"kamu mungkin cinta terakhir dia, tapi dia bukan cinta terakhir kamu ara. kehidupan kamu masih panjang kamu harus bisa membuka hati kamu" ucap marsha
"maaf sha hati ini akan selalu menjadi milik chika sampe aku menutup mata ini" ucap ara
"kamu past...
"Iyaa gapapa kok zee, tapi yang di omongin sama kak dey itu cuma bercanda kok" ucap ara
"Oh begitu kak, oh iya kak ara suka main game gak?" tanya zee
"Sukak kok kadang kalo kak ara lagi stress sama kerjaan, kak ara main game buat ngilangin stress" ucap ara
"Oh iya? Kak ara main game apa kalo zee boleh tau kak?" ucap zee
"Valorant sama ml sih biasa mainnya, cuma semua game hampir kak ara bisa" ucap ara
"Kak ara main valo juga? Sama dong kayak zee, tapi kak ara ada game yang bisa main berdua ga kak? Zee pengen banget main bareng kak ara" ucap zee
"Ada kok yaudah nanti abis makan kita ke kamar kak ara yaa" ucap ara
"Yeaayyy main bareng kak ara" ucap zee kegirangan.
30 menit berlalu, masakan yang dimasak shania dan juga marsha kini telah jadi. Ara dan yang lainnya lalu berkumpul untuk makan bersama.
Mereka semua makan dengan lahap dan hanya suara sendok yang terdengar jelas, setelah mereka semua menyelesaikan makan nya, shania dan juga marsha membawa piring kotor menuju dapur lalu mencucinya sementara dey memilih bermain hp di kamarnya sedangkan ara, zee, dan juga shani berjalan menuju kamar ara.
Sesampainya di kamar ara, zee dan juga shani di buat takjub dengan desain serta ukuran kamar ara yang menurutnya sangat besar dan juga mewah.
Kamar ara
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ini beneran kamar kak ara? Kirain zee ini ruang tamu" ucap zee yang terheran heran
"Kamu bisa aja, iyaa ini kamar kak ara" ucap ara
"Kamar kamu bagus banget ra" puji shani
"Makasih shan, kalo gitu ayok masuk" ucap ara, lalu mereka bertiga masuk ke dalam kamar ara.
Ara dan zee langsung menuju tempat komputer untuk bermain game bersama, sementara shani melihat sekeliling kamar ara dengan tatapan takjubnya. Menurutnya kamar ara rapih dan juga aesthetic yang membuat siapa aja pasti betah dan nyaman tidur disini.
Sementara marsha yang telah menyelesaikan cuci piring nya lalu ijin ke shania untuk ke kamar dey untuk membersihkan badan nya.
"Diliat liat ada yang cemburu nih soalnya daritadi diem mulu" goda dey
"Apaansih kak siapa juga yang cemburu" ucap marsha
"Gausah bohong muka kamu tuh gabisa bohong sha, terus kalo ga cemburu apa dong?" ucap dey
"tau ah, oh iya kak minjem kamar mandinya ya aku mau numpang mandi" ucap marsha
"Kenapa ga di kamar ara? Kan biasanya disitu" ucap dey
"Gaenak kak ada temen baru nya entar aku ngeganggu mereka" ucap marsha
"Hahaha bilang aja cemburu, yaudah sana gih sabun sama yang lainnya ada di bawah kaca" ucap dey, marsha kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Jam sudah menunjukan pukul 16:00, zee dan ara masih asyik bermain game, sedangkan shani berada di balkon kamar ara sambil melihat keadaan sekitar.
Ara yang sadar karena tidak mengajak shani bermain ataupun mengobrol bersama, kemudian menyuruh zee untuk bermain sendiri sedangkan dirinya menghampiri shani yang berada di balkon kamarnya.
