•••
Usai membeli susu hamil, Arumi juga menyempatkan diri untuk mampir membeli sayur serta daging untuk dimasak. Ia hanya membeli beberapa bahan saja, sebab uang yang diberikan Alaska bulan lalu mulai menipis. Pria itu belum sempat memberikannya uang untuk bulan ini.
Omong-omong soal Alaska. Maya pernah bercerita kalau pria itu sangat menyukai lauk Ayam kecap.
Jadilah sekarang, Arumi mencoba membuatnya. Dengan resep yang telah Maya berikan.
Tak membutuhkan waktu lama untuk membuat hidangan ini. Hanya butuh 20 minutes, Ayam Kecap buatannya sudah jadi.
Arumi sedikit mencicipi nya, memastikan bahwa tidak ada rasa yang kurang.
Tidak mengecewakan.
Bumbu meresap dengan sempurna pada ayam ini membuat daging nya terasa empuk ketika dikunyah---tidak bohong, rasanya begitu enak. Ia merasa puas dengan hasilnya.
Ditengah sedang sibuk menyajikan hidangan. Arumi mendengar suara langkah seseorang yang baru selesai menutup pintu. Tanpa ragu ia segera bergegas menghampirinya.
Seseorang yang kehadirannya sangat ia nanti-nanti tadi, telah pulang. Benar, itu adalah Alaska.
Mata sayu, kantong mata yang menghitam, rambut yang berantakan serta baju yang terlihat kusut. Itulah yang mendeskripsikan keadaan Alaska saat ini.
Arumi merasa sedih, hatinya teriris. Sekeras apa Alaska bekerja? sampai berpengaruh pada tubuhnya.
Arumi ingin menggapai tangan Alaska untuk disalimi. Namun dengan gerakan cepat tangannya ditepis kasar.
"Saya capek. Jangan ganggu. " ucap Alaska tanpa bantahan.
Arumi mengangguk, ia mulai memahami pria itu.
Alaska melangkah melewati Arumi yang terbungkam setelah mendapatkan perlakuannya tadi. Mau wanita itu menangis atau tidak, Alaska tidak peduli, sungguh.
Ia memasuki ruang kerja. Menghempaskan tubuhnya pada kasur kecil yang berada di ruangan itu seraya menatap langit-langit nya.
Tok.. tok.. tok..
Baru saja Alaska memejamkan mata. Suara bising yang berasal dari depan pintu membuat matanya kembali terbuka. Ia menghembuskan nafas sebelum beranjak dari tempat tidur.
Ceklek..
" Kenapa? " tanya Alaska tanpa basa-basi. Ia menarik dasi yang mengalung pada lehernya.
" Cepetan, kamu mau apa? " desak Alaska tak sabaran. Raut wajahnya kentara memancarkan ketidaksukaan.
Arumi yang mendadak diserang rasa gugup menggaruk lehernya yang tak gatal. Ia sampai lupa dengan tujuannya menghampiri Alaska.
" O-oh.. itu.. anu.. "
Alaska memutar bola matanya. Percuma berbicara dengan wanita di depannya ini. Ketika ia hendak menutup pintu kembali, tangannya kembali ditahan.
" Ehh, ehh---jangan ditutup, " tahan Arumi.
Alaska berdecak kesal. Ia membuka pintu ruangan itu hingga terbuka sepenuhnya, lalu melangkah menuju kursi kantor dan mendudukinya. Tanpa menghiraukan Arumi yang masih berdiri di ambang pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUMI [HIATUS]
ChickLit"Tolong, jangan hancurin masa depan yang udah lama saya rancang bersama, Maureen. " • • • • • ⚠️JANGAN COBA-COBA MENDEKAT KALO CUMAN MAU PLAGIAT/MENJIPLAK KARYA KU. HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH TUHAN.