1

149 16 0
                                    

"Ayah dan Ibuku ingin bertemu denganmu" Ucap Hinata dengan bahagia. Setelah hampir 3 tahun orangtuanya menentang hubungannya dengan Toneri, akhirnya mereka sekarang berkenan menemui pemuda yang dicintainya itu.

"B-benarkah?" Toneri masih tidak percaya dengan ucapan kekasihnya itu, Orang tua Hinata sangat menentang hubungan mereka karena asal usuk keluarganya yang miskin.

Hinata mengangguk dengan raut bahagia.

"Sial, aku tidak memiliki pakaian yang pantas untuk menemui mereka" Toneri mendemgus frustasi karena ia benar benar tidak memiliki persiapan apapun untuk menemui orangtua kekasihnya itu.

" Kau tidak perlu khawatir soal itu, pakai saja baju yang aku berikan padamu saat ulang tahunmu tahun lalu. Orang tuaku tidak akan memedulikan penampilan luar seseorang. Mereka sangat baik" Hinata berusaha meyakinkan Toneri. Ia mengerti bagaimana kondisi kekasihnya itu, jadi selama ini ia tidak banyak menuntut selama mereka berhubungan.

"Kau yakin mereka akan menerimaku?"

" Kenapa bicara begitu? Mereka ingin menemuimu, sudah pasti mereka akan menerimamu" Hinata penuh keyakinan.

"Aku hanya tidak yakin seorang tuan Hyuga akan menerima lelaki pengemis sepertiku" Toneri berujar frustasi, sejujurnya ia merasa tidak pantas bersanding dengan seorang putri Hyuga, namun ego dalam dirinya yang ingin memiliki Hinata begitu besar membuatnya rela melawan siapa saja yang menentang hubungan mereka.

" Cukup. Kau tidak boleh merendahkan dirimu seperti itu." Hinata tidak suka tiap kali mendengar Toneri merendahkan dirinya sendiri. " Kau itu berharga, aku sangat mencintaimu. Ayahku pasti akan menerimamu, jadi berhenti berpikiran bahwa kau tidak pantas" Hinata yakin, ayahnya pasti akan menerima Toneri, orangtuanya tidak akan memandang status sosial Toneri. Karena selama ini Ayahnya sangat baik dimata semua orang.

"Baiklah, kalau kau sangat yakin. Aku akan menemui mereka" Toneri berujar lembut kemudian mengecup punggung tangan Hinata. Mereka merasa sangat bahagia karena akhirnya orangtua Hinata bersedia menerima hubungan ini. Toneri bertekat akan memantaskan diri untuk Hinata, akan ia lakukan apapun untuk membuktikan pada orangtua Hinata bahwa putri mereka sangat berharga untuknya.

.

.

.

Toneri menatap dirinya di depan cermin, ia mengenakan baju pemberian Hinata di hari ulang tahunnya tahun lalu. Baju yang belum pernah sama sekali ia kenakan karena merasa belum pantas memakai pakaian mahal.

"Apa mungkin orangtuamu menerima pria sepertiku Hinata" Gumam Toneri sembari menatap sosok dirinya di cermin.

" Kau tampak tampan sekali," Ucap Wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi Rodanya. Kaguya namanya, ia adalah ibu tunggal Toneri yang sedang sakit sakitan. Kaguya membesarkan Toneri seorang diri karena ayahnya pergi meninggalkan mereka ketika ia sedang mengandung.

" Ibu, kau terjaga?" Toneri menghampiri Ibunya dan bersimpuh di pangkuan wanita itu. " Hari ini orangtua Hinata mengundangku kerumah mereka bu. Akhirnya mereka merestui hubungan kami" Toneri berucap penuh bahagia, dan disambut dengan senyum hangat dari Kaguya.

"Ibu turut senang mendengarnya. Kuharap keluarga mereka bisa menerima keluarga kita dengan baik" Ucap Kaguya penuh harap. Hinata adalah gadis yang baik, ia sangat berharap Hinata menjadi menantunya sejak dulu. " cepat berangkat, jangan membuat calon mertuamu menunggu" Ujar Kaguya. Toneri lantas mengecup kening sang ibu dan berpamitan.

.

.

.

Toneri tiba di depan rumah Hinata, Penjaga dirumahnya memeriksanya dengan ketat. mungkinkarena penampilannya yang bukan dari kalangan berada membuatya dicurigai yang bukan bukan. sampainya di depan pintu rumah Hinata, Toneri mengetuk pintuk sembari menunggu yang punya rumah membuka pintu. Hinata lah yang membukakan pintu untuknya sembari mengulas senyum yang membuatnya nampak sangat cantik sekali.

" masuklah" Ucap Hinata sembari menggandeng tangan kekasihnya dan membawa pria itu melangkah masuk kerumahnya.

