a kiss

6 0 0
                                    


Sudah seminggu berlalu setelah kejadian kemarin, dan tak ada lagi komunikasi antara Wionn dan Kava. Namun Wionn sering menangkap basah Kava yang mengikuti dan mengawasi dirinya. Alasannya selalu searah lah, ada urusan dekat situlah. Tapi ga mungkin dia ada urusan di rumahnya kan?. Setiap kali Wionn mencoba mengajak Kava untuk berbicara, pasti ia akan kabur. Sebenarnya ia sudah sangat risih dengan kelakuan laki-laki satu itu, tapi sang pelaku ini tidak bisa diberi peringatan karena kebiasaannya yang sering kabur.

Pagi ini, Wionn merasa tidak enak badan, ia pun memutuskan untuk beristirahat di UKS. Karena berpikir hanya ialah yang akan di UKS sendiri, ia memasuki ruang tersebut tanpa mengetuk sama sekali. Tanpa ia sadari, didepannya ada Kava yang sedang bertelanjang dada.

"WUAA! MAAF, MAAFFF!!!" Wionn berniat berlari keluar namun kakinya tersangkut di pintu.


BUGH!



... memalukan.



"Aduh pelannn" Wionn memohon pada Kava untuk tidak terlalu brutal menggosok alkohol ke lukanya. Kava hanya mengangguk dan menepuk pelan luka Wionn dengan kapas yang sudah dibalut alkohol. "maaf" kata Kava singkat. Wionn hanya memiringkan kepalanya, sedikit heran. "ngga usah minta maaf, aku nya aja yang lembek sama alkohol" tanya Wionn. "ngga, maksud gw maaf udah ngebuat lu jatuh" Kava terlihat menunduk sembari menggosok pelan lutut Wionn yang sudah dibalut. "hehe gapapa kok, akunya aja yang terlalu berlebihan" ucapnya. Mereka berdua pun kembali dibaluti oleh keheningan, namun mata Wionn terkunci pada rambut Kava di depannya. Wionn memandang rambut hitam legam milik Kava, tanpa ia sadari, tangannya sudah mengelus lembut rambut Kava. "halusnyaa..." Wionn kagum dengan kelembutan rambut Kava, namun sang empunya rambut terlihat diam tak bergeming, masih menunduk didepan Wionn.


"can i kiss you?"



...



Diam...



Mereka berdua terdiam seribu bahasa..



Wionn bergegas menurunkan celana kanannya lalu turun dari tempat tidur. Ia beranjak menuju pintu namun berbalik. "makasi udah ngobatin luka aku" kata Wionn seraya menunduk, ia pun langsung bergegas meninggalkan ruang UKS.

'bodohnya kau, Edgard' batin Kava, ia bersandar ke kursinya, pasrah akan pikiran intrusifnya.

Sekarang jam menunjukkan jam 5 sore, jam pulang untuk murid North. Semua murid berhamburan lari dari kelas seolah-olah sudah dipenjara lama sekali. Wionn memasukkan bukunya, merapikan meja, serta membersihkan isi lacinya lalu beranjak dari kelas. Dan seperti biasa, Kava mengikutinya lagi. Sebenarnya Wionn agak heran dengan skill menguntit Kava, karena dia memang seburuk itu???? Wionn bahkan bisa merasakan gerakan Kava dibelakangnya yang sangat rusuh. Sesekali juga Kava tertinggal jauh darinya karena ditahan oleh sekelompok siswi yang meminta nomor hpnya atau sekedar mengajak jalan. Namun Wionn masih terbayang akan perkataan Kava tadi pagi. Kenapa Kava mengatakan hal tersebut? Apa yang mendorong ia untuk mengatakan hal itu? Tak ingin mengambil pusing, ia pun bergegas keparkiran untuk pulang.

Sekarang Wionn mencari kunci motornya di tas. Namun 5 menit berlalu, kunci tersebut tidak dapat ia temukan.

'ya Tuhan, jangan sampai aku kehilangan kunci bibi Ira..'

Wionn kini sangat panik, ia berlari kembali ke kelasnya. Karena sudah kepalang panik, Wionn tidak menyadari ada seseorang didepan pintu kelasnya.

BRUG!

"ugh.." Wionn mengaduh kesakitan sembari mencoba berdiri, ia pun sontak menyadari bahwa ia menabrak seorang gadis yang kini sedang mencoba untuk berdiri juga.

