"Untuk apa?"
"Menghancurkan seseorang itu, butuh bom yang besar. Kalau cuma peluru kecil, rasa sakitnya gak akan terasa," ucap Laura sambil tertawa kecil.
Kini, rencananya satu persatu berhasil. Meskipun ia harus kehilangan 'bom waktu' nya di saat ia juga membutuhkannya.
Elara itu hanya bom waktu bagi Laura. Tidak kurang dan tidak lebih.
Seiring tawa, air mata Laura juga menetes. Kenapa baginya, sangat terasa kalau dunia tidak berpihak kepadanya?
Kenapa selalu saja di sini ia yang di pojokkan? Kenapa tidak ada yang mengerti keadaannya?
Jasmine itu jahat.
Pramoedya itu kejam.
Mereka merenggut nyawa seorang Ibu yang sangat Laura butuhkan. Mereka menghancurkan impian Laura, keluarga harmonis Laura.
Menatap Elara dengan mata yang berlinang air mata, "sekali aja, apa gak bisa lo korbanin diri lo buat kebahagiaan gue? Please Kak, hancurin mereka buat gue. Gue gak minta apapun lagi sama lo, gue—"
"Bener - bener sinting. Setelah semua ini, lo berani terang - terangan minta hidup gue buat lo? PUNYA OTAK ITU DIPAKE LAURA!"
Bentakan nyaring Elara membuat suara gema di rumah ini semakin menyakitkan bagi Laura, dulu Ayahnya juga tidak mau menuruti keinginannya untuk tidak menikah lagi dan kini Elara juga melakukan hal yang sama.
"Sekarang jujur sama gue, apa yang lo rencanain sama Jasmine sebenernya? Apa yang lo pikirin tentang Isaac dan keluarganya?"
Elara tidak mengerti, bagaimana bisa seorang gadis kecil yang dulu ia lihat sangat lucu menggemaskan, menyimpan sifat semengerikan ini?
Dimana Laura yang dulu manja padanya dan suka menolong, suka berbagi?
Dimana Laura yang sering tertawa dan bercanda dengannya?
Kenapa Laura tiba - tiba memiliki ekspresi aneh seperti ini, menatapnya dengan kilatan kebencian, emosi yang tidak stabil, air mata yang keluar menyesakkan, rasanya Laura sudah lama hancur dalam diamnya.
"Kakak bakal bantu kamu lepas dari apa yang menyakitkan, Kakak bakal selalu ada buat kamu dan hadapi semua masalah ini sama - sama. Hmm?" Bujuk Elara dengan harapan; semoga saja ia bisa mengubah Laura.
Tapi satu gelengan itu menghempaskan harapannya dengan nyata. Suasana rumah ini semakin dingin saja.
"Lo gak tau apa - apa soal gue. Gue deketin lo biar semua rencana gue bisa berjalan lancar tanpa perlu ngotorin tangan gue sendiri, gue mau lo ambil perjodohan itu walaupun lo gak pernah sadarin perasaan lo ke Isaac karena gue mau lo hancurin mereka buat gue. Gue gak peduli lo ikut hancur sama mereka tau nggak," ujar Laura membuang semua perasaan kasihnya untuk Elara, ia menekan hatinya hingga ke dasar, berpura - pura tidak peduli terhadap 'Kakak kesayangan'nya.
Mungkin ini memang akhirnya, Elara tidak dapat di manfaatkan dan di harapkan lagi. Laura hentikan saja, ia akan mulai semua rencananya dari awal lagi.
Mau bagaimanapun, Laura tidak akan menyerah untuk membalaskan kematian samg Ibunda pad pramoedya, terutama pada Jasmine.
****
Jasmine sudah berangkat di antar Vincent ke sekolah, saat ini di mansion hanya ada Zaven, Pamela dan Isaac yang sedang bersiap berangkat ke kantornya.
Zaven menghampiri putra sulungnya di ruang tengah, disana Isaac sedang merapikan berkas yang akan dibawanya.
Lihatlah, betapa gagah, tampan dan berwibawanya Isaac. Sungguh menarik perhatian kaum hawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [ END - REVISI ]
Teen Fiction[ SEASON I | J Edition ] Kamu tidak akan bisa mengenal seseorang, kecuali kamu sudah masuk ke dalam kehidupannya. Begitu kata Jasmine, setelah mengarungi lautan kehidupan yang sama sekali tidak sedikit badai yang dihadapkan kepadanya. Jasmine remaja...