Hari memang sudah beranjak malam, namun sepertinya, Ana masih setia dengan buku bersampul hitam miliknya. Sedang Nara, juga masih teramat nyaman berada ditempat nya. Diam, berpangku tangan, menatap Ana dengan senyum andalan.
"Kamu emang suka banget baca ya?"
Kalimat pertama yang berhasil Nara lempar sejak mereka tiba di coffeeshop langganan Ana. Gadis itu melirik sebentar lalu mengangguk. "Selain baca, kira-kira kamu suka apalagi?"
Jeda 10 detik.
"Dengerin musik. Kalau selanjutnya kamu mau tanya siapa penyanyi favorit aku, kaya nya aku gabakal bisa jawab deh."
"Loh kenapa?" Sekarang buku itu benar-benar ditutup, buat Nara lemparkan cengiran khas dirinya. "Sorry sorry aku berisik. Lanjut aja kalau kamu masih mau baca." Dan dibalas dengan gelengan. "Udah selesai kok." Katanya.
Setelah menyesap iced latte nya yang kini sudah mencair, gantian Ana yang lempar satu tanya.
"Kalau kamu sendiri, penyanyi yang kamu suka siapa?"
"Aku ga terlalu suka dengerin musik sih. Tapi kalau kamu tanya aku suka nya apa, aku yakin kamu pasti kaget sama jawaban nya." Lagi-lagi dia nyengir.
Dengan kernyitan bingung di dahi, Ana melanjutkan. Walau terkesan agak ragu, namun akhirnya, satu tanya itu berhasil dia utarakan.
"Emangnya... kamu suka apa?"
***
Anasera, hadiah dari Tuhan.
Narain Bagaskara, sinaran matahari yang jadi pelindung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anasera.
FanfictionWaktu denger namanya untuk pertama kali, Nara diam-diam tersenyum, dalam hati membenarkan arti dari nama gadis berwajah galak itu. Anasera. Hadiah dari Tuhan. Dan bagi Nara, Ana benar-benar sebuah hadiah yang selalu dia syukuri keberadaan nya.