01

614 80 6
                                    

.
.
.
.
.

"Seperti yang saya duga sebelumnya, tuan muda mengalami amnesia akibat benturan keras yang mengenai kepalanya." ujar dokter setelah memeriksa Aland.

"Tapi tidak usah khawatir amnesia yang diderita tuan muda Aland tidak terlalu parah. Cukup membawa ke tempat-tempat familiar agar membantu ingatan tuan muda."

"Baik, sekali lagi termaksih dokter."

"Kalau begitu saya permisi."

Setelah mendengar peruturan dari dokter tersebut, Juan, pria yang ditugaskan untuk menjaga Aland hanya bisa menghela nafas. Ia lalu melihat Aland yang tengah duduk di atas ranjang pesakitannya, terlihat raut wajahnya masih bingung persis ketika ia bangun.

Sementara Aland dalam benaknya tengah berkecamuk. Setelah bangun tadi ia mendapati sedikit ingatan dari Alandra. Dan sedikit tidak percaya bahwa ia berpindah jiwa, sungguh ajaib memang.

"Eum... om Juan." panggil Aland pada Juan, sedangkan Juan langsung patuh mendekati Aland. Memang setelah sadar tadi, Juan langsung memperkenalkan diri dan juga menjelaskan kenapa ia bisa ditugaskan untuk menjaga Alandra.

"Ada yang bisa saya bantu tuan muda?"

"Al-Aland mau nanya boleh?"

"B-boleh tuan muda." sebenarnya Juan sedikit kaget mendengar peruturan sopan dari tuan mudanya karena sebelum kecelakan Alandra selalu berkata kasar tetapi ingat tuan mudanya tengah amnesia.

"Apa pekerjaan ayah sepenting itu ya, sampai-sampai om Juan repot-repot mau jagain Aland." ujar Aland, sebenarnya ia sudah tau mengapa ayah Alandra tak menjengukmya mengingat sedikit ingatan dari Alandra tentang ayahnya. Tapi kembali lagi kata dokter dia amnesia, jadi ia berpura-pura tak tau saja.

Juan hanya terdiam mendengar ucapan dari tuan mudanya. Ia jadi merasa sedikit kasihan. Tuan besarnya sama sekali tak mempedulikan anaknya sampai-sampai Alandra menjadi sosok yang membangkang.

"Tuan-"

Cklek

Kedua orang itu mengalihkan perhatiannya pada pintu terbuka, terlihat pemuda yang berumur dua puluhan dengan wajah tegas serta tatapan tajam membuat Juan menunduk sedangkan Aland hanya menapa bingung.

"Alasan apa lagi kali ini, Land. Tawuran? Balapan? Atau membayar preman untuk memukul diri mu?" ucapan dengan nada datar dari Abang sulung Alandra, dia adalah Haden Orlando Wijaya.

Aland menunduk takut, tatapan dari orang yang dihadapannya ini sangat menakutkan. Bahkan aura yang dikeluarkan olehnya sangat mencekam membuat Aland merasa sesak. Melihat Aland yang menunduk takut, Juan berusaha menjelaskan apa yang terjadi oleh Aland pada Haden meskipun dirinya merasakan hal yang sama.

"Kenapa diam saja, apakah mulut mu sudah tak berfungsi lagi?!" sentak Haden pada Aland.

"Maaf tuan mjda Haden biar saya jelaskan, tuan muda Alandra kecelakaan akibat rem motornya tak berfungsi dan tuan muda Alandra mengalami sedikit gangguan ingatannya." jelas Juan.

"Apa maksud mu itu lupa ingatan?" tanya Haden masih nada datar.

"Iya tuan."

"Bag-,''

"Hiks,"

Ucapan Haden terhenti mengalihkan perhatiannya pada seseorang di atas hospital bed. Aland menangis melihat bahunya yang bergetar.

"Tuan muda, apa anda baik-baik saja?"

Aland hanya masih terisak tak menjawab pertanyaan dari Juan. Juan yang panik pun berusaha menenangkan Aland. Bahkan Aland sudah berada di pelukan Juan.

ALANDRA ERLAN W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang