Hanenda muak ditengah malam yang diterpa oleh hujan deras dan angin kencang. Chat dari Mami nya membuat dirinya ingin menghancurkan hapenya itu. Bagaimana tidak, Mami mulai getol mencampuri hubungannya dengan Ajeng. Sepertinya Mami mulai melancarkan aksi Mari Mendekatkan Hanenda dan Ajeng.
Ditengah malam ini, Mami sempat-sempatnya mengirim pesan untuk mengajak Ajeng hari ini sarapan di warung kopi Babah. Istri Babah ini sahabat Mami Hanenda. Mami sudah menjanjikan Cece Sandra, Hanenda nya akan datang sarapan bubur ayam hokkian di warungnya pagi ini. Tentu bersama dengan tunangannya itu.
Dan satu yang pasti, Mami tidak bisa ditolak keinginannya. Atau Mami akan mencak-mencak selama seminggu.
Hanenda merindukan Joel nya. Dirinya teringat beberapa hari yang lalu. Dia masih bisa memeluk tubuh Joel disaat tertidur bersamanya dikasur yang besar.
Pagi hari menjelang, Hanenda sudah berada dikediaman Ajeng atas suruhan Mami nya semalam. Hanenda sedang menunggu Ajeng didalam mobil suv putih nya.
Hanenda dan Ajeng saat ini sedang menuju ke warung kopi Babah. Selama diperjalanan Hanenda menampakkan wajah datar dan dingin. Dan itu dirasakan oleh Ajeng. Suasana ibukota yang dingin setelah diguyur hujan deras subuh tadi, dan dinginnya ac mobil Hanenda, makin memperkeruh keadaan hati Hanenda.
Dengan cepat dilajukan mobil nya itu, supaya urusannya dengan Ajeng hari ini cepat selesai. Dirinya sangat ingin berjumpa dengan pacar kecilnya. Rindu melanda membuatnya tidak bisa mengendalikan emosinya saat ini.
Sesampainya di warung Babah, mereka disambut oleh Cece Sandra kawan lama Mami Hanenda. Cece Sandra begitu hangat menyambut Ajeng. Dirinya senang akan kunjungan calon pengantin, begitu kata Mami Hanenda kepada Cece Sandra.
Dilain pihak, Joel saat ini sedang berada dalam mobil openkap bersama dengan Abang Idris. Dibelakang mobil terdapat beberapa meja dan kursi kepunyaan langganan toko meubel Abang Idris. Terkadang Joel membantu toko Abang Idris disaat warung Abah tidak terlalu banyak pengunjungnya.
Joel membantu mengangkat kursi kedalam warung kopi langganan Abang Idris. Masih pagi tapi sudah banyak pengunjungnya, rata-rata yang datang memakai mobil, begitulah kira-kira yang Joel bisa tangkap tadi begitu memasuki warung itu.
Kursi terakhir yang Joel angkat sudah ditaruhnya dibelakang warung tersebut. Peluh membasahi tubuh Joel, tapi itu tidak mematahkan semangatnya membantu Abang Idris yang sudah dianggapnya Kakaknya itu. Dengan banyak pembelian meja dan kursi, tentu saja Abang Idris bakalan untung banyak. Dan tentu saja Joel juga bakalan terciprat rezeki dari situ.
Dilapnya keringatnya dengan sapu tangan yang mulai dekil hadiah dari Nenek nya, dirinya mengucap syukur kepada Tuhan, pagi ini ada rezeki yang akan ditabungnya.
Tidak begitu lama, dirinya melihat diseberang sana, ada siluet lelaki yang sangat dia kenali. Tengah bercakap-cakap dengan beberapa orang dan juga ada seorang wanita cantik disampingnya yang pandangan mata wanita itu selalu tertuju menatap kagum kepada lelaki disampingnya.
Dirinya entah mendapat keberanian dari mana, melangkah kearah meja lelaki itu berada. Dirinya sangat mengetahui siapa lelaki itu. Lelaki yang beberapa hari ini membuatnya dimabuk kepayang, lupa daratan, lupa Tuhan dan norma-norma. Hanenda, 3 hari kita tidak bertemu, aku begitu merindukan dirimu, disini ternyata kamu seakan tidak mengingat keberadaan ku.
Jarak antara Hanenda dan Joel makin dekat, jantung Joel semakin menggebu-gebu. Banyak emosi didalamnya. Pikirannya sudah tidak terkontrol lagi. Baru saja dirinya ingin mendekat, dilihatnya wanita disamping Hanenda tersenyum ayu kearah Hanenda, dirinya pun mengingat kembali siapa wanita itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.