Sudah hampir tiga jam Chenle berada di dalam ruangan yang menyeramkan itu. Rasanya sangat membosankan karena tak ada sesuatu yang dapat ia lakukan, tak ada ponsel tak ada televisi hanya ada meja dan patung patung menyeramkan yang menemasinya di sini. Bahkan Saat pelayan itu kembali dengan membawa buah dan minuman tersebut Chenle sempat tak ingi menyentuhnya karena ia merasa curiga bahwa mereka sudah memasukan racun di dalamnya. Tapi setelah pelayan itu ikut memakannya dan menemaninya sebentar, Chenle baru mau menerima hantaran tersebut. Berdiri di luar tadi membuatnya lumayan haus dan tenggorokannya butuh sesuatu yang menyegarkan. Ditambah dikurung lama seperti ini.
Selain hantaran makanan dan minuman, pelayan itu juga memberinya sebuah kertas kosong dan juga sebuah alat tulis. Chenle awalnya bingung, tapi setelah tau apa maksud dari wanita itu Chenle merasa setuju dan segera mengambil pensil untuk mengisi lembaran kosong tersebut.
"Kau bisa menulis permintaan terakhirmu di sini, mungkin master bisa mengabulkannya" ujar sang pelayan sebelum kembali meninggalkan Chenle.
"Aku akan benar benar mati hari ini?" Gumamnya setelah sang pelayan kembali meninggalkannya sendiri.
Jika kalian berpikir bahwa Chenle akan merasa takut dengan hukuman kematian yang tiba tiba menghampirinya kalian salah. Pemuda manis itu tak memiliki rasa takut pada apapun bahkan untuk sebuah kematian.
"Tidak apa apa, jika aku mati aku akan mendatangi ayah dan mengajaknya untuk mati bersama"
"Hehe"
"Eh, tapi menakut nakuti ayah dengan menggentayanginya setiap hari sepertinya juga akan menyenangkan" ujarnya yang langsung mengambil kertas itu dan menuliskan beberapa permintaannya saat sudah mati nanti."Siapa kau?" Tanya seseorang yang tiba tiba berada di sana yang membuat Chenle langsung menghentikan acara menuliskan.
"Kau yang siapa?" Tanya Chenle balik saat melihat pria dengan pakaian serba hitam dengan coat yang menggantug ditangannya.
"Aaaaa~, apa kau juga akan dihukum mati disini?"
"Apa kau melakukan kesalahan pada pimpinan disini? Atau mungkin kau juga bernasib sepertiku yang dijadikan jaminan oleh ayahmu?" Ujar Chenle yang membuat pria tinggi itu semakin memicingkan matanya bingung. Dan juga jangan lupakan kalimat menyebalkan yang bocah itu lontarkan padanya."Kau dikirim ayahmu?" Tanya pria itu.
"Eung" jawabnya sembari menganggukan kepalanya.
Setelah mendapat jawaban dari Chenle pria itu kembali melenggang pergi yang membuat Chenle hanya menaikkan bahunya acuh.
"Sonia!"
"SONIA!!" panggil Jisung pada pelayannya."Iya master" balas wanita paruh baya dengan setengah berlari menghampiri Jisung yang terlihat sangat marah.
"Siapa bocah yang ada di ruang tengah itu?"
"Bagaimana bisa ia masuk ke dalam rumahku?" Tanya Jisung pada pelayan setianya tersebut."Maaf master, maaf belum memberitahumu"
"Dia bilang dia dikirim ayahnya kesini dan dia juga berkata akan mendapat hukuman mati dari master"
"Saya kira master sudah mengetahui itu"
"Maaf telah lancang master, sekali lagi saya minta maaf"
"Bocah itu membawa surat ini, dan sepertinya dia benar benar diserahkan oleh ayahnya" ujar wanita paruh baya itu semakin membungkukkan tubuhnya."Ada apa?" Tanya Jakc yang tiba tiba bergabung karena mendengar Jisung yang meneriaki nama Sonia.
"Si brengsek itu sepertinya benar benar mengirim putranya" desis Jisung yang semakin dibuat emosi setelah membaca secarik kertas yang Chenle bawa tadi.
"Siapa?" Tanya Jakc.
"Zhong company" balas Jisung yang langsung mendapat tatapan tak percaya dari Jakc.

KAMU SEDANG MEMBACA
the chastle [Jichen] ✅️
Historia CortaSelama menjadi pimpinan komunitas gelap Jisung tak pernah berpikir akan mendapatkan jaminan seperti ini. Dan ia juga tak pernah membayangkan anak mana yang malah dengan senang hati dijadikan sebagai barang jaminan oleh orang tuanya. Dan dengan hadir...