CHAPTER 2

15 1 0
                                    

Arti Sebuah Mimpi?

Apakah kalian juga pernah memimpikan seseorang yang kalian sukai? entahlah, aku pun bingung dengan perasaanku mungkin itu terjadi karena aku terlalu memikirkannya. Aku juga bingung dengan sikap Rafka ia seakan akan membuatku maju mundur, Sepertinya mimpiku agak sedikit aneh tetapi bayangkan betapa bahagianya diriku ketika terbangun.

Suatu ketika hari mulai gelap pertanda tenggelamnya matahari dan munculnya bulan nan indah di atas langit yang berwarna hitam kebiru-biruan, tak tertinggal pula dengan ribuan bintang yang berkilauan seperti pernak pernik permata sungguh cantik sekali pemandangan langit malam hari saat itu. Diriku yang sudah terbaring diatas ranjang yang begitu empuk dan nyaman membuat mataku terlelap akan rasa ngantuk.

》flashbacks in lucid dreams

Mimpi di awali dengan sebuah kabar gembira tentang diriku dan Fera yang sama sama mendapatkan penerimaan di universitas impian kami..

"Fer kamu diterima di universitas UGM juga?!" tanyaku dengan rasa penasaran.

"iyaa diana!, please! aku bener-bener gak nyangka kita bisa satu kampus" jawabnya dengan senyum sumringah.

di tengah- tengah perbincangan kami tentang hal tersebut datanglah seorang perempuan, wajahnya tidak begitu jelas dalam pandanganku.

"cie selamat yang udah diterima universitas impian" ucapnya memberi selamat padaku.

"Wahwah, makasih ya" jawabku seadanya.

Setelahnya diriku duduk didepan kelas sambil memikirkan apakah ini nyata atau mimpi? pikiranku sedang berperang dengan berbagai harapanku yang mustahil itu, sampai-sampai aku sendiri tak sadar siapa orang yang duduk di sampingku. ya! Rafka orang yang aku sukai?. dia hanya menatapku dengan tatapan yang tajam dan penuh perhatian tetapi aku justru menjadi kaku alakadarnya terlihat seperti batu.


"lu kenapa?" tanya rafka padaku.

"hah!, e-engga memangnya kelihatan aneh ya?" jawabku terbata-bata hingga bertanya balik.

Tak ada jawaban lagi darinya, singkat cerita diriku pulang kerumah. Kini aku berada didalam kamarku tempat paling nyaman yang selalu menjadi saksi Segala ungkapan keluh kesahku bagaikan surga duniawi, sembari memikirkan hal tadi diriku berlatih mengembangkan hobiku yakni menggambar, bahkan sudah tertampang jelas dari lukisan-lukisan yang terpajang di dinding kamarku. Sedari kecil aku sangat suka mewarnai, entahlah sampai sampai gambarnya tak ku hiraukan sebegitu indah mataku memandang warna warna itu.

》back story

"Wah, gambar pemandangannya indah ya mah" ucap diana kecil.

"iya sayang kamu memang sangat berbakat nak" ujar mama sambil memelukku dari belakang.

"aku sangat menyukai gambar rumah ini mah, bagaimana kalau aku menggambarnya ulang hehe?" tanyaku dengan wajah yang memelas benar benar terlihat seperti anak manja yang merengek.

"ahahaha baiklah diana apapun yang kau suka lakukanlah sesuka hati" jawab mama mendukungku. apapun itu mama selalu mendukung kemauan putrinya tanpa berbagai tuntutan yang menyiksa.

Beliau memang sosok yang pantas disebut primadona bagi anaknya. tunggu mengapa begitu?. karena meskipun aku gagal mama adalah penyemangat yang membangun kembali rasa percaya diri seorang diana, anakmu begitu kagum padamu mah.

Sang PengagumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang