Berdua saling menghangatkan dibalik selimut tebal, Hanenda dan Joel, beradu kasih, menikmati saat-saat berdua, berbagi cinta dan kehangatan. Bunyi kecupan dan desahan mengalun indah ditelinga keduanya. Tidak ada yang ingin menyudahi percumbuan ini. Kerinduan yang tertahan membuat mereka enggan melepaskan cumbuan dibibir mereka.
Namun sesaat kemudian Joel memutuskan percumbuan itu. Hanenda masih memburu bibir kesayangannya itu, tidak rela Joel memutuskan ciumannya. Dikecupnya leher Joel, mendekap erat pinggang Joel yang ramping itu, seakan tidak ada jarak antara keduanya.
"A', Adek harus pulang yah sebelum ashar." Joel berucap dengan pelan disela-sela cumbuan mesra Hanenda dilehernya.
"A', tolong dengar dulu. Adek mohon jangan diberi tanda. Adek harus pulang, dan hari senin Adek sekolah. A' please dengerin Adek dulu bisa?" Pinta Joel yang sepertinya tidak digubris oleh Hanenda.
Dengan sekuat tenaga, Joel berupaya menyudahi kecupan Hanenda. Yang menyebabkan dirinya dipelototi oleh kekasihnya itu, pertanda tidak setuju.
"A'. Aa' dengar g sih apa yang Adek omongin tadi?" Joel tidak pantang menyerah, meski Hanenda yang berada diceruk lehernya masih berusaha mencumbu leher simanis.
"Apa sih Dek. Kamu tidak kangen emang sama Aa'? 3 hari loh kita tidak bertemu." Sungguh lebay si Aa' ini, g ingat diri tadi habis nangis-nangis sekarang menggombal gitu.
"Adek kangen, betulan kangen. Tapi udah dulu dong Aa'. Adek mau bicara ini. Dengerin napa."
Hanenda akhirnya menghentikan usahanya untuk menggoda Joel. Meski tetap memeluk erat Joel, seakan Joel tidak diperbolehkannya pergi.
"Ya sudah silahkan bicara. Hayo mau ngomong apa bayi gedenya Aa'. Ngomong Dek."
"Mulai dah si Aa' tengil gini. Ish. Gini loh A', Adek g bisa bermalam yah, Adek sebelum ashar harus balik ke rumah. Pokonya harus."
"Kalau Aa' tidak izinkan, bagaimana?" Dengan wajah yg dibuat seserius mungkin Hanenda bertanya balik kepada Joel.
Joel yang mendapati pertanyaan kaya itu bikin dia jengkel. Aa'nya ini sering kaya gitu, jahil ke dia. "Ya aku tetap pulang lah Aa".
"Wah, tidak boleh gitu dong Joel. Siapa tuh tadi yang bicara, perkataan Aa' itu mutlak harus dilaksanakan. Ternyata bohong. Aa' sedih". Kan, Aa' ini sangat lebay.
"Tapi.. tsk yaelah A'. Iiih Aa' nih g ngerti. Adek pusing tau g A'."
"Memang kamu kenapa mau cepat pulang. Trus g mau bermalam. Disini kan rumah kamu juga Adek." Hanenda kegemasan malahan menggigit hidung bangir Joel yang membuat Joel memekik kesakitan.
"Aaaaaakkk sakit Aa'. Dasar kanibal. Dah lah malas aku sama Aa'." Joel ngambek hidungnya digigit oleh Hanenda, mengusap hidungnya yang sakit.
"Siapa suruh itu hidung kembang kempis kalau lagi marah-marah. Lucu tau. Seperti balon yg dikempiskan, begitu loh Dek. Hahahahaha" Hanenda tidak bisa menahan tawanya membayangkan hidung Joel seperti balon.
"Wah, g benar ini orang. Ckckck. Cuktau sih." Joel mendelik kesal kearah Hanenda yang masih tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahahaha, bahasa apalagi itu Dek cuktau. Hahahaahhahah. Aduh, iya iya, ampun, Aa' stop ketawa. Ampun paduka hahahahahaha" Hanenda dicubit pinggangnya oleh Joel. Bukannya takut Hanenda malahan makin tertawa. Tau dia itu cubitan main-main, coba Joel pakai kekuatan bisa lepas daging Hanenda dicubit Joel. Preman aja digebuk oleh Joel bisa lumpuh.
"G jelas Aa'. Dah lah, Adek mau siap-siap pulang. Aa' disini aja sendirian. Bye, Joel mau pulang".
Belum Joel berdiri dengan baik untuk bangkit dari tidurnya, sudah dihimpitnya Joel oleh Hanenda. Dikungkungnya Joel sampai Joel tidak bisa memberontak lagi. Joel menciut bila dihadapkan dengan Hanenda.
"Berani pulang tanpa izin Aa' kamu sekarang yah Dek?. Begitu sekarang mainnya hmm?" Suara Hanenda yang berat makin berat, matanya menatap tajam kearah wajah Joel dibawahnya.
Joel yang ditatap setajam itu, makin menciut. Nyalinya tadi menguap entah kemana. Joel bahkan kesusahan menelan ludahnya saking intensnya tatapan mata Hanenda diatas sana.
"Jawab Joel. Kamu berani pulang tanpa izin Aa'? Lagi? Kamu mau lihat Aa' gila kaya kemarin? Hmm?" Saking dekatnya mereka, nafas keduanya seakan beradu, bibir Hanenda bahkan siap memakan bibir candu dibawahnya.
Joel sekali lagi seperti biasa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia takut, membuka sedikit bibirnya, dirinya pasti dilahap habis oleh lelaki yang berada diatasnya ini. Membayangkannya saja dia merinding.
"Kenapa tidak bicara? Tadi berani banget misuh-misuh ke Aa'? Kenapa sekarang menciut?" Sengaja ditekannya lututnya yang tepat ditengah bagian intim Joel sehingga membuat Joel memekik mendesahkan nama Hanenda.
"Ahhhhhhnnggg A'." Nafas Joel memburu, bagian intimnya ditekan secara tiba-tiba, membuat mulutnya terbuka.
Dan itu tidak disia-siakan oleh Hanenda. Dilahapnya bibir itu, membuat Joel menggelinjang dibawah sana. Lutut Hanenda sengaja dimainkan dibagian intim Joel membuat Joel tersiksa namun dia menyukai penyiksaan yang diberikan oleh kekasihnya itu.
Bibirnya terbuka lebar, air liurnya berjatuhan kesamping lehernya. Hanenda tidak berhenti menjamah setiap bagian dibibir Joel. Nafas keduanya memburu, berlomba mendesahkan nafsu kotor. Diantara ciuman panas Hanenda, dirinya memyunggingkan senyuman puas telah memikat Joel dibawah sana.
Tujuannya cuma satu, Joel tidak boleh pulang kerumahnya. Joel tidak boleh kemana-mana. Joelnya harus tetap berada disisinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.