"Maaf ya udah nyuekin kamu tadi" ucap ara kemudian duduk disebelah shani
"Gapapa ra, aku malah seneng liat adik aku bisa akrab sama kamu" ucap shani
"Hehehe masa sih" ucap ara
"Dia tipikal orang yang jaim kalo ketemu orang baru, tapi pas ketemu kamu dia langsung nunjukin sifat aslinya" ucap shani
"Hahaha syukur deh kalo begitu" ucap ara
"Ara aku boleh nanya sesuatu? Mungkin sedikit sensitif tapi kalo kamu ga mau juga gapapa" ucap shani
"Mau nanya apa shan? Tanya aja gapapa kok" ucap ara
"Pas pertama aku dateng kesini, aku di suruh parkirin mobil aku di garasi kamu. Nah aku liat ada mobil warna hitam yang rusak parah" ucap shani
"Terus pas aku ngeliat sekitar kamar kamu, ada foto kamu sama seseorang perempuan dan ada tempat yang bertuliskan dari chika" shani
"Chika itu sahabat kamu ya ra? Aku boleh ga kenalan sama dia" ucap shani, sementara ara yang mendengarnya langsung menundukan kepalanya
"Kamu kenapa ara? Gegara pertanyaan aku yang tadi yaa? Kalo gitu aku minta maaf ra" ucap shani
"Engga kok bukan karena itu, tadi kaya ada yang jatuh ke rambut aku" ucap ara.
Ara sebenarnya tidak mau mengungkit masa lalu yang menurutnya adalah kesalahan dirinya, cuma mau ga mau dirinya harus bercerita karena ara mikir shani bakal jadi teman atau sahabatnya.
"Mobil yang kamu liat di garasi, mobil yang aku pake buat ke sebuah acara" ucap ara
"Astaga ra kamu dulu pernah kecelakaan?" ucap shani
"Iyaa aku dulu pernah kecelakaan dan chika itu orang yang kamu liat di foto, dia dulu tunangan aku" ucap ara sambil menatap langit berharap air matanya tidak keluar, sementara shani sedikit terkejut
"Dan mobil itu yang bawa aku dan juga chika ke acara tunangan aku bersamanya" ara
"Mobil itu yang antar aku sama chika menuju momen bahagia, dan mobil itu juga yang antar aku dan juga chika menuju momen sedih" ara
"Aku sama chika mengalami kecelakaan akibat kesalahan aku sendiri" ara
"Chika meninggal di tempat sementara aku cuma mengalami luka ringan" ara
"Sampai sekarang aku masih belum bisa memaafkan diri sendiri karena kejadian itu" ara sementara shani yang mendengarnya merasa bersalah karena sudah menanyakan hal seperti itu ke ara
"Maafin aku ya ra, gegara aku kamu jadi ke inget masa lalu kamu. Aku minta maaf banget" ucap shani
"Gapapa kok shan" ucap ara
"Tapi satu yang harus kamu tau ra, kalo ini semua sudah takdir dari Tuhan, kamu ga perlu menyalahkan diri kamu sendiri" ucap shani
"Tapi kalo waktu itu aku dengerin apa kata chika, mungkin sekarang aku udah nikah sama dia" ucap ara
"Ssstttt stop nyalahin diri kamu sendiri kamu ga salah kok, semua ini emang udah takdirnya. Aku yakin chika disana pasti sedih ngeliat kamu nyalahin diri kamu sendiri" ucap shani.
Shani akhirnya mengetahui siapa chika, sedih sebenarnya ketika shani melihat wajah ara yang terlihat tidak bisa menutupi kesedihannya ketika membahas chika. Shani juga sudah bisa membayangkan betapa besar cinta ara ke chika.
Shani berharap pertemuan dirinya dengan ara bisa membuat warna di kehidupan ara, terlepas apapun endingnya tapi ia bertekad bakal bikin ara bisa merasakan kebahagiaan nya lagi sama seperti sebelum ara di tinggalkan oleh kekasihnya.
