku. "Ternyata malaikat juga bisa terkejut" gumamku pelan. "Hmm? Aku tidak bisa mendengarmu" Tanya dia. "Eh-eee maksudku eumm itu- eee anu.. kamu seperti malaikat. Eh! eumm bukann! akuu eeee... " Aku menundukkan kepalaku. Malu. Pipiku berubah menjadi tomat rebus. Merah. Dia tertawa pelan. "Aku? Aku seperti malaikat? Hihihi terimakasih. Aku anggap itu pujian." Aku merona. Aku pikir dia akan marah atau jijik kepadaku. Karna gadis jelek sepertiku memujinya seperti malaikat itu sebuah suasana yang menjengkelkan bagi lelaki. Beda lagi jika yang mengatakan nya gadis cantik pasti lelaki akan senang. Tapi.. Kenapa? Lagi lagi aku bertanya.Aku pun memberanikan diri. "Ap-eumm Apa aku boleh bertanya sesuatu? Maaf jika menyinggung mu" pinta ku. "Tentu saja! Boleh. Kamu boleh menanyakan apapun padaku" jawab dia. "Me-mengapa kau tersenyum padaku?" tanya ku. Pertanyaan yang semalaman aku pikirkan apa jawabannya. Dia tertawa lagi. Mulutnya  tersenyum sangat lebar. "Memangnya gak boleh? Kamu gak suka? Atau kamu terganggu? Kalau kamu terganggu, aku tak akan tersenyum lagi padamu." Jawab dia. Aku pun mencegah. "A-aku suka! Eum anu maksudku aku gak terganggu. Aku cuman penasaran karena selama ini jarang ada orang yang mau tersenyum padaku." "Hanya itu, aku ingin tersenyum juga pada o-orang tetapi karena mereka tidak menjawab senyum ku aku jadi malu dan canggung ja-jadi aku eumm- aku bingung anuu eee" Dia tertawa.

"Hahahaha oke oke aku mengerti. Kenapa kau gugup?" Dia masih tersenyum. "Aku gak tau.. Eumm maaf". "Untuk apa?" tanya dia. "Aku tak tau.. " Aku menutup mukaku dengan kedua tangan ku. Aku malu. Aku tau bicara ku sangat kaku. Seperti patung. ARGHHH!! pokoknya aku gak tau!! "Eumm a-ku hari ini les piano" terang ku. "Bisakah kau keluar? Se-sepertinya sebentar lagi aku akan mulai" pinta ku. "Sama Miss Greta ya? Bukannya di ruang 02?" Dia mengangkat alis kirinya. OH YA! Wajahku memerah padam. Sangat merah. Kali ini seperti apel. Aku lupa! Aku berlari ke ruang seberang yaitu ruang aku seharusnya berada. Ruang 02. Disana aku bertemu guru biola ku yang sudah menunggu bersama seorang lelaki berumuran sekitar 30 an yang berpakaian jas hitam rapih dan kacamata. Aku bingung.

"Miss, ini siapa?" tanyaku. "Jangan hiraukan dia, dia hanya akan mendengarkanmu bermain piano. Tapi jangan tegang, santai saja" Miss Greta menjelaskan. Aku menggangguk. Sebenarnya aku sudah sering bermain piano di acara recital. Jadi, rasa gugup ditonton orang selain Miss Greta sudah biasa bagiku. Aku pun mulai memainkan lagu. 45 menit berlalu. Aku pun teringat kejadian sebelum aku memasuki pintu itu. Bagaimana iniii??!! Pikirku. Aku takut. Malu. Aku gak tau!!Aku menengok ke ruang sebelah. Tidak ada orang. Mungkin, dia sudah pulang.. "Miss, orang yang tadi disana. Eumm" tanyaku.

"Ohh Sungho.. apa kau suka pada Sungho??" senyum jahil guruku. Wajahku merah lagi. Aduuuuhhh. Kenapa tiba-tibaaa??

"AP-APAA?! eng-enggak kok a-aku cuma mau bertanya apa dia sudah pulang atau belum" cegah ku. "Sekiranya kau suka pada Sungho.. kamu harus melewati Angel" "Kamu tau kan, dia murid piano yang tahun lalu belajar musik di Spanyol" jawab guruku. "Iya, aku tau". Angelina Clementine Elvarette. Aku menyebutnya princess sempurna. Siapa yang tak tau dia. Di Korea, semua orang tau dia.
Anak bungsu CEO Grup Taeja. Dia satu satunya anak perempuan di keluarga besar grup Taeja. Dia pasti anak kesayangan. Chaebol, kelompok konglomerat kelas atas. Terus, kenapa dia les disini? Ya karena Sungho. Sesampainya di rumah aku memandangi langit kamarku nyang sempit. HP ku bergetar. Tanda ada telepon. Nomor tak dikenal terpampang di atas handphone ku. Siapa? Ahh mungkin tawaran pinjol. Aku pun membiarkannya. Lalu pesan Whatsapp muncul melalui pop up notifku. Siapa ya?

𝓒𝓪𝓽𝓱𝓮𝓻𝓲𝓷𝓮 ৎ⋆꩜𔓘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang