Setelah keluar dari Museum aku bergegas memasuki bis, aku melihat dari jendela, banyak sekali pedagang. Banyak juga teman-teman ku yang jajan, salah satu nya Arvian, ia membeli minuman. Pandangan ku teralihkan oleh datangnya Livia dan Devon, suasana nya sangat tidak nyaman.
"Lu kok buru-buru banget sih, mau kemana?" Tanya Devon pada ku dengan nada berbicara yang lumayan tinggi.
Aku menatapnya sejenak, "ngejar Zefa." Jawabku dengan singkat. Aku tahu, Devon marah.
"Orang Zefa masih di dalam! Seenggaknya lu bilang dulu lah sama Livia, jangan main pergi gitu aja!" Ujar Devon dengan nada berbicara yang semakin meninggi, sialnya membuat tenggorokan ku tercekat.
"Maaf." Hanya itu yang mampu aku ucapkan, ingin sekali aku menjawab, pikir saja sendiri memang ada orang yang mau nemenin yang pacaran? Yang ada bete sendiri, namun aku urungkan sebab pasti masalahnya akan memanjang.
Livia hanya diam, mungkin dia juga marah pada ku. Sedangkan Devon bertukar tempat duduk dengan Baskara.
Mataku terasa panas, hingga tak sadar air mata membahasi pipiku. Aku spontan menutup setengah wajahku menggunakan jilbab. Aku beralih menutup telingaku dengan earphone. Air mataku mengalir semakin deras, aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
Untuk memperbaiki mood ku yang tidak baik-baik saja, aku membuka grup WhatsApp bersama Sabila, Cyla, Zellin, Alice dan Elina. Aku memutuskan untuk memulai panggilan video, tak lama Alice mengangkat telpon nya.
"Kenapa kamu, Al?" Tanya Alice.
"Bete aku!" Jawabku dengan suara yang parau.
"Bete kenapa kau, Mak?" Tanya Sabila.
"Nanti deh aku cerita." Jawabku, setalah itu panggil videopun selesai karena ada gangguan sinyal.
Sepanjang perjalanan tak ada obrolan sama sekali antara aku dan Livia, bahkan sampai ada pikiran aku duduk bersama Yoshiko sementara terlebih dahulu.
"Yoshi, kursi sebelah kamu kosong gak?" Tanya ku pada Yoshiko yang sedang memejamkan matanya.
"Kosong, kenapa?" Jawab Yoshiko.
"Oh gak apa-apa!" Aku mengurungkan niatku, sebab nanti pasti akan lebih-lebih masalahnya.
Perjalanan menuju alun-alun begitu tidak menyenangkan, suasana begitu dingin. Apalagi hujan kembali turun dengan deras.
Perjalanan tidak terlalu lama, saat ini kami sudah sampai di alun-alun kota Bandung. Banyak teman-teman perempuan yang berganti rok menjadi menggunakan celana, tak sedikit juga teman-teman laki-laki yang berganti celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDUNG BERCERITA (End)
Non-FictionKini Bandung sudah menjadi saksi betapa gilanya aku mencintaimu, kota yang pernah kita singgahi walau hanya sebentar. Meski kamu tak selalu ada di sampingku, namun aku dapat membayangkan betapa indahnya Kota Bandung jika kamu berada di sampingku.