***Benar-benar merepotkan***
Aku pun berlari cukup kencang untuk segera menolongnya. Ternyata belakang gedung itu ada sebuah lahan seperti lorong untuk parkir kendaraan baik sepeda maupun sepeda motor.
Ketika sudah agak dekat aku bisa melihat sepedanya dengan jelas, itu adalah sepeda phoenix keluaran terbaru yang berwarna kuning muda. Namun, hatiku merasa aneh.
Benar saja, ada orang yang terjatuh karena batu yang membuat ban sepedanya selip.
"Awas hati-hati!" Teriaknya keras.
Dengan hati yang kesal aku tidak terlalu memperdulikan perkataanya, sehingga membuatku terpeleset batu yang sama dengannya. (Mungkin setelah terpelindas ban, batu tersebut terpental)
'Sungguh memalukan, hiks' tangisku dalam batin.
Lalu dengan cekatan dia memegang pundakku supaya tidak jatuh.
"Pergi ke taman memetik melati, apakah kamu baik-baik saja Octi?" Tanyanya kepadaku.
'Hah? Octi? Jangan bilang...' hatiku berdegup kencang
Lalu kuangkat kepalaku dan terlihat wajahnya yang cantik nan manis dengan kulit sawo matang khas suku Jawa.
'Dug... Dug...' hatiku tidak bisa terkendali, mukaku langsung memerah.
"Apa kamu baik-baik saja? Kamu kayaknya sakit deh Octi, mukamu merah sekali" Tanya Oliviana.
"Mu-mu-mukamu j-juga m-merah loh." Balasku terbata-bata.
"Eh... Iya agak sakit ini tadi, maaf sudah membentakmu." Balas Oliviana.
"Mana yang sakit, biarku lihat." Sahutku dengan lembut, aku sangat khawatir jika dia kesakitan.
Oh tidak, ada sedikit goresan di punggung tangannya. Tanpa pikir panjang aku mengusap tangannya untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada.
"Makasih Octii, kamu baik banget deh." Ucapnya lembut, sambil tersenyum lebar.
'Kenapa... Kenapaa... Ada apa ini...' hatiku benar-benar tidak terkendali melihat senyuman yang terukir di bibirnya. Fokuslah fokuslah fokuslah.
"S-s-sammmm m-m-ma-masa." Sahutku dengan sangat sangat gugup.
"Hihihi... Kenapa logatmu lucu tii, dari dulu emang seperti ituu" Balasnya sambil tertawa.
"S-s-sudah l-l-lupakan saja, ayo ber-bersihkan lukamu itu dengan air mengalir dan berhenti menggodaku! Seperti ibuku saja." Balasku dengan malu namun kesal namun sangat senang.
"Iya anakku, untung masih pagi sehingga aku tidak terlalu malu dilihat orang-orang" Kata Oliviana.
"Hahaha betul sekali" Balasku sambil tertawa kecil.
Akhirnya kita mencari keran air, lalu membersihkan luka Oliviana. Sepedanya sudah diparkirkan dengan baik dan batu tersebut aku lempar jauh-jauh ke lapangan upacara.
"Octi octi... Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya kamu diantar ayahmu ya?" Tanya Oliviana sambil mengusap tangannya.
"Aku hanya berjalan-jalan untuk mengenal tempat ini lebih baik." Balasku dengan tenang.
Sambil menunggu Oliviana mencuci tangan, aku melihat-lihat sekitar untuk mengamati. Ternyata setelah aku lihat-lihat aku mengeta-
**pyur pyur suara air terciprat**
"HEY APA YANG KAU LAKUKAN!?" Kataku dengan kesal.
"Kena kau, hahahahahaha salah siapa melamun." Balas Olivia
"Awas kau ya, jangan lari!" Kataku sambil mengambil air untuk mencipratinya kembali.
Dengan hati kesal namun juga gembira, aku berlarian mengejar Oliviana hingga ke kelas. Sungguh hatiku sangat gembira bisa bercanda tawa dengan dia- eh bicara apa aku ini...
**AKU TIDAK SUKA OLIVIANA**
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past Of You
RandomNamaku Octopius Arsyad Umurku 13 tahun, aku masih SMP Hampir semua teman mengacuhkanku Tetapi tidak dengan Dirimu...