"EH, MAAF!" Wionn bergegas menolong gadis tadi untuk berdiri, ia juga menepuk-nepuk rok gadis tadi untuk membersihkan debu-debu yang menempel. Gadis itu hanya terdiam sembari sesekali membersihkan tangannya. "aduh.. maaf ya, aku serius ga nampak kamu berdiri didepan pintu" ucap Wionn berusaha meminta maaf pada gadis itu. "gapapa, aku juga ga luka.." gadis itu menunjukkan tangan dan kakinya, berusaha meyakinkan Wionn bahwa ia tidak terluka sama sekali. Wionn mencuri pandang pada nametag gadis itu, 'Diandra Klein D. M.' namanya. "kita ternyata sekelas ya" ucap Wionn yang berusaha mencairkan suasana canggung saat ini. Diandra hanya tertawa kecil, "tidak, aku bukan anak kelas ini. Aku kesini karena mengambil bekal saudara kembarku yang tertinggal. ". Wionn pun hanya ber oh saja, lalu ia menatap wajah Diandra, berusaha untuk mengenali siapa dikelasnya yang memiliki wajah yang mirip dengan Diandra. "tapi dikelas ini gada yang mirip kamu" celetuk Wionn. "hehehe, aku dan kakakku memang tidak mirip. Wajahnya lebih tegas sedangkan aku lebih lembut" jelasnya. Tiba-tiba pandangan Diandra berpindah kearah belakang Wionn. "Kakakk!! Bekalmu!!" teriak Diandra. Wionn berputar, penasaran dengan saudara kembar Diandra.

'WHAT... KAVA???'

Batin Wionn berteriak menyalahkan dirinya yang entah kenapa harus meninggalkan kunci motornya, rasanya kakinya terlalu lemas untuk beranjak pergi. "ah.. Wionn?" sapa Kava. Wionn hanya tersenyum pahit, mengutuki takdir. "huh? Kalian sudah kenal? Eh iya ya, kalian kan sekelas" celetuk Diandra asal. "kenapa balik kak?" tanya Diandra kepada Kava. "kelamaan lu, gw kira diculik" balas Kava. "kan elu yang main tinggal-tinggal barang!" Karena kesal, Diandra pun bercerita kepada Wionn betapa teledornya Kava. 5 menit berlalu, Wionn menyadari bahwa sedari tadi Kava sudah menatapnya dengan wajah memelas selagi Diandra bercerita. Menyadari matahari sudah beranjak pulang, Diandra pun mengehntikan celotehnya. "ehh? Sudah jam berapa ini?? Kami pulang dulu ya Wionn, makasihh sudah dengerin keluh kesahku" ucap Diandra yang mulai memasukkan bekal kakaknya ke tas pink Melodienya. Wionn hanya melambai tangannya dan kembali ke kelasnya untuk mengambil kunci motornya. Saat ia ingin keluar, ia ditahan seseorang, ternyata Kava. "sorry Wionn, gw gada maksud apapun di UKS tadi" mohon Kava sembari memegang kedua tangan Wionn. "euh.. iya, aku tahu.." balas Wionn, ia berusaha melepaskan kedua tangannya namun Kava semakin mempererat genggaman tangannya. "gw ga cabul, serius..." tambah Kava lagi. Wionn hanya membelalakan matanya, "GADA YANG BILANG KAMU CABUL?!?!?!". "tapi lu langsung lari tadi.. seolah-olah gw baru megang-megang elu.. gw pikir lu marah.." Kava terlihat cemberut, membuat Wionn yang merasa malu menatap Kava, kini merasa gemas. "Aku ga marah" jelas Wionn. "Serius?" tanya Kava. Wionn hanya mengangguk menunjukkan bahwa ia serius dengan perkataannya. Laki-laki yang lebih tinggi dari Wionn tersebut langsung tersenyum cerah., ia pun melepas genggaman tangannya lalu meraih ponsel di sakunya. "Ayo tukeran nomor" tawar Kava. Wionn mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan nomornya. Setelah selesai, mereka pun berpisah di parkiran. 

Kava kembali ke mobil Mclaren 720S black matte miliknya. Saat ia tiba didalam mobilnya, ia melihat adiknya yang sudah memandang curiga karena kakaknya kembali dengan keadaan senyum sumringah tak karuan. "Apaan bocah?" tanya Kava sembari menghidupkan mobilnya. "lu suka Wionn ya?" tanya Diandra blak-blakan. Kava yang sedang ngevape pun sontak terbatuk. "kelihatan ya?" sambung Kava sambil tersenyum malu. "Najissss" balas Diandra yang langsung mengeluarkan ipadnya dan bermain game, tak peduli dengan kakaknya yang menceritakan betapa imutnya Wionn.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Every Path of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang