02. Petrus Jakandor

72 17 4
                                    


Terdengar kericuhan dari sudut rumah dua lantai itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar kericuhan dari sudut rumah dua lantai itu. Pagi ini, seperti biasa pada hari Senin, semua manusia dihadapkan dengan rasa malas untuk memulai aktivitas setelah melewati dua hari waktu istirahat alias weekend.

"Pah, topi mana topi?"

"Kemarin Jumat kamu lempar gitu ke dalam mesin cuci, cari di jemuran."

Handaru segera berlari menuju tempat cucian.

"ISHHH, nothing."

"BELI BARU AJA, UDAH," balas Jovian sambil teriak, sementara ia menyiapkan sarapan di depan pantry dapur—roti oles stroberi.

Handaru datang dengan tangan kosong, menyeret langkahnya malas. Kemudian ia ikut bergabung duduk di depan Jovian untuk menyantap sarapan.

"It's only this again and again, sorry."

"No problem Bro, terima kasih Papa."

"Papa nanti pulang jam berapa? Ndaru dijemput ngga?"

"Sama Om Malik kayanya, Papa hari ini full," balas Jovian sambil matanya tetap fokus pada revisi berkas desain timnya kemarin sore.

Roti oles itu baru separuh habis, terdengar klakson mobil di depan rumah mereka. Keduanya saling pandang, kemudian lari melihat mobil siapa yang berada di depan gerbang itu melalui jendela.

"Yah, kirain mobil nenek," ucap Handaru, ia sebenarnya berharap ada bekal Senin ini.

Setelah melihat mobil itu, Jovian memilih meninggalkan Handaru dan membereskan berkasnya ke dalam ransel.

"Ih, pengemudinya cowok, Pah."
"Eh, ehh, kok jalan ke rumah Tante Jenar?"
"Pah, orangnya ganteng!"

Buru-buru Jovian berlari mendekat kembali ke jendela, netranya mengecil mencoba fokus pada subjek yang berdiri di depan gerbang rumah Jenar, yang sekarang tetangganya itu. Siapa dia? Managernya ya?

"Managernya mungkin." ucap Jovian.

"Kok rapih banget." bantah Handaru.

"Kalau gitu mungkin pacarnya."

Handaru sedikit tercengang.

"Yang sabar ya, Bro," ungkap Handaru sambil menepuk pundak Jovian.

"Loh, Papa mah baik-baik aja, udah enam bulan yang lalu, Bro," balas Jovian.

"AHAHA, yang bener, Pah?" Handaru usil.

"IYA, udah ah kita berangkat," terang Jovian kesal.

Jovian mengambil ranselnya, kemudian menyamber kunci mobil di meja bawah televisi. Handaru segera memakai sepatunya dan keluar membuka gerbang.

Kebetulan Jenar di seberang juga sedang keluar dari rumah bersama cowo misterius tadi, terlihat percakapan singkat antara keduanya.

"Tadi Raga pesen kalau dua hari ke depan pemotretan pagi terus, kamu gapapa?"

Yang Terlewatkan (Johnny, Jennie, ft. Haechan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang