Tuan Tanah 01

5 0 1
                                    

Setiap perubahan menjadi pelajaran- 3 : 24
Happy reading



Setibanya di bangunan kosong tak berpenghuni seseorang di
sampingnya terus mewanti wanti mengatakan hal buruk atau semacamnya "Kau tidak akan mendengarkan aku, tapi pikirkan dirimu sendiri" Dengan nafas terengah-engah orang itu kembali berkata "Aku bertaruh Issac, kau hanya akan betah selama dua bulan, hanya dua bulan" Jari tengah dan telunjuk nya di hadapkan pada wajah yang sama sekali tidak mengekspresikan apapun.

'Kau tidak akan mengerti' Issac bermonolog pada dirinya sendiri. Apapun itu dia memiliki alasan nya.

"Baiklah, hubungi aku jika kau tidak betah" Laki laki bermarga Kastela dengan acuh meninggalkan Issac sendirian "Mengapa dia membeli bangunan kuno seperti itu"

Issac dengan tergesa ingin membuka pintu rumah yang tertutup rapat, tapi seperti tak ingin di masuki rumah itu memiliki pertahanan yang kuat, gagang pintu nya patah membuat Issac juga berusaha mendorong bahkan mendobrak, tapi hasilnya nihil "Dia bahkan tidak memberi ku kunci"

Kaki Issac bergerak melangkah mengelilingi samping rumah, mencari cari dimana letak pintu yang bisa dia masuki "Bahkan jendela nya sekalipun tertutup begitu rapat" Jari jemari nya dengan pelan menyentuh kayu kayu jendela yang berdebu, bagaimana penjual rumah tidak memberitahu bahwa semua akses masuk terkunci.

Issac merogoh saku celana katun yang di pakainya, mengambil benda pipih menggulir beberapa nomor lalu menekan ikon panggilan, setelah berbincang beberapa saat dengan seseorang di seberang sana Issac hanya duduk di kursi taman sembari menunggu apa yang dia inginkan akan datang. Issac bisa merasakan cahaya matahari yang menimpa wajah nya berganti dengan redup sejuk begitu angin kecil melintas di depan nya.

Membuka matanya, dia melihat seseorang tetapi bukan yang dia tunggu tunggu "Permisi" Ucapnya penuh hati hati. Issac terburu buru berdiri membalas ucapan laki laki tinggi di depan nya "Iya?"

Mata keduanya bertemu, saling pandang setelah satu kata yang Issac ucapkan membuat udara di sekitar nya semakin dingin "Kau membeli rumah ini?" Tangan nya melipat ke dada di ikuti tubuh yang mundur beberapa langkah, Issac hanya diam menimbang nimbang apakah memberi tau atau tidak sampai pandangan kedua nya teralih pada sebuah mobil yang masuk ke perkarangan.

Seseorang keluar, perawakan yang tinggi kurus berkumis tipis serta memakai baju gunting Cina itu berjalan mendekati Issac dan tanpa basa basi memberikan sebuah kotak kecil bewarna kayu alami yang di pernis cantik.

Segera Issac menerima benda tersebut sambil memandangi laki laki yang sudah berbalik memasuki mobil dan pergi begitu saja "Kunci?" Begitu Issac membuka kotak itu hanya ada satu kunci disana, membuat raut heran muncul dari wajah yang sedari tadi sudah di landa kebingungan.

"Saya permisi, jika butuh bantuan kau boleh memanggilku rumah ku ada di seberang sana"

Laki laki tadi kembali berbicara, tangan nya menunjuk sebuah rumah yang sama kuno nya dengan rumah yang Issac beli tetapi sudah ada sedikit sentuhan arsitektur modern disana.

Issac mengangguk mengerti melihat pria yang sudah pergi dari hadapannya. Sambil menimbang nimbang kotak kunci yang baru di dapatkan nya Issac melangkah cepat membuka pintu rumah.

Air wajahnya tidak menggambarkan seperti apa suasana hati Issac ketika melihat seisi rumah yang penuh dengan lukisan yang dia tidak mengerti. Sebagai manusia yang tidak tertarik dengan sebuah seni dua dimensi membuat Issac mengacuhkan hal tersebut.

Fokus nya hanya pada barang barang yang ada di dalam sana, masih begitu bagus terbungkus dengan plastik dan kain putih.

Sesuai dengan selera nya kecuali lukisan yang banyak
terpajang di dinding.

Issac dengan segera merapikan rumah itu serta memasukan barang milik nya ke dalam hingga matahari bersembunyi di gantikan bulan.

Dia baru akan mengunci pintu ketika orang yang menemui nya tadi siang kembali lagi tetapi dengan sekantong jeruk di tangan nya, Issac bisa melihat itu karna dia menggunakan plastik transparan "Ibuku memberikan nya, untuk menyambut mu" Lalu dia pergi secepat mungkin setelah meletakan sekantong jeruk itu di tangan kosong Issac meninggalkan harum obat yang begitu pekat membuat Issac bertanya tanya "Apakah dia seorang dokter?"

Masih dengan raut kebingungan Issac masuk dan segera mengunci pintu lalu ke kamar nya tetapi sebelum itu dia sempat mengambil satu jeruk yang menggoda untuk di cicipi.

Di luar dugaan, Issac tidak merasakan manis, asam maupun hambar seperti umumnya rasa jeruk tetapi pahit pekat melebihi rasa kopi yang bijinya di makan setelah di sangrai begitu saja.

"Aku terbiasa dengan rasa pahit tapi ini keterlaluan, dia mencoba mengerjai ku hah?" Dengan cepat Issac berlari ke dapur mencari air yang dia beli di luar meminum nya dengan tegukan kasar.

Pendengaran nya menangkap suara gemersik daun daun kering yang di layangkan angin atau di injak sesuatu??

Tubuh nya menegang merasakan hawa dingin menusuk dari belakang, Issac dengan pelan berbalik memicingkan matanya kesamping lalu berjalan ke arah kamarnya membiarkan sesuatu yang berada di belakang mengikuti dirinya.

_______________


8 March 24-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tuan Tanah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang