Motor yang menabrak Rinjani masih dalam pengejaran oleh pihak berwajib, sementara Rinjani di larikan ke rumah sakit dalam kondisi tak sadarkan diri
Indra yang mendapat kabar sang istri si larikan ke rumah sakit karna kecelakaan tersebut bergegas meninggalkan acara after party pelantikan Presiden tentu saja setelah meminta ijin pada Pak Prabowo bahkan Pak Prabowo juga meminta beberapa ajudan untuk menemani Indra dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat Rinjani di periksa
Se sampainya di rumah sakit, dokter meminta Indra menanda tangani surat persetujuan operasi, dokter mengatakan bahwa se segera mungkin bayi kedua mereka harus segera dilahirkan walau belum cukup bulan untuk mengurangi resiko kematian pada ibu dan bayi, tangannya bergetar tak kuasa menahan kekhawatiran
Lagi lagi ia merasa kembali ke masa lalu saat Rinjani di larikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis akibat memakan kerang, kali ini ia benar benar tak bisa memikirkan apapun, Indra ketakutan... Sangat, di tambah dokter sempat mengatakan bahwa kemungkinan selamatnya ibu dan bayi kurang dari 60% bahkan dokter sempat menanyakan apa bila di beri pilihan mana yang lebih ia prioritaskan untuk di selamatkan, ibu atau bayinya
Indra sama sekali tak bisa menjawab, ia tak bisa memilih istri atau anaknya keduanya sama berharganya, ia juga bukan Tuhan yang dapat menentukan siapa yang layak hidup dan siapa yang pantas meninggal, ia hanya meminta tim dokter untuk melakukan yang terbaik sebisa mereka
5 jam berlalu namun dokter yang menangani Rinjani belum juga memberinya kabar padahal beberapa saat lalu dokter anak sudah membawa bayi mungil mereka yang ber jenis kelamin laki laki ke ruang pediatri
Setelah mengumandangkan adzan di telinga putra keduanya, Indra kembali ke ruang operasi dan menunggu istrinya di kursi tunggu yang sudah di sediakan
Mendadak pikirannya melayang mengingat momen momen bersama sang istri dulu, awal pertemuan mereka, tingkah lucu Rinjani saat marathon, momen haru pernikahan mereka, makan bakso malang di alun alun kota batu semuanya berputar dalam memorinya hingga tanpa terasa Indra menangis membayangkan hal terburuk yang bisa saja terjadi
Dokter keluar dari ruang operasi membuat Indra bergegas menghampiri, dokter menerangkan bahwa akibat benturan yang cukup keras di tambah bayi dalam kandungan memiliki berat badan yang termasuk besar menyebabkan kerusakan pada rahim Rinjani dan harus segera di lakukan pengangkatan agar tidak terjadi pendarahan hebat yang bisa saja mengancam nyawanya
Indra mengusap wajahnya gusar, jika memang ini yang terbaik maka InsyaAllah ia akan ikhlas dan tetap setia menemani wanita yang telah memberinya dua orang putra itu, dokter juga menyampaikan bahwa kondisi Rinjani masih dalam pantauan akibat shock yang dialami Rinjani masih belum melewati masa kritisnya, dua kali Rinjani melewati masa kritis seperti ini dan dua kali pula Rinjani harus melewatinya demi kedua putranya
Dua hari berlalu, dua hari pula putra kecilnya di beri susu formula oleh dokter pasalnya bayi dalam inkubator itu belum bisa mendapatkan asi secara langsung dari sang ibu
Rinjani sudah di pindahkan ke ruang rawat inap karna kondisinya dinilai sudah mulai membaik hanya menunggu siuman
Indra menatap wajah tertidur itu dari dekat dan merasakan deru nafas halus istrinya, mata lentik itu mulai terbuka, Indra menciuminya sambil menitihkan air mata penuh syukur
"Anak kita... " Rinjani bersuara lirih, ibu dua anak itu selalu menanyakan bayinya terlebih dahulu, tangan Indra terulur mengelus surai panjang Rinjani
"Dia baik baik aja, sehat seperti abangnya.. Anak tentara dia yangg, kuat sekali" Ucap Indra tersenyum, ia bingung bagaimana mengatakan pada Rinjani jika rahimnya sudah diangkat, membayangkannya saja membuat hatinya sakit seperti terhimpit celah batu
"Abang dimana? " Tanya Rinjani lagi
"Abang dirumah Akung, nanti saya minta kesini ya" Ucap Indra
"Maaf ya... Saya ga bisa nemenin kamu, kamu berjuang sendirian di meja operasi kemarin" Imbuhnya penuh penyesalan
Rinjani menggenggam tangan suaminya, ia merasakan tangan itu sangat dingin pertanda suaminya benar benar khawatir
"Berarti aku harus dapat hadiah" Ujarnya lemah
"Apapun yang kamu minta saya kasih yangg" Ucap Indra menatap mata sayu Rinjani
"Cium aku" Indra tersenyum, entah kali ke berapa ia jatuh cinta pada wanita di hadapannya ini, ia rasa andai seluruh yang ia punya pun tak akan cukup untuk di tukar dengan hati Rinjani
Ia mencium kening Rinjani lama, ia merapalkan terimakasih berkali kali bahkan ribuan terimakasih tak akan pernah cukup
*****
Putra kedua mereka di beri nama Arsen Tirtana Wijaya yang artinya Keberanian yang besar dari keluarga Wijaya, mereka berharap Arsen tumbuh menjadi anak yang gagah berani di masa depan
Rinjani menangis saat di pertemukan dengan putra keduanya pertama kali, ia merasa bersalah pada bayi itu andai ia tak ceroboh mungkin belum waktunya Arsen lahir ke dunia ini
Sama seperti Alden, Arsen juga mewarisi wajah papanya hanya saja Arsen memiliki mata bulat Rinjani yang indah
"Mamaa... " Putra pertamanya merengek saat memasuki ruang rawat inapnya, Rinjani merindukan pria kecil yang sangat aktif itu
"Uuuuu anak mama... Kangen mama ya" Ucap Rinjani, Alden merentangkan tangan meminta gendong pada mamanya yang baru saja belajar duduk, tentu saja Indra tak mengijinkan membuat Alden seketika berteriak kencang
"Mama masih sakit bang, abang duduk aja deket mama ya jangan gendong ya... " Indra membujuk putra pertamanya sedangkan Alden cemburu melihat Rinjani menggendong Arsen, kenapa tak bisa menggendong dia pikirnya
"Bantu aku turunin adek dulu yangg" Pinta Rinjani kesulitan mendengar keributan ini, sementara Akung yang tadi mengantar Alden kemari tengah ke kantin rumah sakit untuk membeli beberapa makanan titipan Rinjani
Setelah mengembalikan Arsen pada box bayi, Rinjani memangku Alden membuatnya menghentikan tangis dramanya
"Sayangg.. Bobok sama uti sama akung ya abang ya" Rinjani mengelus kepala Alden dan mengusap air matanya, Alden hanya mengangguk
"Hmmm anak mama banget sih ini" Ucap Indra menarik kaki Alden pelan namun bayi itu marah ia memukul tangan papanya dengan wajah sewotnya
"Eh jangan begitu sama papa, ayo minta maaf sama papa" Bukannya menurut Alden malah semakin meringsek menenggelamkan wajahnya di pelukan ibunya
"Biarin aja... Kangen temen berantemnya dia yangg" Ucap Indra tersenyum melihat tingkah Alden
"Yangg.. Itu apa yangg" Alden menirukan papanya memanggil Rinjani dengan sebutan Yangg, Rinjani menggigit pipi kecil Alden saking gemasnya
"Adek itu... Abang mau sapa adek? " Tawar Rinjani
"No no" Jawab Alden
"Sayangnya papa ini bukan sayangnya abang, abang panggilnya mama dong.. " Indra mencoba membenarkan Alden
"No no ya pa" Astaga Bayi itu keras kepala
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Negara S2 [SELESAI]
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...