"Duduklah dulu, aku akan panggilkan ayah dan ibu kemari" Ucap Hinata. Toneri duduk dikursi sembari mengamati sekeliling rumah Hinata yang begitu besar dan nampak berkebalikan dengan rumah yang ia tinggali. Toneri berpikir keras, apakah mungkin gadis seperti Hinata akan bahagia tinggal bersama pecundang sepertinya. Pikiran Toneri tersadarkan ketika kedua orang paruh baya turun dari tangga bersama Hinata. Pria paruh baya itu pasti Tuan Hiashi Hyuga, salah satu pengusaha real estate yang terkenal di Jepang. Wibawa dan wajah tegasnya terlihat nyata di depan Toneri sekarang membuatnya menelan ludah dengan kasar. Ibu Hinata, Nyonya Hikari masih nampak cantik di usianya yang sudah cukup tua. Tentu saja, oarang kaya seperti mereka pasti tidak pernah merasakan beban pikiran yang membuatnya tampak tua.

" Selamat siang" Toneri berdiri lalu membungkuk memberi hormat pada orang tua Hinata.

Hiashi memandang penampilan Toneri dari ujung kaki sampai ujung kepala. ia merasa lelaki didepannya ini cukup kurang ajar karena berani menginjakan kaki kotornya di mansion megahnya. ia menatap sinis kearah Toneri dan enggan menjawab salam pemuda itu. Sementara Hikari hanya tersenyum canggung melihat Pria yang dibawa putrinya kerumah.

" Duduklah" Ucap Hiashi tanpa basa basi. " Katakan apa tujuanmu mendekati putriku?" Ujar Pria paruh baya itu dengan tajam.

" Aku ingin meminang Hinata, menjadi pendamping hidupku" ucap Toneri dengan lantang, ia cukup tersinggung dengan ucapan Hiashi dan tatapan sinis nya yang seolah ingin menguliti dirinya.

Hiashi tertawa keras mendengar ucapan pemuda di hadapannya. Hikari hanya terdiam, ia tahu suaminya sangat marah dengan pria pilihan putrinya.

"Kau ingin meminang Hinata? Kau pikir dirimu pantas masuk bagian keluargaku?" Ucap Hiashi dengan tajam.

" Ayah..." Hinata terkejut dengan ucapan sang ayah, Hiashi langsung menghentikan putrinya yang hendak mengucapkan suatu pembelaan.

" Dengarkan ini baik baik, Hinata adalah putri kami yang berharga. Dan pria sepertimu bukanlah orang yang kami harapkan menjadi menantu kami. Mulai sekarang, akhiri hubunganmu dengan putriku dan akan aku beri dirimu uang untuk membantu kelangsungan hidupmu" Tegas Hiashi dengan nada tajam,

" Ayah, kenapa ayah bicara begitu!" Hinata menangis mendangar ucapan ayahnya terhadap Toneri, sementara Hikari menahan lengan Hinata dan berusaha mencegah putrinya untuk ikut campur.

Toneri benar benar sakit hati mendengar ucapan Hiashi, dirinya datang bukan untuk mengemis uang. Namun, Pria tua dihadapanya ini benar benar telah menginjak harga dirinya.

" Tuan Hiashi yang terhormat, Kau benar benar dibutakan oleh hartamu hingga semua orang bisa kau pandang rendanh sesukamu!" Ucap Toneri sama tajamnya" akan aku dapatkan Hinata sebagai istriku dengan atau tanpa restu darimu! camkan itu baik baik Hiashi-sama"

Hiashi tersenyum sinis mendengar balasan pemuda dihadapanya." Katakan hal itu ketika kau sudah memiliki derajat yang sama dengan Hyuga! Asal kau tau, putriku akan segera menikah dengan pria pilihanku. Pria yang lebih hebat, lebih mapan dan bukan sampah sepertimu" Ucap Hiashi

" Ayah hentikan.....Jangan bicara begitu" Hinata menangis mendengan cacian demi cacian ayahnya pada Toneri.

"Diam Hinata!!" Bentak Hiashi. " Kau benar benar membuat malu keluarga dengan menjali hubungan dengan Pria macam ini" Hiashi menunjuk kearah Toneri dengan penuh amarah. sedangkan Toneri hanya tersenyum sinis menanggapinya. Ia sudah tau pasti akan berakhir seperti ini.

" Aku sudah tidak ada urusan lagi disini, terimakasih atas sambutan kalian yang luar biasa" Toneri meninggalkan kediaman Hinata dengan emosi memuncak didada yang masih ia tahan.

" Toneri...tunggu! aku mohon jangan pergi" Teriak Hinata berusaha mengejar kepergian Toneri namun Hiashi menahan lengan putrinya itu untuk tetap tinggal.

"ayah aku mohon......" pinta Hinata, Hiashi menatap penuh amarah kearah Hinata.

" Kalau kau berani mengejarnya, jangan pernah kembali kerumah ini lagi!" Tegas Hiashi, ia pergi meninggalkan Hinata yang masih menangis dipelukan Hikari.

" Ibu.....aku mohon. aku mencintainya..." ucap Hinata memelas. Hikari memeluk erat Hinata dan menenangkan putrinya tersebut.

" Menurutlah pada ayahmu Hinata,.....ibu mohon kau jangan seperti ini" Hikari harap Hinata mengerti bahwa apa yang ia lakukan hari ini adalah untuk kebaikan Hinata dimasa depan. Pria seperti Toneri tidak akan bisa membahagiakan Hinata yang selalu hidup berkecukupan sejak kecil. Ia mendukung penuh keputusan suaminya untuk memisahkan Hinata dari kekasihnya tersebut.

Mine ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang