Di tengah gemerlapnya kota serba modern, masih ada setitik kecil bagian kota yang tidak kau lihat.
Kira-kira seperti itulah yang kita lihat sekarang. Sebuah peradaban modern dengan segala kemajuan teknologi yang semakin memudahkan kehidupan manusia. Begitupun dengan berbelanja, pengalaman belanja modern yang dihadirkan semakin memudahkan seluruh kalangan masyarakat. Namun, pada kenyataannya kemajuan teknologi ini menimbulkan dampak yang dapat merusak kemajuan peradaban itu sendiri.
Siapa yang tidak mengenal toko online? Berbelanja lebih murah dan menyenangkan, itulah motto mereka. Dengan harga yang relatif lebih murah dari toko biasa, toko online mampu mengambil alih pasar dan memajukan perekonomian Indonesia dengan lebih cepat, karena jangkauannya lebih luas dengan proses pengiriman yang cepat. Toko online adalah toko berbasis internet yang bisa diakses lewat ponsel. Saya sendiripun senang melakukan belanja secara daring, sebagai seorang introvert sekaligus lulusan Teknik Industri, inovasi ini sangat memudahkan saya.
Gemerlap dunia teknologi membuat kita berpikir tentang kemudahan berbelanja, tapi sebenarnya yang terjadi adalah perdagangan yang semakin bebas dengan pengawasan yang semakin longgar, karena sejatinya siapapun bisa berjualan. Di sinilah peran seorang lulusan Teknik Industri diuji. Bisakah mereka membuat inovasi agar menjaga pasar tetap aman dan stabil? Untuk menjawab pertanyaan ini, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah melakukan analisis pasar, dan menentukan langkah yang tepat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran produk tiruan ini adalah perilaku konsumtif. Menurut Chita, David dan Pali (2015) mengungkapkan bahwa perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak terencana. Saya mengamati kejadian ini sebagai peristiwa yang marak terjadi namun tidaklah normal. Dari sisi psikologis, hal ini diakibatkan oleh pola pikir sebagian besar orang bahwa “yang penting murah”.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukan bahwa masyarakat Indonesia mudah tergoda dengan harga murah tanpa terlebih dahulu memeriksa keaslian produk. Ditinjau dari aspek psikologis, hal ini merupakan perilaku negatif. Dilansir dari Merdeka.com, pengamat survei dan sertifikasi Rudianto mengatakan 85 persen masyarakat Indonesia lebih memilih membeli barang yang murahd. ketimbang berkualitas tinggi. Tentu saya tidak akan membiarkan konsumen beripikir demikian mengenai produk saya kelak, karena sejatinya saya menciptakan produk untuk mempermudah kehidupan masyarakat dan bukannya sebaliknya.
Contoh nyata dari maraknya penjualan produk palsu yang sering kali ditemui adalah harga yang terlampau murah di toko, padahal produsen pun tidak pernah memberi harga semurah itu. Saya menemukan sebuah produk yang dijual di salah satu marketplace dengan harga yang jauh di bawah pasar sehingga saya penasaran dan membeli barang tersebut. Benar saja ketika barang itu sampai, yang saya terima adalah barang tiruan. Saya tidak terkejut, tapi saya kecewa.
Produsen sebaiknya memang mulai melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai produk mereka, agar masyarakat dapat lebih memahami dan tidak mudah terpengaruh oleh harga miring yang ditawarkan distributor-distributor nakal. Itulah hal yang akan saya lakukan pada produk saya nantinya, karena saya ingin menciptakan produk yang original dan tidak bisa ditiru. Produk itu wajib melindungi hak konsumen, kewajibannya berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan produsen barang palsu.
Dari masalah-masalah yang dibahas di atas, saya yakin bisa menjadi agen perubahan. Dengan berbekal gelar S1 Teknik Industri dari Universitas Brawijaya, saya ingin maju dan melakukan apa yang seharusnya saya lakukan sebagai sarjana Teknik Industri. Teknik Industri adalah bidang ilmu yang mempelajari bagaimana mengoptimalisasi kegiatan manusia seperti; produksi, pengelolaan dan ekonomi. Maka itu saya yakin dan saya percaya bahwa saya bisa membawa perubahan yang besar untuk negeri ini.
Ketika saya sudah memegang perusahaan saya sendiri, saya akan melakukan ini ini dan itu untuk menciptakan produk yang mendobrak pasar dan penu dengan inovasi baru yang lebih keren dari produk-produk yang sudah ada di pasaran. Perusahaan saya haruslah perusahaan yang menjunjung tinggi hak konsumen, sehingga saya akan berusaha sebaik mungkin yang saya bisa demi terwujudnya mimpi saya. Bagi saya, kepuasan konsumen adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan apapun.
Dengan majunya perkembangan teknologi di bidang Industri, diharapkan Indonesia mampu mengurangi produksi dan distribusi produk palsu. Hal ini harus dilakukan sesegera mungkin, karena hak konsumen adalah kewajiban kita sebagai produsen. Lulusan Teknik Industri seperti saya sangat dibutuhkan untuk memajukan sistem ekonomi dan SDM Indonesia melalui ranah industri. Perubahan dan perbaikan itu harus diusahakan, bukan hanya diucapkan.Daftar Pustaka
“Teknik Industri” (2018) Quipper.com. Diakses tanggal 4 Maret 2024, dari https://campus.quipper.com/majors/id-teknik-industri-
“Universitas Brawijaya” (2018) Quipper.com. Diakses tanggal 4 Maret 2024, dari https://campus.quipper.com/directory/universitas-brawijaya
“85% Konsumen Indonesia Pilih Produk Murah “ (2014) Merdeka.com. Diakses tanggal 4 Maret 2024, dari https://www.merdeka.com/uang/85-persen-orang-indonesia-lebih-pilih-produk-murah.html
Catriana, E., & Pratama Akhdi M “Cegah Peredaran Barang Palsu dan Berantas Barang Bajakan, Ini yang Dilakukan Blibli” (2022) Kompas.com. Diakses pada 3 Maret 2024, dari https://money.kompas.com/read/2022/03/07/173000326/cegah-peredaran-barang-palsu-dan-berantas-barang-bajakan-ini-yang-dilakukan
YOU ARE READING
Ketika Seorang Anak Yang Ingin Psikologi Lulus Dari S1 Teknik Industri
TerrorUntuk uprak 2024