Bab 3 : Keputusan yang sulit

166 9 3
                                    

Tok....tok ...tok....

Kyai mengetuk pintu kamar nya Fadhil yang terbuka.

"Masuk Kyai !" Ucap Fadhil yang sedang duduk termenung di sofa dengan kitab yang berada di tangannya lalu Kyai pun menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Ada yang bisa Fadhil bantu Kyai ? Sampe Kyai repot repot dateng ke sini," tanya Fadhil.

"Saya mau ngomong penting sama kamu," ucap Kyai.

"Ngomong apa toh ?" Tanya Fadhil penasaran karena melihat wajah Kyai yang tampak serius.

"Langsung saja ke intinya, saya mau kamu turuti satu keinginan saya sebelum saya pergi dari dunia ini," pinta Kyai.

"Apa keinginan yai ? Fadhil pasti akan menurutinya," jawab Fadhil.

"Saya kepengen cucu," ucap Kyai sehingga Fadhil jadi kaget. "Tapi Jia masih koma, walaupun dia sudah sadar kami tetap tidak bisa memberikan nya," sahut nya.

"Kamu sudah seperti anak saya sendiri, kalau kamu menikah lagi maka kamu bisa memberikan keturunan pada saya. Kamu tau kan saya cuman punya satu anak, itupun saya tidak tau dimana keberadaannya. Makanya saya menjadikan Jia sebagai anak saya," ucap Kyai.

Ya, benar. Jia bukanlah anak kandung Kyai. Tujuh belas tahun lalu, tepatnya saat Jia masih berusia tiga tahun Kyai mengadopsi karena putri semata wayangnya kabur dari rumah dan tidak bisa ditemukan sampai sekarang.

"Jika Fadhil nikah lagi dan Jia sadar, gimana perasaan dia nanti ? Dia pasti sakit hati, kalaupun dia bisa menerima di poligami, apakah Fadhil bisa adil nantinya ?" Tanya Fadhil.

"Kamu masih muda nak, kamu tidak bisa hidup seorang diri saja. Kamu memerlukan pendamping hidup. Kamu ingat kata dokter kan kalau kemungkinan Jia untuk kembali sadar itu sangatlah sedikit dan kita hanya bisa berharap kepada Allah saja karena para dokter sudah menyerah. Kamu harus melanjutkan hidup, andai kata kamu menikah lagi maka kamu akan tetap tinggal dan mengajar di sini. Abah ini sudah tua, jika bukan kamu siapa lagi yang akan meneruskan pesantren ini ?" Ucap Kyai dengan memohon sehingga Fadhil tidak tau harus menjawab apa.

"Pikirkan lah dulu, karena kehidupan tidak akan berhenti jika kita kehilangan seseorang. Kamu masih bisa melanjutkan hidup dengan orang yang kamu cintai, karena saya tau kalau sampai sekarang kamu masih belum bisa mencintai Jia. Bebaslah nak ! Jangan buat hidup kamu terkekang !" Ucap Kyai lalu pergi meninggalkan Fadhil yang masih bergelud dengan pemikiran dan kata hatinya.

Setelah pembicaraan nya dengan Kyai tadi, Fadhil tidak bisa tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul satu pagi sehingga ia memutuskan untuk berwudhu lalu sholat tahajud dan berdoa pada Allah sang pemberi petunjuk pada semua umat-Nya.

"بسم الله الرحمان الرحيم ، ربّنا أتينا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة وقينا ءذاب النار ،
Ya Allah, bantulah hamba-Mu ini dalam menentukan keputusan yang tepat. Hamba bingung harus bagaimana. Selama menikah dengan Jia, hamba selalu berusaha menjadi suami yang baik, pengertian, dan perhatian agar dia merasa bahagia tapi hati hamba tetap tidak bisa berbohong kalau hamba tidak mencintainya. Hamba takut jika hamba menikah lagi maka hal yang sama akan terulang. Jia memang wanita yang sangat baik sampai siapapun tidak akan tega menyakiti nya apalagi hamba, hamba harus melakukan apa ya Allah ? Tolong beri hamba petunjuk, aamiin, aamiin ya rabbal alamin," do'a Fadhil sambil menadahkan kedua tangannya.

"Astaghfirullahaladzim," Fadhil beristigfar ketika wajah Aleta terus terlintas dalam pikiran. "Saya harus menghilangkan nya dari pikiran saya ! Ini perbuatan syaitan, nauzubillah." Gumam Fadhil lalu mengambil Al Qur'an dan mulai membacanya. Dan alhasil selama semalam ia membaca Alquran untuk mengalihkan pikirannya dan menenangkan hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ustadz Gemoyku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang