03

521 53 0
                                    


.
.
.

Matahari menggantikan peran bulan tanda hari telah berganti. Semua anggota keluarga Wijaya telah sarapan dengan tenang. Meskipun Haden merasakan ada yang berbeda dari Aland. Sejak bangun pagi anak itu sedari tadi tidak mengeluarkan suara bahkan sekedar sapaan.

Haden jadi tidak tega meninggalkan Aland tetapi pekerjaanya harus mengharuskan ia pergi.

Kini hanya ada Aland dan para pekerja yang sibuk kegiatannya masing-masing.

Juan sedari tadi memperhatikan tuan mudanya yang tengah duduk di pinggir kolam. Berjaga-jaga jika anak dari tuannya itu langsung terjun ke kolam.

Sedangkan di sisi lain terdapat pemuda di pinggir kolam renang yang sedang asik melamun entah apa yang dipikirkan. Pemuda tersebut ialah Aland yang menempati tubuh Alandra saat ini. Aland sedang memikirkan ucapan Alandra yang sempat hadir dalam mimpinya tadi malam.

.

Lagi-lagi Aland mendapati dirinya yang sedang duduk di bangku putih ini. Di mana pertemuan pertama antara Aland dan Alandra.

Aland mendongak, melihat Alandra yang berdiri di hadapanya sekarang. Ia berdiri lalu memeluk Alandra sedangkan yang dipeluk hanya membalas pelukan Aland.

"Abang Alandra," gumam Aland.

Lama dalam posisi tersebut, Alandra lalu melepaskan pelukan Aland dengan lembut.

"Gimana kehidupan baru lo sekarang?" tanya Alandra yang membuka awal percakapan mereka.

"Al suka! Al udah bisa ngerasain rasanya punya abang tapi Al mau bang Alandra balik ke tubuh abang sendiri.

Alandra memegang bahu tegap milik Aland lalu menatap Aland,

"Denger omongan gue baik-baik,"

"Sekarang jiwa lo ada di raga gue 'kan, gue mau jalani hidup lo karena Tuhan udah kasih lo kesempatan buat hidup meskipun dengan raga yang berbeda."

"Mungkin setelah ini lo bakal kesulitan buat jalani hidup sebagai gue, tapi tenang aja seiring berjalannya waktu gue bakal kasih ingatan gue ke lo,"

"Gue tahu lo anak yang kuat,"

"Ini pasti berat buat lo, tapi, ini petemuan terakhir kita."

Kalimat terakhir Alandra membuat Aland mematung.

"Gue harap lo bisa ngejalani hidup tan-,"

"Nggak!"

"Bang Alandra nggak bakal kemana-mana, bang Alandra harus kembali sama keluarga abang sendiri dan Aland kembali sama tubuh Al sendiri." Aland mulai mengeluarkan air matanya.

"Tubuh lo sekarang udah dikubur dan raga lo udah nempatin tubuh gue. Jadi lo nggak bakal bisa kembali."

"T-tapi, a-abang sendiri gimana?"

"Gue udah mati Land."

Aland lagi-lagi mematung, ia menggeleng sambil terisak. Sungguh, ia merasa ia sudah merebut hak Alandra ia merasa dia adalah manusia paling jahat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALANDRA ERLAN W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang